Museum Mandala Bhakti Wanitatama “Penghormatan untuk Peran Kaum Ibu”
- Pada awalnya, Hariti berperangai buruk, tetapi kemudian perilakunya berubah menjadi baik dan menyayangi anak-anak. Munculnya kesadaran menjadi ibu yang baik inilah perilaku yang dapat diteladani -
Nusantarapedia.net, Jurnal | Tourism — Museum Mandala Bhakti Wanitatama
Penghormatan untuk Peran Kaum Ibu
PERAN ibu tidak hanya penting dalam mengisi kemerdekaan, yakni menyiapkan generasi penerus yang andal lahir dan batin. Lebih dari itu, kaum ibu ikut berperan aktif dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Sebagai penghormatan dibangunlah Museum Mandala Bhakti Wanitatama. Museum ini merupakan bagian dari Gedung Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia.
Gedung Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia dan Museum Mandala Bhakti Wanitatama diresmikan pada 22 Desember 1983 oleh Presiden RI (saat itu) dijabat oleh Soeharto. Peresmian tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Ibu. Museum ini berlokasi di Jalan Laksda Adisutjipto No. 88, Yogyakarta.
Gedung Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia Mandala Bhakti Wanitatama dalam rangka memperingati Kongres Perempuan I pada tahun 1928 di Yogyakarta. Pembangunan gedung monumen ini pertama kalinya diprakarsai oleh Ibu Sri Mangunsarkoro saat Kongres Wanita Indonesia tahun 1952 di Bandung.
Gedung Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia terdiri atas enam bagian, yaitu: Balai Shinta merupakan bangunan pendopo joglo, Balai Srikandi dikhususkan untuk Museum Pergerakan Wanita Indonesia, Balai Kunthi untuk ruang pertemuan, Balai Utari difungsikan tempat diskusi, Wisma Arimbi lantai atas difungsikan sebagai penginapan dan lantai bawah untuk perkuliahan atau rapat, dan Wisma Sembodro merupakan bangunan yang dipergunakan sebagai penginapan. Pada bagian dalam Balai Shinta, terpampang dua buah relief yang menggambarkan: Pergerakan Wanita Indonesia dalam Masa Kolonial, Pergerakan Wanita Indonesia dalam Masa Perang Kemerdekaan, Pergerakan Wanita Indonesia dalam Masa Demokrasi Liberal, Pergerakan Wanita Indonesia dalam masa Demokrasi Terpimpin, dan Pergerakan Wanita Indonesia dalam Masa Orde Baru.
Diorama yang menggambarkan Ibu Kartini mengajarkan baca tulis kepada para muridnya.
Walaupun Museum Mandala Bhakti Wanitatama hanya memiliki satu ruangan, koleksi yang tersimpan cukup beragam. Tentu semua benda koleksi bersejarah itu berkaitan dengan perjuangan kaum ibu Indonesia, baik masa penjajahan, perjuangan merebut kemerdekaan maupun peran kaum ibu pada era pembangunan. Beberapa diorama menggambarkan itu semua. Salah satu diorama menggambarkan bagaimana Ibu Kartini mengajarkan baca tulis kepada para muridnya. Di sebelahnya, ada diorama Kongres Perempuan IndonesiaI pada 22—28 Desember 1928 di Yogyakarta. Dari peristiwa inilah kemudian ditetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu. Diorama ini juga dilengkapi dengan berbagai foto bersejarah saat kongres tersebut. Diorama lainnya menggabarkan peran kaum ibu dalam perang kemerdekaan. Selain itu ada juga diorama peran wanita pada era pembangunan.