Menunggu Bunda Pulang
Malam itu, Shanaz dan Lina memutuskan untuk kembali ke rumah mereka, rumah kecil yang penuh kenangan. Di sana, mereka berharap menemukan jawaban yang lebih jelas.
Rumah kecil itu terasa sunyi dan kosong. Keduanya duduk di teras, menatap langit malam yang cerah. Di kejauhan, suara jangkrik bernyanyi seperti melodi sendu yang semakin menambah kesedihan mereka.
“Kak, aku rindu Bunda,” ucap Linda, suaranya bergetar.
Shanaz mengelus rambut Linda. “Aku juga, Dek. Tapi kita harus kuat. Bunda pasti sedang berusaha cepat pulang untuk kita.”
Air mata Shanaz mengalir deras. Seketika hati Shanaz terasa hancur. Selama ini dia mencari jawaban tentang apa pekerjaan Bunda, tentang rahasia di balik aktivitas Bunda yang misterius.
Shanaz kemudian menemukan sebuah foto tua di dalam surat yang tergeletak di meja rias. Foto itu menunjukkan seorang pria paruh baya yang tersenyum lebar. Shanaz mengenali pria itu. Pria itu adalah ayah mereka, Busari.
Shanaz tergagap dari lamunan, mendengar suara Linda menanyakan sosok dalam foto itu. “Kak, ini bapak kita?”
Shanaz mengangguk. “Iya, Dek. Bapak kita bekerja jauh di luar negeri. Bapak sudah tua, tapi ia masih bersusah payah bekerja buat menafkahi kita,” ungkapnya.
Shanaz kemudian terdiam. Semua kebingungan itu mulai terjawab. Aryati, sang bunda, meninggalkan Busari karena suatu alasan yang tak pernah terungkap. Aryati mencari kebahagiaan sendiri. Anak-anak mereka yang tertinggal, hanya bisa menanggung kesedihan itu sendiri.
Shanaz memeluk Linda erat. Mereka adalah satu-satunya keluarga yang tersisa. Mereka harus saling menyayangi dan menjaga satu sama lain. Mereka harus kuat, walaupun hari-hari mereka tanpa kedua orang tua.
Meskipun hati mereka sedih, Shanaz dan Linda mencoba menerima kehidupan ini. Mereka mencoba bahagia melewati malam-malamnya tidak selalu dalam dekapan seorang bunda. Mereka mencoba menemukan kehangatan dan kebahagiaannya sendiri tanpa orang tua.
Namun, di dalam hati Shanaz dan Linda, tersimpan sebuah kerinduan yang tak terobati. Kerinduan akan sentuhan hangat Bunda, kerinduan akan pelukan Bunda, dan kerinduan akan kebersamaan keluarga lengkap yang hal itu tak akan pernah terjadi.
Mereka hanya bisa berharap, suatu hari nanti Aryati, sang Bunda, akan kembali dan memberikan segalanya. Mereka hanya bisa berharap, suatu hari nanti mereka akan melewati hari-hari sepenuhnya lagi dengan Bunda dan mendapatkan jawaban dari segala pertanyaan yang menghantui hati mereka.
Shanaz teringat pesan Bunda di surat terakhirnya. “Bunda ingin kalian bahagia.” Perkataan itu terngiang-ngiang di kepalanya. Apakah Bunda sedang bahagia? Apakah Bunda menemukan kebahagiaan yang dicarinya? Pertanyaan itu terus menghantui Shanaz.
Mereka memutuskan untuk tidur di kamar lama mereka. Di tengah lelapnya tidur, Shanaz terbangun. Dia mendengar suara lembut yang memanggil namanya. Dia terkesiap, menoleh ke sumber suara. Di dekat jendela, dia melihat bayangan seorang wanita yangberdiri di luar.
“Bunda?” gumam Shanaz, matanya terbelalak.
Wanita itu mendekat, wajahnya samar-samar terlihat dalam cahaya bulan. Dia tersenyum dan mengulurkan tangan.
“Shanaz, sayangku…” ucapnya lembut.
Shanaz terbangun dengan jantung berdebar kencang. Dia terduduk di tempat tidur lantai, keringat dingin membasahi dahinya. Dia baru saja bermimpi. Mimpi yang begitu nyata.
“Kak, kamu kenapa?” tanya Linda yang terbangun karena suara Shanaz.
Shanaz menggeleng pelan. “Aku hanya mimpi buruk, Dek.”
Linda merangkul Shanaz. “Jangan takut, Kak. Bunda pasti baik-baik saja.”
Shanaz memeluk Linda erat. Dia berharap mimpi itu hanya sebuah mimpi. Tapi, di lubuk hatinya, dia merasa ada sesuatu yang aneh. Dia merasa Bunda sedang tidak baik-baik saja.
Keesokan harinya, Shanaz dan Linda kembali ke rumah Mama Rina. Mereka bercerita tentang mimpi Shanaz. Mama Rina mendengarkan dengan saksama.
“Mungkin itu hanya mimpi buruk, Shanaz,” kata Mama Rina. “Tapi, kalau kamu merasa tidak tenang, kita bisa mencari tahu lebih lanjut.”
Shanaz merasa sedikit lega. Dia tahu Mama Rina tidak akan membiarkannya sendirian.
Mama Rina pun menghubungi Lita yang sedang kuliah di kota lain. Lita, yang juga sangat menyayangi Shanaz dan Lina, berjanji untuk membantu mencari tahu tentang Bunda.
“Kakak akan mencoba menghubungi teman-teman Bunda di Kota. Mungkin mereka tahu keberadaan Bunda,” kata Lita melalui sambungan telepon.
Shanaz merasa sedikit lega. Dia berharap Kakak Lita bisa menemukan Bunda. Dia berharap Bunda baik-baik saja.
Bersama-sama, Shanaz, Linda, Mama Rina dan Lita bertekad untuk menemukan Bunda. Mereka yakin, Bunda pasti sedang membutuhkan mereka, dan, perjalanan pencarian mereka pun dimulai…