Menyoal Penulisan Buku Teks Pelajaran
Di samping penyajian kurikulum dan bahasa Indonesia, penulis buku teks pelajaran juga perlu memilah dan memilih gambar dan jenis huruf (font) sesuai dengan usia peserta didik. Jadi, kelayakan buku teks pelajaran itu harus memenuhi standar penyajian kurikulum, bahasa, dan grafika.
Nusantarapedia.net, Gerai | Resensi — Menyoal Penulisan Buku Teks Pelajaran
ALKISAH, pemerintahan Cina mewajibkan setiap anak di atas enam tahun bersekolah. Jika tidak, ada orang dewasa yang harus masuk penjara. Dengan berat hati, para petani Cina merelakan tenaga kerja berharga itu untuk bersekolah. Mereka pun harus mengeluarkan biaya sekolah dan buku.
Begitu buku pelajaran tiba di rumah, ayah, ibu, kakek, dan nenek si anak kagum. Kemudian, mereka keheranan karena gambar-gambarnya tampak asing atau tidak sesuai dengan kenyataan. Keheranan kembali muncul saat si anak membaca buku dengan keras: ”ini ibu.” Tiap si anak mengeja dengan keras: ”i-n-i i-b-u”, jantung ibunya terasa akan copot. Pada hari keenam, si ibu tidak lagi dapat menahan amarahnya. Diserobotnya buku itu dari tangan anaknya sambil menghardik, ”Coba kulihat, siapa ibumu itu!” Karena dikira ibunya ingin ikut belajar, si anak menunjuk gambar perempuan yang memakai sepatu kulit, berambut pendek, dan memakai rok mini. Meledaklah tangisan si ibu. Setelah didesak kakek dan nenek si anak, ibunya berucap sambil terisak, ”Dari mana dia dapat ibu macam kalong begitu!”
Ketika si anak mengeja keras-keras, ”i-n-i a-y-a-h”, ibunya tidak berani tanya lagi. Dia takut jangan-jangan suaminya bertanya, ”Kapan dia mendapat ayah baru untuk si anak?” Sekalipun begitu, si ibu tidak habis pikir mengapa buku itu bersikeras memberikan ibu dan ayah baru pada anaknya, padahal mereka sudah punya sendiri.
Kehidupan rumah makin gawat ketika si anak membaca keras-keras, ”Di dalam keluarga, aku memiliki ayah, ibu, serta saudara laki-laki dan perempuan”. Nenek dan kakek tidak disebut. Nenek pun tersinggung. Meledaklah kemarahannya, ”Jadi, sekarang rumah ini cuma ada kalian! Aku tidak masuk hitungan?” teriaknya sambil menghajar panci dengan batu sampai hancur.
Akhirnya, melihat penderitaan yang harus mereka tanggung karena pendidikan anaknya semakin gawat, ayahnya memutuskan untuk mengeluarkan anak lelakinya dari sekolah dan merelakan dirinya masuk penjara.
Kisah inspiratif di atas ada korelasi dengan buku karya B.P. Sitepu ini. Betapa tidak, penyusunan buku teks pelajaran harus esktra hati-hati sebab buku ini akan menentukan mutu peserta didik di kemudian hari.
Penyajian isi buku teks pelajaran bertaut erat dengan ”roh” jenis buku tersebut, yakni kurikulum yang berlaku. Selain kurikulum, penulis buku teks pelajaran perlu juga menguasai bahan ajar yang disampaikan dengan bahasa Indonesia (sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik). Di samping penyajian kurikulum dan bahasa Indonesia, penulis buku teks pelajaran juga perlu memilah dan memilih gambar dan jenis huruf (font) sesuai dengan usia peserta didik. Jadi, kelayakan buku teks pelajaran itu harus memenuhi standar penyajian kurikulum, bahasa, dan grafika.
Hadirnya buku karya B.P. Sitepu ini sangat membantu para penulis buku teks pelajaran. Oleh sebab itu, buku ini tepat dibaca para guru atau kelompok penulis yang mengkhususkan profesinya dalam menulis buku teks pelajaran. Selain itu, para editor dan tim desainer pada penerbit buku, juga tepat mempelajari isi buku ini.
(Edi Warsidi, pernah menjadi pemenang lomba menulis buku pelajaran jenjang SD bidang studi Bahasa Indonesia, yang diselenggarakan Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk, Kemdikbud, 2008).
Buku Iqra’ karya K.H. As’ad Humam, ”Pahlawan Pemberantas Buta Huruf Al-Qur’an”.
Bahasa Indonesia dalam Buku Kumpulan Soal
Editor Bagai Matador
Grand Theori George Ritzer, Sosiologi Berparadigma Ganda
Ibu dan Masa Depan Keluarga