Menjawab Dilema Digitalisasi di Indonesia

Migrasi digital ini memang membuat segala bentuk tatanan saat ini akan mengarah pada gaya-gaya masa depan yang esensinya mengandung tingkat kecepatan dan kepraktisan.

29 Juni 2022, 21:01 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Iptek — Menjawab Dilema Digitalisasi di Indonesia

“Dan, apakah masyarakat Indonesia dalam hal ini ikut diuntungkan, dirugikan, disibukkan atau kah justru larut dalam transformasi yang tidak menimbulkan kemanfaatan yang berarti dari sudut pandang kualitas hidup masyarakat Indonesia.”

“Pengguna digital dihadapkan dari realitas yang konkret ke dunia maya, yang mana menimbulkan potensi hiper-realitas atau nir-realitas.”

Saat ini dunia sedang bertransformasi ke bentuk digital. Berbagai bidang kehidupan sebagai tata laksana hidup sedang mengalami proses migrasi dari bentuknya yang konvensional ke bentuk teknologi digital. Tujuan dari transformasi ini untuk mendapatkan efektivitas dan efisiensi serta optimalisasi.

Transformasi digital atau digitalisasi yang dimaksud seperti pada bidang telekomunikasi, transportasi, penyiaran, dunia pendidikan, data-data pemerintahan dan swasta, perbankan, dlsb.

Digitalisasi secara etimologi dari kata “digitisasi” (Inggris: digitizing) merupakan sebuah terminologi untuk menjelaskan proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital. Dari bentuk fisik (hardcopy) ke bentuk digital atau softcopy/biner. Digitisasi yang dilakukan untuk membuat arsip dokumen bentuk digital, untuk fungsi fotokopi misalnya, dan untuk membuat koleksi perpustakaan digital. Digitisasi memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media, sumber dan software pendukung. (wikipedia)

Migrasi tersebut pada praktik di lapangan seperti pengalihan dokumen tercetak ke dalam bentuk digital dengan bantuan program pendukung scanning dokumen atau program aplikasi. Tak hanya dalam bentuk dokumen cetak, dokumen audio dan video pun juga dapat dialihkan ke dalam bentuk digital dengan bantuan program tertentu. Contoh kecilnya sebuah kaset pita bermigrasi menjadi piringan disk, kemudahan berubah lagi ke dalam bentuk flashdisk.

Dilema Transformasi Digital Di Posisi Indonesia

Migrasi digital ini memang membuat segala bentuk tatanan saat ini akan mengarah pada gaya-gaya masa depan yang esensinya mengandung tingkat kecepatan dan kepraktisan. Pada praktik di lapangan misalnya, bahkan tanda tangan seseorang dalam sebuah dokumen tergantikan dengan tanda tangan digital atau tanda tangan elektronik.

Digitalisasi saat ini merupakan pengaruh global yang secara politik ditangkap jelas sebagai bagian dari ladang bisnis, terutama oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi infrakstruktur digital untuk tujuan komersial. Namun di satu sisi, arus digitalisasi dunia adalah fenomena global sebagai bentuk perubahan manusia yang selalu ber-evolusi akan lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari cara lama (konvensional) ke cara baru (modern). Yang mana secara garis besar peradaban manusia selalu berkembang ke arah bentuknya yang baru dan tak terbatas. Artinya, tidak bisa dihindari.

Hal tersebut akhirnya menjadikan mau tidak mau, suka tidak suka, Indonesia ikut bermigrasi ke dalamnya sebagai bagian masyarakat global yang ikut berproses secara otomatis atau natural maupun by design. Dan, apakah masyarakat Indonesia dalam hal ini ikut diuntungkan, dirugikan, disibukkan atau kah justru larut dalam transformasi yang tidak menimbulkan kemanfaatan yang berarti dari sudut pandang kualitas hidup masyarakat Indonesia. Artinya, proses ini menjadikan dilema digitalisasi di tengah kehidupan masyarakat.

Transformasi digital di Indonesia yang telah masuk hampir ke dalam sendi-sendi kehidupan ini, tentu juga ada manfaatnya, seperti arus informasi dan komunikasi yang semakin cepat, mudah dan tak terbatas. Mampu meningkatkan produktivitas di segala bidang.

Namun, akhirnya dampak negatifnya pun juga menyertainya. Masyarakat dipaksa dengan kebiasaan baru yang boros di tengah sulitnya ekonomi (keuangan), seperti; borosnya paket data, kebutuhan perangkat elektronik seperti komputer dan android, serta infrakstruktur lainnya yang berupa alat dengan dihadapkan pada pilihan suka tidak suka, mau tidak mau harus membeli perangkat tersebut sebagai keharusan.

Selain itu potensi lainnya yang menjadikan dampak negatif misalnya, munculnya mimetisme media, berita hoax, konten pornografi, penipuan (kejahatan) digital/online, perjudian, dalam pengertian paradoksal dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, di tengah transformasi bangsa Indonesia dari negara berkembang ke negara maju. Serta hanya ajang terselubung untuk menarik dana dari masyarakat, dlsb, atau dalam definisi lahirnya neo-kapitalisme dan neo-liberalisme dalam bentuk dan gaya barunya.

Kesiapan dan persiapan dari bangsa Indonesia dalam menghadapi transformasi digital ini harus benar-benar mampu menjangkau akal sehat, jangan sampai justru memengaruhi kesadaran pikiran. Pasalnya, digitalisasi dunia telah menawarkan hal baru, menggoda hasrat dan keinginan-keinginan baru. Pengguna digital dihadapkan dari realitas yang konkret ke dunia maya, yang mana menimbulkan potensi hiper-realitas atau nir-realitas.

Jangan sampai kemudian, nilai-nilai kemanusiaan yang melekat pada diri individu sebagai kodrat menjadi tergeser bahkan hilang, menjadikan pribadi yang jauh dari nilai kemanusiaan atau mereduksi nilai-nilai manusia dalam berinteraksi di ruang-ruang sosial (nyata).

Pada praktisnya, akan membuka peluang mis-informasi, dis-informasi, dan mal-informasi. Individu akan semakin menjadi manusia-manusia yang penuh dengan keterasingan dan tidak menampakkan kepekaannya seperti manusia sosial. Dalam artian semakin menjadikan manusia (individu) terpuruk dan larut dalam kualitas hidup yang buruk.

Dengan demikian, dalam hal ini peran negara (pemerintah) sebagai pemegang kekuasaan untuk arah kehidupan berbangsa dan bernegara mutlak diperlukan. Sejauh mana upaya dalam hal ini dilakukan secara real untuk mengendalikan transformasi digital ini yang justru menyandera masyarakat dalam keterjebakan kemiskinan, namun sebaliknya harus menjadikan rakyat menjadi lebih produktif atau mendatangkan kemakmuran dan kemaslahatan. Pada praktik implementasinya misalnya, kedaulatan negara dalam hal infrakstruktur teknologi, seperti satelit dan produsen infrakstruktur digital milik Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Prof., Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP., Guru Besar dari Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik (DMKP) FISIPOL UGM, pada Sabtu, (25/6/2022), dalam acara webinar berjudul ‘Pemikiran Bulaksumur UGM #13 : Kepemimpinan Pembangunan Berkelanjutan dan Transformasi Masyarakat Digital’. Pada kesempatan tersebut Prof. Wahyudi mendapatkan pertanyaan; apakah teknologi digital mendatangkan manfaat atau justru menimbulkan kerugian? (dikutip dari ugm.ac.id.)

Prof. Wahyudi pun menjawab bahwa bermanfaat atau mudarat-nya sebuah teknologi tentu kembali kepada unsur manusia itu sendiri. Oleh karena itu, dalam proses digitalisasi, manusia sebaiknya lebih diperhatikan, atau di mana edukasi/literasi digital lebih diutamakan.

Prof. Wahyudi tertarik pada konsep negara Jepang dalam menghadapi digitalisasi. Seperti yang diutarakan oleh Perdana Menteri Jepang periode 2017-2020, Shinzo Abe, dalam World Economic Forum (WEF) di Swiss tahun 2019 lalu, pemerintah Jepang memilih untuk menjalankan konsep Society 5.0 dibanding ‘revolusi industri 4.0’. Melalui konsep Society 5.0 tersebut, manusia ditempatkan sebagai pusat. Teknologi bisa dipilih dalam konsep ini. Hal ini guna memastikan bahwa perkembangan teknologi benar-benar memberikan manfaat kepada manusia, yaitu masyarakat itu sendiri.

Ketika di Eropa muncul gagasan tentang industri 4.0. Saya sebenarnya lebih tertarik dengan konsep pemerintahan dan masyarakat Jepang dengan society 5.0 yang inti sebenarnya adalah teknologi itu hanya bisa bermanfaat jika meningkatkan produktifitas kita, menambah kualitas hidup kita, dan juga memastikan bahwa kehidupan kita lebih bahagia dan kemudian sumber daya (yang ada) itu bisa kita manfaatkan secara berkelanjutan, intinya semuanya berpulang kepada masyarakat. (Prof. Wahyudi)

Bagaimana pendapat Nuspedian?

Digital Virtual, antara Utopia Libertarian dan Evolusi Kapitalisme
Trend Lapor Polisi, di Era Masyarakat Digital
Statistik Pengguna Internet Dunia dan Indonesia, Medsos Rajanya!
Internet Positif, Korelasi Netizen Journalism dan Pengaruh Buruk Medsos
RUU Penyiaran, Jawab Tantangan Iklim dan Perkembangan Penyiaran
Inilah 5+ Manfaat Membuat Blog Bagi Pelajar, dari Hobi sampai Cuan
Sejarah dan Perkembangan Ponsel Hingga Smartphone
Rapor Pendidikan, Terobosan Baru Model Evaluasi Belajar
Pergeseran Fungsi Teknologi Digital untuk Misi Kemanusiaan

Terkait

Terkini