Mistisisme Iringan Musik pada Reog Ponorogo

Kesenian reog ini berkelindan erat dengan musik pengiringnya yang konon perpaduan dan ritme nya menimbulkan nuansa mistis yang memunculkan atau mengundang ruh.

4 September 2022, 23:23 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Seni — Mistisisme Iringan Musik pada Reog Ponorogo

REOG adalah pertunjukan seni budaya yang berasal dari Ponorogo. Kesenian ini memiliki ciri khas dari gerak tari dan musik pengiringnya. Yang lebih menarik dan khas dari reog adalah bahwa tari ini mengandung unsur magis. Karena dalam helatnya, terdapat pawang tari yang selalu memanggil roh halus yang mencoba memasuki para penarinya.

Hingga kini, di beberapa daerah, seni Reog masih tersaji asli sesuai budaya asalnya. Terdapat penari utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping. Memainkan tokoh-tokoh jathil, warok, rampak gedrug, barongan, dadak merak hingga bujang ganong.

Kesenian reog ini berkelindan erat dengan musik pengiringnya yang konon perpaduan dan ritme nya menimbulkan nuansa mistis yang memunculkan atau mengundang ruh dan spirit dari seni reog itu sendiri.

Beberapa peralatan musik yang digunakan dalam pertunjukan seni reog antara lain; kendang, bonang/bende, demung, kempul gong, saron, dan selompret (terompet) khas reog Ponorogo.

Khusus pada penggunaan alat musik tiup selompret pada iringan reog asli dari Ponorogo menjadi ciri khasnya. Di luar reog Ponorogo, seperti reog jathilan atau jaranan di daerah kebudayaan Mataraman atau Kedu serta daerah di luar Ponorogo tidak menggunakan instrumen selompret.

Selompret Reog adalah salah satu alat musik tiup pada kesenian pertunjukan Reog Ponorogo. Alat musik ini sangat dominan saat Reog dipertunjukan. Selompret Reog memiliki tangga nada campuran yang disebut Pelog Sendro, gabungan dari tangga nada Pelog dan Slendro dengan memiliki 5 lubang (wikipedia).

Bagian-bagian dari selompret Reog, yaitu; Clepor, Sulingan, Pitingan, Brengosan atau Nyari, dan Kepikan.

Iringan musik reog dalam pertunjukan reog gaya Mataraman, biasanya diawali dengan beberapa pengrawit yang mulai sibuk menata alat atau gamelan yang akan digunakan. Alat yang digunakan antara lain: satu buah Kendhang Bem, satu buah Kendhang Ketipung, dan satu buah Kendhang Ciblon. Tiga buah Bonang/Bendhe dengan bentuk yang masing masing berbeda berlaras slendro, hal ini bertujuan untuk menciptakan bunyi yang khas dan menjadi ciri khas setiap pertunjukan reog dari induk gaya Ponorogo.

Masih dengan iringan musik yang sama, sambil menunggu pemain yang mempersiapkan diri, para pemain lainnnya mulai memainkan pecut. Musik semakin lama semakin keras dan tempo yang semakin cepat menandakan bahwa pertunjukan akan segera dimulai.

Pertunjukan diawali dengan penampilan Dadak Merak, dengan jumlah penari dua orang. Penari mulai memutar-mutar tubuhnya sambil meliukkan topeng Dadak Merak mengikuti alunan musik.

Alunan musik semakin cepat. Kemudian dilanjutkan dengan tarian yang kedua yaitu tarian Warok. Warok itu kuat, maka penggambaran gerakan tarian pada tarian Warok ini penuh dengan gerakan yang menonjolkan bentuk tubuh yang kuat, posisi tangan yang selalu di pinggang dan bahu yang diangkat seringkali terlihat pada tarian ini.

Selain itu gerakan gerakan pencak silat mewarnai tarian ini, mulai dari posisi kuda-kuda, membungkuk dan menendang ke atas serta ke bawah tampak pada tarian ini. Dan tarian ini diakhiri dengan gerakan seperti bertarung yaitu dengan berhadapan, berangkulan, dan saling menendang.

Selanjutnya adalah persembahan Tarian Jaranan atau Jathilan. Gerakan Tari Jaranan ini menggambarkan seorang yang sangat lihai mengendarai kuda.

Gerakan meloncat loncat, berputar putar, badan membungkuk dan posisi duduk serta berdiri mengangkat kaki ke atas secara bergantian sering terlihat pada tarian ini.

Selain itu juga menjadi ciri khas penampilan reog disini, penari juga melakukan gerakan pencak silat mulai dari posisi kuda kuda, gerakan tendangan ke atas dan ke bawah sambil menaiki kuda dan memainkan pecut.

Yang terakhir adalah pertunjukan tari topeng atau biasa disebut dengan tari penthul atau Bujang ganong. Dalam menari penthul atau Bujang ganong, gerakan mendhak, meloncat-loncat, gerakan kepala menoleh ke kanan dan ke kiri kemudian ke bawah dan ke atas secara tegas dan cepat seakan-akan bahwa topeng yang dikenakan itu hidup. Gerakan berputar berputar mengelilingi penonton, gerakan melompat salto depan ataupun salto belakang dan berguling.

Beberapa segmen pertunjukan reog di atas adalah prosesi khas dari seni Reog Ponorogo. Banyak komunitas Reog yang menggunakan urutan tersebut sebagai pakem. Beberapa lainnya menampilkan seni rampak gedrug untuk menambah elok dan eksotisnya pertunjukan seni Reog, terutama di daerah-daerah berkembangnya Reog di luar daerah Ponorogo.

Semua gerakan tari tak lepas dari iringan musik yang dimainkan. Efek kesurupan yang muncul dan tarian para penari yang kerasukan juga sangat bergantung pada ritme musik. Terbukti musik tak akan berhenti jika pawang belum memberi kode untuk para penari yang kerasukan ‘diobati’. Ini artinya, alunan musik yang ditimbulkan dari perpaduan beberapa alat tersebut mempengaruhi kekuatan lain dalam menggerakan fisik seorang penari Reog.

Keberadaan dan eksistensi asli kesenian tradisional di zaman modern perlu mendapat apresiasi. Namun, keberadaan seni pertunjukan tradisional pada zaman modern juga dihadapkan pula dengan seni pertunjukan modern dan seni pertunjukan massa yang diasumsikan bahwa seni pertunjukan tradisional saat ini ditopang oleh kepentingan, di antaranya kepentingan ritual dan kepentingan proyek pelestarian pragmatis.


Sejarah Singkat Reog

Reog adalah seni budaya yang terkenal berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Sehingga akhirnya populer dengan sebutan Reog Ponorogo. Reog Ponorogo memiliki sejarah panjang yang begitu herois. Para seniman asli pengusung reog Ponorogo telah tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Bahkan hingga mancanegara. Inilah sebab reog Ponorogo mengalami perebutan status kebudayaan milik siapa.

Pentas seni yang dipercantik penampilannya dengan kemunculan tokoh-tokoh jathil, warok, rampak gedrug, barongan, dadak merak hingga bujang ganong ini sebenarnya secara historis memiliki simbol satiris yang diciptakan oleh Ki Ageng Kutu.

Reog diciptakan untuk menyindir Raja Brawijaya V yang tunduk kepada permaisurinya, Putri Champa. Saat itu, Raja Brawijaya disimbolkan sebagai kepala harimau. Sedangkan burung merak cantik yang menunggangi kepala harimau adalah simbol sang permaisuri, Putri Champa. Hal ini melambangkan ketundukan laki-laki (Raja Brawijaya V) kepada perempuan (Putri Champa).

Latar dari sejarah reog yang timbul di Ponorogo ini, karena pada era Majapahit, daerah Ponorogo adalah vassal dari kerajaan Majapahit, semacam kadipaten di bawah kekuasaan negara agung Majapahit.

Saat ini, pertunjukan reog atau jathilan, salah satu kesenian sub-Reog. Reog telah menyebar ke berbagai daerah di Jawa dan tumbuh menjadi genre-genre baru reog, salah satunya jathilan, angklung reog, dsb.

Reog Ponorogo, Simbol Ketundukan Laki-laki Terhadap Perempuan
10 Pemetaan Wilayah Kebudayaan Jawa Timur (1)
Gambang Rancag Pantun Betawi, Si Jali-jali Abang Jampang, …
Macapat dalam Medium Garap Penyajian Karawitan
Gudeg Djokdja Amat Enak Banyak (F)itamin C-nya, Fajar Bandung Elok Amat Dari Garut Center (1)

Terkait

Terkini