Menyongsong Pemilu 2024, Paroki Katedral Maumere Gelar Seminar “Pendidikan Politik Kritis Warga/Umat Keuskupan”
Nusantarapedia.net | SIKKA, NTT — Dalam rangka menyongsong Pemilu 2024, Paroki Katedral St. Yoseph Maumere bekerja sama dengan Biro Politik Keuskupan Maumere serta Komisi Kerasulan Awam KWI menyelenggarakan seminar “Pendidikan Politik Kritis Warga/Umat Keuskupan Maumere”. Berlangsung di Khaerubim Hall Center pada Jumat dan Sabtu, (6-7/10/2023).
Bernadus Teng Karwayu, selaku Ketua Panita Penyelenggara Seminar Pendidikan Politik Kritis Warga/Umat, kepada media NPJ menguraikan maksud dan tujuan pendidikan politik ini.
“Ini adalah kegiatan yang disponsori oleh Keuskupan Maumere yang menghadirkan 100 orang, yang bertujuan untuk memberikan kesadaran politik berbagai potensi dan meningkatkan kepedulian awam dengan dukungannya terhadap pertumbuhan gereja, sehingga siapa pun caleg dan siapa pun calon bupati, gubernur dan presidennya harus dipertanggungjawabkan secara moril, dengan mengurangi atau menghilangkan politik identitas jual beli — jual beli suara,” kata Bernadus Teng Karwayu.
“Dengan demikian yang tampil menjadi figur-figur pilihan nanti, adalah benar-benar figur pilihan berdasarkan pertimbangan nurani yang anti korupsi, yang berkualitas, sehingga pada akhirnya ketika yang bersangkutan berada di posisi sebagai legislatif maupun eksekutif, itu adalah orang-orang yang terbaik dengan tentu saja yang utama adalah disiplin harus ditegakkan, kaderisasi harus diperjuangkan,” lanjutnya.
“Jika kaderisasi fondasinya bagus maka secara otomatis ke atasnya pasti bagus, dan ini sedang diperjuangkan, yang telah dilakukan oleh seksi politik Paroki Katedral Maumere yang telah mengadakan latihan kepemimpinan tingkat dasar bagi orang muda Katolik secara berkala dari dasar, nantinya akan ke jenjang menengah, dan ini merupakan salah satu contoh (bentuk) atau upaya regenerasi dari dasar sebagai upaya untuk melahirkan calon-calon pemimpin masa depan yang berkualitas,” terang Bernadus Teng Karwayu.
“Kesimpulannya adalah, yang terthabis tetap hirearki dan yang terbaptis harus memiliki satu sinergi yang sama, semangat yang sama untuk membangun gereja dan masyarakat menjadi makin baik dengan tanpa toleransi tentang korupsi,” tutup Bernadus Teng Karwayu.