Monyet Tunjukkan Rasa Cinta dan Kasih Sayang (Wippas Pemalang)
Menyangkut perasaan, adalah kebutuhan manusia untuk mendapatkan respons yang baik atau perlakuan hangat dari orang lain dalam bentuk kasih sayang
Nusantarapedia.net, Pemalang, Jawa Tengah — Kasih sayang adalah fitrah yang dimiliki manusia, bahkan naluri alami kasih sayang juga ada pada hewan. Fitrah kasih sayang yang dicontohkan bukan hanya oleh manusia, akan tetapi hewan pun punya naluri yang sama untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang, baik dengan pasangannya maupun oleh induk semangnya.
Menyangkut perasaan, adalah kebutuhan manusia untuk mendapatkan respons yang baik atau perlakuan hangat dari orang lain dalam bentuk kasih sayang. Prinsip dasar perasaan untuk dicintai dengan unsur saling memberi dan menerima. Dalam istilah psikologis disebut afeksi.
Pun dengan hewan monyet. Di tempat wisata hutan Surajaya, Desa Surajaya, Kecamatan Pemalang kota, yang sebagian besar wilayahnya masih berupa hutan, banyak dihuni ratusan hewan monyet.
Kawasan yang banyak dihuni monyet liar adalah wisata Pangeran Purbaya Surajaya atau lebih terkenal dengan Wippas, terletak di sebelah barat Kantor Balai Desa Surajaya.
Menurut Kades setempat Wasno, kawasan Wippas terdapat makam seorang pangeran dari kerajaan Mataram, yaitu Pangeran Purbaya, dari dulu makam ini seringkali dikunjungi oleh orang-orang yang mencari ketenangan diri (bertapa). Tempat ini juga sering dikunjungi oleh para pemerhati sejarah.
Seiring perjalanan waktu, komplek makam Pangeran Purbaya yang berada di tengah hutan Desa Surajaya pun, semakin banyak dikunjungi oleh masyarakat, karena memang letaknya dekat dengan pusat kota Pemalang, kurang lebih hanya lima kilometer. Tempat ini menjadi destinasi yang tenang untuk melepas penat dari hiruk pikuk kota.
Hingga akhirnya pada tahun 2017 lalu, komplek makam Pangeran Purbaya pun di jadikan sebuah destinasi wisata oleh Pemdes setempat, dengan ijin dari Pemerintahan Kabupaten Pemalang.
Masih menurut Wasno, dibuatnya (dibuka) wisata Pangeran Purbaya Surajaya atau Wippas ini guna mempertahankan sejarah yang ada, sekaligus untuk mengenalkan kepada masyarakat, terutama kalangan generasi muda.
Di samping terdapat makam bersejarah, pohon berusia ratusan tahun juga masih banyak terdapat di sini, yang mana menjadi hunian favorit ratusan ekor monyet liar.
Gerombolan hewan berekor panjang ini biasanya turun dari komplek makam yang posisinya berada di sebuah perbukitan untuk mencari makan.
Banyak warung sengaja menjual kacang atau pisang buat pengunjung untuk memberi makan monyet-monyet liar yang akrab dengan manusia ini.
Menurut Kholipah (35) seorang penjual makanan di komplek Wippas menuturkan pada awak media, Minggu (19/2/2023), bahwa monyet-monyet tersebut tidak ganas, hanya saja meminta perhatian agar diberikan makanan.
“Monyet-monyet di komplek Wippas ini tidak nakal, akan tetapi pengunjung dimohon tetap hati-hati, mereka sesungguhnya hanya mencari makan, lewat uluran tangan dari para pedagang atau pengunjung,” katanya.
Lanjutnya, “Kalau hari Sabtu dan Minggu ramai, apalagi libur panjang, pengunjungnya dari luar kota banyak, bahkan pernah ada bule dari Perancis ke sini,” imbuhnya.
Di depan agak jauh dari warung Kholipah, beberapa monyet tertangkap kamera sedang bersama anak-anaknya bercanda dan mencari kutu sambil membelai anak-anaknya.
Sebuah pemandangan yang mengharukan, akan sebuah rasa cinta dan kasih sayang yang diperlihatkan kepada para pengunjung Wippas. Monyet pun mampu menyayangi anak-anaknya, kenapa kita tidak? (Ragil Surono)
Asri dan Alaminya Desa Pegongsoran
Di Tengah-tengah Alun-alun Kota Pemalang Terdapat Sumber Mata Air, Benarkah? (Sejarah Nanas Madu)
Harimau Jawa Telah Mati, Hidup Abadi dalam Imajinasi Antroposentris
Spesimen Penyu Raksasa, Panjang Tubuh 3,7 Meter, Hidup 78 Juta Tahun Lalu
Kota Solo: Mataram Babak Baru – Terkurung Gunung Seribu hingga Kado Banjir Ultah ke-278 (1)