Mobil Listrik, Kelebihan dan Kekurangan Menyambut Transformasi Energi
Kepraktisan dari mobil listrik harus dimulai dengan membangun kebiasaan baru. Biasanya, orang cukup berfikir mengenai kalkulasi bahan bakarnya di mana akan berhenti di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) untuk mengisi bahan bakar.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Iptek —Mobil Listrik, Kelebihan dan Kekurangan Menyambut Transformasi Energi
“Namun demikian, jangan kawatir, dunia selalu mencari titik keseimbangannya dengan otomatis, meski jawaban itu akan terjawab pada proses waktu. Namun demikian, esensi dari transformasi energi dari peralihan mobil pembakaran internal ke mobil listrik tetap dimaknai sebagai upaya untuk mencari titik keseimbangan dunia pada hal keselarasan hidup, antar manusia dan alam. Di situlah mobil listrik sebagai salah satu jawaban mengenai problem ekologi.”
Bersamaan dengan dihelatnya gelaran Formula E di Jakarta, yaitu ajang balap mobil listrik, menjadi gairah baru bagi dunia untuk terus mengembangkan mobil listrik sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan di masa depan.
Berlangsungnya gelaran tersebut pada tanggal 4 Juni 2022 dengan judul event internasional “ABB FIA Formula E World Championship” atau yang sering dikenal dengan sebutan Formula E merupakan sebuah kejuaraan balap mobil kursi tunggal yang hanya menggunakan tenaga listrik. Kendaraan listrik ini membawa pesan transportasi masa depan yang bebas polusi (zero emission) dan ramah lingkungan.
Seperti diketahui, gelaran balap Formula E di Jakarta yang berlangsung di JIEC (Jakarta International E-Prix Circuit) Ancol, diselenggarakan oleh Pemprov DKI Jakarta, membuat antusias bagi produsen industri mobil listrik dunia, pelaku olah raga otomotif maupun pegiat isu lingkungan hidup. Ya, karena tidak menggunakan bahan bakar fosil melainkan menggunakan energi listrik. Di sinilah transformasi energi mulai dipikirkan dan dilakukan oleh dunia seiring dalam kepentingan global untuk banyak tujuan kesadaran lingkungan (ekologi) dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.
Transformasi energi yang mulai menggejala di seluruh dunia, tak hanya konversi energi dari energi fosil ke energi listrik saja, namun dalam definisi keseluruhan transformasi energi ke dalam penggunaan perubahan energi terbarukan. Salah satunya konversi energi listrik.
Konversi Energi Listrik
Konversi energi listrik adalah, berkaitan dengan proses konversi energi dari energi listrik menjadi energi lainnya. Proses konversi energi listrik dilakukan oleh peralatan yang memanfaatkan arus listrik agar dapat bekerja. Konversi energi listrik menjadi bentuk energi lain hanya terjadi melalui penghantar listrik. Energi listrik umumnya diubah menjadi cahaya atau energi gerak. Hasil konversi energi listrik dimanfaatkan oleh rumah tangga, industri maupun pabrik. Di atas adalah konversi energi listrik dalam hal penerapannya, dikutip dari wikipedia.
Sedangkan transformasi energi yang dimaksud dalam hal ini yaitu peralihan energi (bahan bakar) dari kendaraan bermesin pembakaran internal menuju teknologi elektrifikasi atau yang jamak dikenal sebagai mobil listrik.
Pembakaran internal yang dimaksud adalah pembakaran kendaraan (mobil) yang menggunakan bahan bakar bensin, solar, gas, avtur, dan lainnya. Sedangkan teknologi elektrifikasi pada mobil menggunakan energi listrik.
Pembakaran internal atau bahan bakar bensin dari fosil yang di ambil dari bahan dasar seperti minyak bumi, termasuk dalam kategori energi yang tidak terbarukan, tidak bisa diperbaharui dan jumlahnya terus berkurang. Misalnya bisa diperbaharui pun membutuhkan waktu jutaan tahun.
Indonesia dalam hal ini, sebenarnya sudah cukup tanggap dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan.
Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk kendaraan transportasi di jalan raya maupun olahraga otomotif, saat ini masih dalam tahap pengembangan di seluruh dunia dalam hal penyempurnaan teknologi. Adapun klasifikasi jenis teknologi elektrifikasi kendaraan tersebut di antaranya meliputi; Hybrid Electric Vehicle (HEV), Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), dan Battery Electric Vehicle (BEV).
Dalam rangka tujuan transformasi di atas, bagaimana persiapan dan kesiapan dunia (negara-negara dunia) dalam hal penyiapan infrastrukturnya, seperti penyediaan mobil listrik, stasiun pengisian baterai, dan tentunya hubungannya dengan ekonomi dan keuangan.
Berikut ini kajian kelebihan dan kekurangan mobil listrik dalam upaya menuju transportasi yang ramah lingkungan pada tujuan menjadikan langit biru bebas polusi (zero emission).
Kelebihan Mobil Listrik
1) Bebas Polusi Udara (Ramah Lingkungan)
Mobil berbahan bensin fosil, seperti bensin dan solar, menghasilkan emisi berupa gas CO2 dan CO yang berdampak buruk terhadap lingkungan, juga bagi kesehatan manusia. Bisa berdampak langsung maupun akumulatif.
Banyaknya jumlah mobil berbahan bakar fosil akan mengeluarkan asap ke udara dengan potensi mencemari udara dengan intensitas yang tinggi. Satu mobil listrik bisa mengurangi pencemaran udara hingga 4,6 metrik ton gas rumah kaca.
2) Mobil Yang Senyap dan Mulus (Polusi Suara)
Mobil listrik tidak berisik, hampir tidak mengeluarkan suara yang bising. Dengan demikian, polusi suara yang terakumulasi dari banyaknya kendaraan pembakaran internal dapat dikurangi. Selain itu perjalanan di dalam kabin cukup senyap, para penumpang hampir bisa mendengarkan suara di luar kabin. Hal ini juga berpotensi mengurangi angka kecelakaan.
Dengan demikian, berkurangnya polusi suara berdampak pada kenyamanan hingga keselamatan pengendara (penumpang) dan orang sekitar yang berada di jalan raya, yaitu semua pengguna jalan dan orang-orang yang berada (terhubung) dalam kesatuan infrastruktur jalan raya.
Hal tersebut juga senada dengan peraturan Menteri Perhubungan untuk mengeluarkan peraturan baru yang mengharuskan mobil listrik dilengkapi dengan speaker agar bisa menghasilkan suara berfrekuensi 75 desibel. Tujuannya, mobil listrik bisa melaju dengan aman tanpa mengurangi kenyamanan saat berkendara.
3) Perawatan Murah
Mengganti oli mesin, injektor atau busi, radiator dan onderdil lainnya, merupakan resiko perawatan dari mobil dengan pembakaran internal.
Dengan mobil listrik, cukup fokus pada satu perawatan sistem kelistrikan, yaitu baterai. Namun demikian, untuk perawatan lain seperti kaki-kaki (ban, spooring, balancing), minyak rem, minyak gardan, dlsb, tetap diperlukan sama antara mobil listrik dan mobil pembakaran internal. Namun demikian, dalam akumulasi perawatan, mobil listrik tetap lebih simpel dan akhirnya bisa menghemat biaya.
4) Teknologi Keselamatan
Kelebihan mobil listrik tentu sudah didesain pada segi keamanannya. Rangkaian uji coba untuk ‘safety car‘ seperti uji ketahanan mobil, uji tahan api dan air, uji vibrasi dan guncangan pada potensi-potensi kasus gangguan dan tabrakan sudah diperhitungkan matang. Seperti dilengkapinya teknologi Intelligent Transport System (ITS) yang akan langsung memutus aliran listrik pada mesin ketika terjadi tabrakan.
Jadi, potensi ancaman keselamatan seperti kebakaran atau masalah lainnya sudah diperhitungkan sedetail mungkin seperti pada ‘safety car‘ mobil pembakaran internal, yaitu sistem air bag, sabuk pengaman, material peredam getaran, dlsb.
5) Hemat
Memang saat ini, kelebihan mobil listrik yang dikatakan hemat belum sepenuhnya dipercaya oleh masyarakat sebagai mobil pribadi. Hal tersebut bisa dimaklumi karena keberadaan infrastrukturnya masih cukup terbatas di tempat-tempat tertentu, seperti stasiun pengisian baterai.
Namun demikian, bila dikalkulasi lebih detail penghematan itu nyata, karena konversi dari bahan bakar minyak ke listrik jauh lebih murah. Selain biaya perawatan rutin, biaya pajak yang lebih murah. Dalam kesimpulannya, mobil listrik dapat menghemat semua biaya tersebut dibandingkan dengan biaya mobil konvensional (internal).
Dikutip dari nissan.co.id, menurut penelitian, menyebutkan bahwa untuk menempuh jarak 120 kilometer, mobil listrik hanya memakan biaya Rp.75 ribu, sementara mobil internal memakan biaya 2x lipat. Kabarnya juga, pembelian mobil listrik dibebaskan dari PPnBM (Pajak Pembelian atas Barang Mewah).
Kekurangan Mobil Listrik
1) Harga Belum Terjangkau
Ya, saat ini harga mobil listrik di Indonesia dan dunia, masih relatif mahal bagi masyarakat umum.
Dikutip dari carmudi.com. sebagai contoh, harga mobil listrik termurah di Indonesia saat ini adalah DFSK Gelora E yang dijual mulai harga Rp.469 jutaan. Itupun tergolong produk segmented karena memiliki wujud sebagai kendaraan komersial.
Produk dari Hyundai, yaitu Hyundai Kona atau Ioniq dibanderol dengan angka Rp.600 juta-an.
2) Stasiun Pengisian Baterai
Saat ini, stasiun pengisian baterai mobil listrik belum dibangun merata, masih terbatas di tempat-tempat tertentu. Hal inilah yang menjadi alasan keengganan orang membeli mobil listrik.
Meskipun konsumen juga bisa mengisi daya di rumah, namun belum tersedianya stasiun pengisian baterai secara merata, dianggap masih belum efektif dan efisien, masih terlalu ribet dengan tingkat kepraktisan yang harus dijadwalkan jauh-jauh sebelumnya.
Dalam perencanaannya, pemerintah melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) sedang mengkaji untuk mendirikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) secara merata.
3) Waktu Pengecasan Lama
Kepraktisan dari mobil listrik harus dimulai dengan membangun kebiasaan baru. Biasanya, orang cukup berfikir mengenai kalkulasi bahan bakarnya di mana akan berhenti di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) untuk mengisi bahan bakar.
Untuk mobil listrik, kebiasaan baru tersebut harus dibangun dengan membiasakan pengecessan baterai pada jam-jam tertentu, misalnya malam hari menjelang istirahat. Itu pun waktu pengisiannya membutuhkan waktu yang cukup lama.
Dikutip dari carmudi com. meski durasi pengecasan itu tergantung cara yang digunakan. Misalnya, untuk mobil listrik Hyundai melalui wall charger yang didapat pada saat pembelian mobil baru untuk digunakan di rumah dengan rata-rata daya listrik kelas rumah tangga, maka pengisian bisa dilakukan selama 5—6 jam dari kondisi kosong sampai penuh.
Berbeda lagi pengisian di SPKLU, yang sudah dirancang untuk fasilitas fast charging-nya bisa mengisi daya baterai mobil selama 1—2 jam sampai penuh.
Namun, secepat-cepatnya durasi pengisian dengan teknologi fast charging, tetap lebih cepat mengisi BBM di SPBU yang hanya memakan waktu sekitar 10—15 menit, jika tanpa ada antrean karena suatu hal.
4) Harga Baterai Mahal
Ruh dari mobil listrik terletak pada baterai nya, itu pasti. Yang mana merupakan komponen paling mahal pada sebuah mobil listrik. Meskipun pabrikan memberikan garansi yang cukup panjang untuk komponen baterai, seperti garansi sampai 8 tahun atau sekitar 160 ribu kilometer.
Hal tersebut belum ditambah resiko-resiko kerusakan baterai yang tidak dijamin berdasarkan aturan garansi, tentu menjadikan masyarakat berfikir dua kali untuk membeli mobil listrik. Pernah ada suatu kasus di dunia, seseorang meledakkan mobil listriknya karena biaya penggantian baterai nya hampir senilai harga mobil barunya.
Nah, Nuspedian yang budiman! di atas adalah kelebihan dan kekurangan dari mobil listrik saat ini dari parameter perbandingan dengan mobil pembakaran internal. Jadi, bagaimana, masih tertarik untuk membelinya saat ini?
Namun demikian, jangan kawatir, dunia selalu mencari titik keseimbangannya dengan otomatis, meski jawaban itu akan terjawab pada proses waktu. Namun demikian, esensi dari transformasi energi dari peralihan mobil pembakaran internal ke mobil listrik tetap dimaknai sebagai upaya untuk mencari titik keseimbangan dunia pada hal keselarasan hidup, antar manusia dan alam. Di situlah mobil listrik sebagai salah satu jawaban mengenai problem ekologi.
Moral Clarity dan Etika Politik Poros Intelektual
Aktualisasi Semangat Kebangkitan Nasional Indonesia Sebagai Substansi Bukan Sensasi
Pembangunanisme, Rumah Berlindung Pemekaran Daerah (1)