Moda Transportasi Massal Modern Jakarta Integrasi Masa Depan. Perbedaan KRL, MRT, LRT, BRT dan Non BRT Bus Listrik (2)

Merubah kultur dari penggunaan kendaraan internal ke kendaraan berbasis listrik adalah keharusan transformasi yang harus cepat dilakukan. Tidak hanya kota Jakarta, namun kota-kota di Indonesia dan dunia.

13 Juni 2022, 22:59 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Pekerjaan Umum — Moda Transportasi Massal Modern Jakarta Integrasi Masa Depan. Perbedaan KRL, MRT, LRT, BRT dan Non BRT Bus Listrik

“Pembangunan LRT akan terus dibangun bertahap dengan skenario pembiayaan dan skema lainnya. Ending dari pembangunan moda transportasi LRT ini direncanakan akan terkoneksi dan terintegrasi dengan Bus Transjakarta (koridor 1, 5, 6, 7, 8, 11), LRT Lin Utara-Selatan, MRT Jakarta, KRL Commuterline dan Non BRT Bus Listrik, sebagai moda transportasi massal terintegrasi masa depan.”

3) Moda Transportasi Massal Jakarta berupa LRT

3.1) LRT Jakarta

LRT (Light Rail Transit), merupakan kendaraan umum kereta listrik dengan badan cukup langsing, disebut dengan kendaraan Lintas Rel Terpadu. Mulai dibangun pada Juni 2016 dan beroperasi penuh tanggal 1 Desember 2019.

LRT dioperasikan oleh PT. LRT Jakarta di bawah PT. Jakarta Propertindo (Perseroda), merubah Badan Usaha Milik Daerah Pemprov DKI Jakarta.

LRT ini hanya mampu membawa penumpang dengan kapasitas 257 – 600 orang saja, dengan target penumpang setiap harinya membawa 360.000. LRT dengan catatan waktu tunggu dan durasi antar stasiun sama dengan MRT.

LRT terdiri dari 2 – 4 gerbong pada tiap rangkaian keretanya, bergerak pada jalur layang sehingga tak terkena efek dari macetnya lalu lintas, tetapi tidak melewati jalur bawah tanah seperti MRT. Mampu melewati jalur lebih sempit dan melingkar.

Saat ini, LRT Jakarta memiliki jalur sepanjang 5,8 km (3,6 mi), melayani enam stasiun dengan jumlah satu jalur. Lebar sepur 1.435 mm (4 ft 8 1⁄2 in), dengan tenaga listrik 750 V DC rel ketiga.

Jalur Fase 1 yang saat ini beroperasi merupakan jalur Lin Selatan yang menghubungkan Kelapa Gading-Velodrome. Targetnya, akan dibangun jalur Lin Utara yakni; Jalur Fase 2A, Fase 3A, 2B, 3B (dalam studi kelayakan).

Targetnya, LRT secara keseluruhan akan dibangun empat jalur lagi, yang mana pada awalnya berjumlah tujuh. Adapun skema jalur tersebut seperti di bawah ini.

Loop Line
• Fase 1: Kelapa Gading-Velodrome
• Fase 2A: Kelapa Gading-JIS
• Fase 3A: JIS-Rajawali
Halim Line
• Fase 2B: Velodrome-Klender
• Fase 3B: Klender-Halim

Untuk program jangka panjangnya, selain LRT Lin Selatan dan Utara akan ditambah lagi dengan rute Pulogebang-Joglo sepanjang 3.21 km (1.99 mi).

Pembangunan LRT akan terus dibangun bertahap dengan skenario pembiayaan dan skema lainnya. Ending dari pembangunan moda transportasi LRT ini direncanakan akan terkoneksi dan terintegrasi dengan Bus Transjakarta (koridor 1, 5, 6, 7, 8, 11), LRT Lin Utara-Selatan, MRT Jakarta, KRL Commuterline dan Non BRT Bus Listrik, sebagai moda transportasi massal terintegrasi masa depan.

3.2) LRT Jabodetabek

LRT selain dibangun oleh pemprov DKI Jakarta khusus di wilayah Jakarta, saat ini juga akan diluncurkan LRT Jabodetabek di bawah Kementerian BUMN (negara) yang dioperasikan oleh PT. KAI (Persero). Dijadwalkan pada Juli-Agustus 2022 LRT ini sudah trial run maupun operasional.

Jumlah stasiun LRT Jabodebek mencapai 17 dan 1 stasiun. LRT ini terkoneksi dengan kereta cepat Jakarta – Bandung.

Spesifikasinya dengan panjang lintasan mencapai 44 km dengan menggunakan 31 trainset. Rute lintasan pelayanan mulai dari Cibubur – Cawang, Cawang – Dukuh Atas, dan Lintas Bekasi Timur ke Cawang.

LRT ini bertujuan untuk mengurai kepadatan di jalan raya dan tol jalur Jakarta – Cikampek dan Jagorawi.

4) Moda Transportasi Massal Jakarta berupa BRT

BRT dalam nomenklatur bahasa Inggris, yakni Bus Rapid Transit. Disingkat BRT juga diberikan kepanjangan ala Jakarta yakni Bus Raya Terpadu.

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) populer di Jakarta dengan sebutan Busway atau Bus Transjakarta. BRT adalah sistem transit massal berbasis bus yang memberikan mobilitas cepat, nyaman dan berbiaya rendah.

BRT menggunakan jalur khusus dan pelayanan prima serta fitur-fitur istimewa lainnya yang berkaitan dengan infrastruktur dan operasionalnya, seperti pintu geser, halte yang representatif, dlsb. Jalur khusus BRT tidak boleh dilewati kendaraan lainnya.

Konsep BRT sama dengan LRT dan MRT dari kalimat “Rapid Transit” (RT) yang mendeskripsikan transportasi rel berkapasitas tinggi atau right-of-way. Namun tidak menggunakan kereta, kereta digantikan dengan armada bus, dan jalur kereta (rel) menggunakan jalan raya.

Namun pada praktiknya di Jakarta, kecepatan dari Busway hanya terbatas, karena tetap mengalami kendala kemacetan seperti di lampu traffic light, karena saking banyaknya jumlah kendaraan yang melintas di jalan raya. Meskipun jalurnya sudah disendirikan, namun mengurangi lebar jalan untuk dijadikan sebagai lajur Busway.

Meski demikian, keberadaannya dipandang tetap efektif dan efisien, bila dianalogikan, jumlah penumpang Busway seandainya menggunakan kendaraan pribadi, maka keberadaan Busway tetap menyumbang besar mengurangi dampak kemacetan yang semakin parah.

Kecepatan transit tipikal dari sistem BRT rata-rata dari 19–48 km/jam di mana mengkomparasikan dengan permukaan jalan.

Bus Transjakarta dengan jalur lintasan terpanjang di dunia (251.2 km), serta memiliki 260 halte yang tersebar dalam 13 koridor. Kini beroperasi 24 jam, yang awalnya mulai pukul 05.00-22.00 WIB.

Bus Transjakarta mempunyai Peta Per-Rute hampir 150 rute. Dari 150 rute tersebut dikodekan dengan jurusan yang dituju. Berikut contoh kode dan rute Bus Transjakarta, di antaranya.

01 : Blok M – Kota
1A : Pantai Maju – Balai Kota
1B : Stasiun Palmerah – Tosari
Shuttle 1 : Shuttle Bus Koridor 1 Selama Revitalisasi Halte
02 : Pulogadung – Harmoni Central
2A : Pulogadung – Rawa Buaya
Shuttle 2 : Shuttle Bus Koridor 2 Selama Revitalisasi Halte
03 : Kalideres – Pasar Baru
3A : Rusun Daan Mogot – Kalideres
5K : Kampung Melayu – Kota
5M : Kampung Melayu – Tanah Abang via Cikini
5N : Kampung Melayu – Ragunan
06 : Ragunan – Halimun
7M : Kampung Rambutan – Pulogadung
7N : Gandaria – Kampung Rambutan
7P : Pondok Kelapa – BKN
11 : Walikota Jakarta Timur – Kampung Melayu
11A : Pulogadung – Pulogebang
11B : Rusun Rawa Bebek – Pulogebang
MR1 : Blok M – Pakubuwono
MR2 : Blok M – Kramat Pela
MR3 : Blok M – Wijaya

Bus Transjakarta per-Harinya mengangkut penumpang berkisar 500.000 lebih, bahkan pernah menyentuh rekor terbanyak dengan jumlah penumpang 1.060.000. Moda Bus Transjakarta ini merupakan angkutan terbesar dari jumlah penumpang dibanding moda transportasi lainnya.

Bus Transjakarta mulai beroperasi pada 15 Januari 2004, ditandai dengan peresmian Koridor 1. Bus Transjakarta dioperasikan oleh PT. Transportasi Jakarta.

Pada awalnya, jumlah Bus Transjakarta mengontrak 1.056 bus pada tahun 2016, 1.500 pada tahun 2017 dan menargetkan memiliki 3.000 bus pada akhir tahun. Sampai tahun 2022 ini armada Bus Transjakarta sejumlah kurang dari 4.000 bus.

5) Moda Transportasi Massal Jakarta berupa Bus Listrik Non BRT

Pemprov DKI Jakarta menawarkan solusi kemacetan dan kampanye menjadikan Jakarta berlangit biru kembali, dengan upaya mengurangi polusi udara. Hal tersebut diwujudkan dengan peluncuran Bus Listrik Transjakarta Non BRT, pada Rabu (9/3/2022) oleh Gubernur Anies Baswedan.

Masih satu bendera dengan Bus Transjakarta (BRT) yang berbahan bakar internal/BBM (Bahan Bakar Minyak) yang operasionalnya dikelola oleh PT. Transjakarta.

Bus listrik tersebut sebanyak 30 armada bus bebas emisi berbasis listrik. Targetnya, hingga akhir tahun 2022 akan ada 100 bus listrik yang beroperasi.

Dalam laporan Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB tahun 2022, perlu dilakukan upaya untuk mempercepat transisi menuju net-zero emissions. Terkait hal tersebut, Jakarta meregulasi rencana elektrifikasi bus dan armada Transjakarta ke dalam Pergub Nomor 90 Tahun 2021, tentang rencana pembangunan rendah karbon daerah yang berketahanan iklim. Tujuannya jelas untuk mengurangi emisi karbon, mengurangi polusi udara dan kesadaran semua pihak akan pentingnya teknologi ramah lingkungan.

Secara teknis, keunggulan Bus Listrik Transjakarta yaitu, menurunkan potensi polusi suara hingga 28 persen dibandingkan pada bus internal, emisi CO2 pada gas buang bus listrik dapat berkurang hingga 50,3 persen. Secara keseluruhan level efisiensi energi memiliki potensi 5 (lima) kali lebih tinggi pada bus listrik dibandingkan bus diesel.

Rute operasi Bus Listrik Transjakarta pada tahap awal dengan rute non-BRT. Rute tahap awal tersebut berkode 1P (Terminal Senen – Bundaran Senayan). Rute non-BRT lain sebagai rute operasi bus listrik selanjutnya, dipersiapkan ditiga rute, yakni;
1R: Tanah Abang – Terminal Senen
1N: Blok M – Tanah Abang
6N: Ragunan – Blok M.

Bus Listrik Transjakarta terdiri dari tiga merk, yakni Zhongtong, Skywell dan Golden Dragon. Merk Zhongtong memiliki kapasitas baterai sebesar 350 kWh dengan dua pengisian daya. Bisa menggunakan satu port saja untuk mode slow charging, atau fast charging dengan kedua port sekaligus.

Fasilitas di dalamnya (cabin penumpang) disediakan port USB untuk penumpang bila ingin mengisi baterai smartphone.

Sementara bus ber-Merk Skywell dibekali baterai Lithium Ion Phosphate (LiFePo4) berdaya 322 kWh dengan proses pengisian daya selama dua jam. Sedangkan bus ber-Merk Golden Dragon dibekali kapasitas baterai sebesar 326 kWH dengan kecepatan pengisian daya selama 60 menit.

PT. Transportasi Jakarta (TransJakarta), trial bus dilakukan selama tiga bulan dengan rute Kampung Melayu – Tanah Abang (5F), dan rute Senen – Bundaran Senayan berkode 1P.

Operasional Bus Listrik Transjakarta dalam melayani kebutuhan mobilitas masyarakat mulai pukul 05.00-21.30 WIB dan pukul 06:00 – 21:00 WIB di rute lainnya. Tarif regular yang ditetapkan sebesar Rp.3.500 sekali jalan.

Rencana Tarif Integrasi

Pemprov DKI Jakarta akan memberlakukan tarif integrasi antar moda transportasi mencakup LRT, MRT, dan TransJakarta sebesar Rp.10.000, saat ini masih dalam proses legal menunggu Keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sebelumnya, tarif integrasi tiga moda transportasi tersebut telah disetujui Komisi B DPRD DKI Jakarta.

Namun demikian, tarif integrasi yang dimaksud berlaku syarat-syarat tertentu sebagai subsidi kepada warga Jakarta dengan acuan seperti warga penerima bantuan iuran (PBI) sosial.

Arah dari Pemprov DKI Jakarta sebagai kota terpadat, terbesar dan tersibuk di Indonesia memang harus terus meningkatkan kualitas moda transportasi massal modern yang efektif dan efisien. Kalau tidak ingin mobilitas warga Jakarta benar-benar macet (tidak dapat bergerak) di masa mendatang.

Merubah kultur dari penggunaan kendaraan internal ke kendaraan berbasis listrik adalah keharusan transformasi yang harus cepat dilakukan. Tidak hanya kota Jakarta, namun kota-kota di Indonesia dan dunia.

Isu lingkungan hidup menuju “go green” adalah kenyataan yang harus dihadapi dan disikapi oleh penduduk bumi.

Selesai

Sumber website :
1) KRL Commuterline Indonesia
2) PT. Transportasi Jakarta
3) LRT Jakarta
4) MRT Jakarta

Moda Transportasi Massal Modern Jakarta Integrasi Masa Depan. Perbedaan KRL, MRT, LRT, BRT dan Non BRT Bus Listrik (1)
Ragam Acara “Jakarta Hajatan” Ke-495 Bertema Kolaborasi, Akselerasi, Elevasi
Jokowi: Bangun 1.900 Km Tol, Mulyani: Sampai 2014 Hanya 780 Km
Presiden Jokowi: Pembangunan Industri Baterai Listrik Terintegrasi Dimulai
Formula E Sirkuit Otomotif, Politik dan Kampanye Emisi (1)
8 Museum di Jakarta, Dijamin ‘Ngeh’ Sejarah dan Instagramable

Terkait

Terkini