Menunggu Bunda Pulang
Beberapa minggu kemudian, Lita berhasil mendapatkan informasi tentang keberadaan Aryati. Aryati ternyata telah memiliki rumah tangga baru, ia baru saja menikah dengan laki-laki bernama Hendri. Mereka tinggal di desa sebelah.
Lita juga mengetahui penyebab Aryati kerap pulang larut malam, karena menjalankan perannya sebagai istri untuk melayani suami barunya. Di sisi lain harus menjadi ibu dari dua orang anaknya.
Lita masih belum percaya dengan apa yang baru saja diketahui mengenai status tetangganya itu. Yang, ia tahu Aryati adalah istri Busari. Selama ini belum terdengar ada informasi perceraian di antara mereka.
Rupanya, Aryati sengaja merahasiakan status pernikahannya. Dia tak ingin warga dari perumahan tempat tinggalnya tahu bahwa dia dan Busari telah bercerai.
Alasan mengapa ia harus menyembunyikan pernikahan barunya, karena tak ingin kiriman uang dari Busari tersendat gara-gara tahu kalau Bunda sudah punya tempat baru untuk bersandar. Adapun warga juga masih beranggapan Aryati merupakan istri dari Busari.
Shanaz dan Linda mendengar cerita dari Kakak Lita dengan perasaan campur aduk. Mereka terkejut dan sedih. Mereka tak menyangka Bunda telah menikah lagi. Mereka juga merasa kecewa karena Bunda menyembunyikan hal ini dari mereka.
“Tapi, kenapa Bunda harus menyembunyikan pernikahannya? Kenapa Bunda tidak pernah cerita kepada kami?” tanya Shanaz dengan nada kecewa.
Lita hanya bisa menggeleng. “Aku juga tidak tahu pasti, Shanaz. Mungkin Bunda punya alasannya sendiri,” jawab Lita.
Shanaz dan Linda terdiam. Mereka merasa kehilangan. Mereka kehilangan sosok Bunda yang selama ini mereka rindukan. Mereka juga kehilangan kepercayaan kepada Bunda.
Namun, di tengah kesedihan mereka, Shanaz dan Linda menyadari bahwa mereka harus menerima kenyataan. Bunda telah menemukan kebahagiaan barunya. Mereka harus belajar untuk menerima kenyataan, meskipun sulit.
Shanaz dan Linda kemudian memutuskan untuk mengunjungi Bunda. Mereka ingin melihat Bunda dan mengetahui alasan Bunda menyembunyikan pernikahannya.
Mereka sampai di sebuah rumah sederhana di desa sebelah. Rumah itu tampak rapi dan bersih. Aryati menyambut mereka dengan wajah yang tampak bahagia.
“Shanaz, Linda, sayangku. Kalian datang,” ujar Aryati dengan senyum yang merekah.
Shanaz dan Linda memeluk Bunda erat. Mereka merasa bahagia melihat Bunda dalam keadaan sehat.
“Bunda, kenapa Bunda tidak pernah cerita tentang pernikahan ini?” tanya Shanaz dengan suara yang sedikit gemetar.
Aryati menghela nafas panjang. “Bunda takut kalian akan sedih. Bunda juga takut kalian tidak akan menerima Bunda lagi,” jawab Aryati.
Shanaz dan Linda terdiam. Mereka mengerti alasan Bunda. Namun, mereka masih merasa sedikit kecewa.
“Bunda, kami memang sedikit kecewa. Tapi, kami tetap sayang Bunda,” jawab Shanaz dengan suara yang sedikit bergetar.
Aryati mengusap lembut pipi Shanaz. “Bunda mengerti, sayang. Bunda mohon maaf atas semua kesalahan Bunda,” ujar Aryati dengan suara yang bergetar.
Linda memeluk Bunda erat. “Kami tetap sayang Bunda, Bunda,” ujar Linda dengan suara yang lirih.
Aryati memeluk kedua anaknya erat-erat. Dia merasa lega karena anak-anaknya masih mencintainya.
Aryati kemudian memperkenalkan mereka kepada Hendri, suaminya. Hendri menyambut Shanaz dan Linda dengan hangat. Dia juga tampak peduli dengan kedua anak istri barunya itu.
“Halo, Shanaz dan Linda. Saya Hendri, suami Bunda,” ujar Hendri dengan senyum ramah.
Shanaz dan Linda mengangguk dan tersenyum tipis. Mereka mencoba menerima Hendri sebagai bagian dari keluarga mereka.
Beberapa hari kemudian, Shanaz dan Linda kembali ke rumah Mama Rina. Mereka bercerita tentang pertemuan mereka dengan Bunda dan Hendri.
“Mama, Bunda sudah bahagia,” kata Shanaz dengan nada lega.
Mama Rina mengangguk. “Mama senang mendengarnya, Shanaz. Mama selalu berharap Bunda baik-baik saja,” jawab Mama Rina dengan senyum tulus.
Wajah Shanaz tiba-tiba tampak sendu. Ia teringat wajah bapaknya yang sudah tua, yang tengah berjuang keras dengan pekerjaan beratnya sebagai pekerja tambang di lepas pantai. Pekerjaan itu terlalu berat untuk dijalani oleh bapaknya yang telah berusia lebih dari enam puluh tahun.
Hati Shanaz terasa perih karena kecewa. Padahal, ayahnya masih mengirimkan uang nafkah untuk Shanaz, Linda, dan ibunya hingga bulan lalu. Namun, ternyata ibunya telah menemukan kebahagiaan baru dalam pelukan pria lain selama beberapa bulan terakhir.
Shanaz dan Linda tetap tinggal bersama Mama Rina dan Lita. Mereka menjalani kehidupan baru yang penuh kebahagiaan, atau lebih tepatnya, mereka dipaksa untuk menciptakan kebahagiaan di tengah situasi yang sulit.