Menyedihkan, Jelang Peringatan “Global Tiger Day” Harimau Sumatera Citra Kartini Mati
Kepala Seksi PTN Wilayah I, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat, Nurhamidi, membenarkan kematian tersebut, yang mana HS mati diduga akibat berkelahi dengan kerbau.
Nusantarapedia.net, Sungai Penuh, Jambi — Pada tanggal 29 Juli nanti merupakan peringatan Hari Harimau Sedunia atau “Global Tiger Day”, mulai digagas pada tahun 2010 yang lalu di St. Petersburg, Rusia, dalam Tiger Summit “Global Tiger Day”.
Penetapan hari Harimau tentu bertujuan untuk usaha konservasi Harimau. Dunia harus diingatkan bahwa keberadaan Harimau terancam punah akibat perburuan liar dan konversi hutan, serta faktor lainnya.
Jelang peringatan tersebut, kabar menyedihkan datang dari Kabupaten Kerinci, Jambi. Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang diberi nama Citra Kartini mati.
Sebagaimana dikutip dari laman resmi ksde.menlhk. Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Harimau Citra Kartini tersebut berasal dari Suaka Satwa (sanctuary) Barumun, Sumatera Utara, yang dilepasliarkan di zona inti kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) pada tanggal 8 Juni 2022.
Kronologi Kematian Harimau Citra Kartini dari sumber Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat
Harimau tersebut ditemukan mati di kawasan hutan di wilayah Desa Baru Lempur, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci pada hari Selasa, 19 Juli 2022.
Sebelum ditemukan mati, telah dilakukan pemantauan pergerakan satwa tersebut melalui data GPS collar, dan sejak tanggal 23 Juni 2022 dilakukan kegiatan pemantauan/ patroli di lapangan sekaligus kegiatan pencegahan dan penanggulangan konflik satwa liar secara bersama-sama antara Balai Besar TNKS (BBTNKS), Balai Besar KSDA Sumatera Utara, BKSDA Jambi, dan Fauna Flora International-Indonesia Programme (FFI-IP) di Desa Renah Kayu Embun dan sekitarnya pada Kecamatan Kumun Debai, Kota Sungai Penuh.
Kegiatan pencegahan dan penanggulakan konflik ini dilakukan sebagai tindak lanjut laporan masyarakat yang melaporkan penampakan Harimau Sumatera (HS) di lokasi.
Kemudian pada tanggal 28 Juni 2022 diputuskan untuk dilakukan pemasangan kandang untuk menangkap dan mengevakuasi HS Citra Kartini serta pemasangan camera trap pada tanggal 30 Juni 2022 untuk memantau situasi dan pergerakan HS dan satwa lain di lokasi.
Pada tanggal 17-18 Juli 2022 pantauan data GPS collar Citra Kartini tidak menunjukkan pergerakan, kemudian Tim Tiger Protection Conservation Unit (TPCU) Balai Besar TNKS melakukan pengecekan lapangan ke lokasi titik GPS pada tanggal 19 Juli 2022 dan pada pukul 13.11 WIB, sekitar 800 m dari batas kawasan TNKS menemukan HS Citra Kartini dalam keadaan mati.
Selanjutnya pada pukul 16.00 WIB dilakukan evakuasi Citra Kartini oleh Tim Gabungan BBTNKS-TPCU, PHS-KS & MHS-KS (FFI-IP) hingga pukul 22.00 WIB tiba di Kantor BBTN Kerinci Seblat.
Untuk mengetahui kondisi jasad dan penyebab kematian HS Citra Kartini, dilakukan pemeriksaan/autopsi/nekropsi terhadap kadaver oleh drh. Dwi Sakti Nusantara dan drh. Kenda Adhitya Nugraha yang disaksikan oleh petugas BBTNKS, BKSDA Jambi bersama Tim Gabungan Evakuasi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, HS Citra Kartini didiagnosa SEPSIS, yaitu suatu kondisi dimana semua organ mengalami perdarahan dan ditandai dengan tanda pucat pada selaput organ. Kesimpulan dari perubahan-perubahan pada organ menunjukkan adanya peradangan pada hati, ginjal, paru, pembesaran jantung (penebalan otot jantung) dan kekurangan cairan tubuh dan anemia akut.
Untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian HS Citra Kartini, maka beberapa sampel organ akan dikirim untuk uji laboratorium di Balai Veteriner Bukit Tinggi.
Balai Besar TNKS sangat bersedih dan merasa kehilangan atas kematian HS Citra Kartini serta mengucapkan terimakasih kepada mitra dan masyarakat yang terus membantu dan mendukung dalam pemantauan, pengamanan dan evakuasi HS Citra Kartini.
Kejadian ini menjadi pembelajaran bagi kita semua dan besar harapan bahwa kejadian kematian satwa liar terutama HS tidak terulang kembali. Selanjutnya, Balai Besar TNKS bersama instansi terkait akan terus melakukan pemantauan dan monitoring HS Surya Manggala serta kegiatan penanggulangan konflik satwa dan upaya penyelamatan satwa.
Taman Nasional Kerinci Seblat adalah benteng terakhir habitat dari keanekaragaman hayati terutama top predator HS, sehingga BBTNKS akan terus menjamin kelestarian dan terselenggaranya pengelolaan konservasi ekosistem, jenis dan genetik yang memberi kemanfaatan untuk masyarakat dalam menjamin keseimbangan rantai makanan.
Sementara itu, Kepala Seksi PTN Wilayah I, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat, Nurhamidi, membenarkan kematian tersebut, yang mana HS mati diduga akibat berkelahi dengan kerbau.
“Kalau fisiknya di luarnya mungkin karena ada semacam luka atau apa yang diduga apakah itu berkelahi dengan kerbau atau apa gitu,” ujar Nurhamidi dikutip dari CNNIndonesia.com, Minggu (24/7/2022).
“Itu (berkelahi dengan kerbau) kami masih menduga-duga. Sampel organnya kami kirim ke Bukittinggi,” imbuh Nurhamidi.
Nurhamidi saat dihubungi NPJ Minggu, (24/7/2022) melalui saluran WhatsApp mengatakan, dengan adanya kasus kematian HS tersebut, pihaknya berharap bagaimana caranya HS tetap lestari, mengingat spesies Harimau tinggal jenis Harimau Sumatera, sementara Harimau Jawa dan Bali telah punah.
“Harapan kita semuanya, Harimau Sumatera tetap lestari di habitatnya, karena Harimau Sumatera merupakan salah satu dari tiga Harimau yang ada di Indonesia, yang mana dua di antaranya sudah punah, yaitu Harimau Jawa dan Harimau Bali. Upaya yang harus dilakukan adalah menjaga habitatnya dari degradasi, perambahan, pembalakan dan perburuan satwa, ini tugas kita bersama dalam rangka konservasi Harimau Sumatera,” kata Nurhamidi.
Sebagai informasi, seperti dikutip dari NPJ dalam artikel “Harimau Jawa Telah Mati, Hidup Abadi dalam Imajinasi Antroposentris.” Di Indonesia, Harimau Jawa telah punah bersama Harimau Bali (Panthera tigris sondaica dan Panthera sondaica baliae), saatnya harus peduli pada kelangsungan hidup Harimau lainnya, seperti Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), sebagai satu-satunya spesies Harimau yang masih hidup di Indonesia. Yang mana populasinya sudah sangat mengkhawatirkan (kritis).
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2018, perkirakan bahwa jumlah harimau sumatera di alam liar kurang lebih 603 ekor yang tersebar dalam 23 lanskap di Sumatera dengan jumlah masing-masing berkisar dari 1 hingga 185 individu.
Saatnya kita peduli pada konservasi Harimau agar tidak punah seperti nasib Harimau Jawa dan Bali. Secara ekologi, Harimau berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Harimau sebagai predator tertinggi, menempati posisi puncak pada rantai makanan di alam. Hilangnya Harimau akan menyebabkan trophic cascade, sebuah fenomena ekologi ketika jumlah satwa yang berada di bawah rantai makanan harimau berlebih (over populasi).
Jika hewan di bawah Harimau over jumlahnya, maka akan membutuhkan ruang dan pangan di dalam hutan dalam jumlah lebih banyak, akibatnya hutan akan terganggu regenerasinya, dan hutan sebagai penyedia oksigen akhirnya mempengaruhi kebutuhan oksigen bagi manusia.
Kasus seperti di atas hanya variabel kecil saja dari dampak punahnya Harimau sebagai raja predator dalam mata rantai pangan, belum lagi simpul-simpul lainnya sebagai akibat dari kepunahan Harimau yang berpengaruh pada ekosistem dunia dengan dampak lanjutan yang terus mengular, termasuk pada kehidupan manusia.
Selamat Hari Harimau Sedunia, pada 29 Juli 2022.
Harimau Jawa Telah Mati, Hidup Abadi dalam Imajinasi Antroposentris
Mengenal Status Konservasi Spesies (EX, EW, CR, EN, VU, NT, LC, DD, NE)
An An, Panda Raksasa Tertua di Dunia Mati
Hiu Hidung Tumpul Berinsang Enam Ditemukan Nelayan Taiwan
Mapian Biodiversity Conservation (MBC), Konservasi Penyu di Pulau Cendrawasih
WHO Mengumumkan, Cacar Monyet (Monkeypox) Dinyatakan sebagai Darurat Kesehatan Global