Nasab Joko Tingkir Versi NU
Dalam tahqiq kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim oleh Gus Ishom tercatat silsilah Joko Tingkir
Nusantarapedia.net, Jurnal | Sejarah — Nasab Joko Tingkir Versi NU
“Merujuk catatan Kiai Ishomuddin Hadziq atau Gus Ishom, muhaqiq kumpulan karya Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari; Joko Tingkir adalah kakek ke-3 dari KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Itu berarti Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid adalah generasi ke-6.”
BEBERAPA waktu yang lalu viral lagu “Joko Tingkir Ngombe Dawet” yang dinyanyikan dengan irama musik dangdut koplo. Setelah viral, banyak yang mengkritisi lirik lagu tersebut, mulai dari kiai, tokoh agama, budayawan, politisi, akademisi, dsb.
Bait pertama yang berbunyi “Joko Tingkir ngombe dawet, ojo dipikir marai mumet,” tersebut diindikasikan ‘melecehkan’ tokoh Joko Tingkir. Disebutkan, Joko Tingkir bukan tokoh biasa, tidak pantas untuk dijadikan bahan guyonan. Lirik lagunya pun terkesan tidak sopan. Kata ‘ngombe‘ (ngoko) tidak pas untuk seorang yang terhormat. Lebih tepatnya ngunjuk (kromo alus). Selain itu, dalam kaidah pantun, lirik tersebut di baris pertama berupa sampiran dengan kalimat “Joko Tingkir Ngombe Dawet” dan sampiran baris kedua dengan kalimat “marai mumet,” itu termasuk yang dipersoalkan, meskipun tidak dalam baris ketiga dan keempat berupa isi.
Lalu, Siapakah sebenarnya Joko Tingkir tersebut? dari sudut pandang kenasaban.
Merujuk catatan Kiai Ishomuddin Hadziq atau Gus Ishom, muhaqiq kumpulan karya Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari; Joko Tingkir adalah kakek ke-3 dari KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama. Itu berarti Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid adalah generasi ke-6.
Nasab Joko Tingkir bertemu dengan Maulana Ishaq ayah Sunan Giri, salah satu Walisongo yang telah berjasa besar dalam mendakwahkan Islam di Nusantara.
Dalam tahqiq kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim oleh Gus Ishom tercatat silsilah Joko Tingkir sebagaimana berikut:
أشعري، بن عبد الواحد، بن عبد الحليم الملقب بفاعيران بناوا، ابن عبد الرحمن الملقب بجاكا تيعكير سلطان هادي ويجایا، بن عبد الله، بن عبد العزيز، بن عبد الفتاح، بن مولانا إسحق والد رادين عين اليقين المشهور بسوتن كبري، التبوإيرنجي الجنباني
Artinya, “Mengenal Penulis kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Nama dan nasabnya: beliau adalah (1) Muhammad Hasyim bin (2) Asy’ari, bin (3) Abdul Wahid, bin (4) Abdul Halim yang bergelar Pangeran Benowo, bin (5) Abdurrahman yang berjulukan Joko Tingkir dan bergelar Sultan Hadiwijoyo, bin (6) Abdullah, bin (7) Abdul Aziz, bin (9) Abdul Fatah, bin (10) Maulana Ishaq ayah Raden Ainul Yaqin yang terkenal dengan gelar Sunan Giri, Tebuireng Jombang. (Ishomuddin Hadziq, Tahqiq Adabul ‘Alim wal Muta’allim, “Jombang, Maktabatut Turatsil Islami: 1415,” halaman 3).
Catatan ini secara gamblang menginformasikan bahwa, Joko Tingkir, yang juga punya panggilan Mas Karebet ini bukan orang sembarangan. Jalur nasab ke atas sampai kepada Maulana Ishaq ayah Sunan Giri, sedangkan jalur nasab ke bawah sampai pada Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahid Hasyim dan Gus Dur.
Mereka semua adalah tokoh-tokoh besar yang sangat dihormati oleh bangsa ini.
Bila kita baca data sejarah lebih lanjut, maka akan kita ketahui, Joko Tingkir adalah raja sekaligus pendiri kerajaan Pajang yang memerintah pada rentang tahun 1568 – 1582 dengan gelar Prabu Hadiwijaya atau Sultan Adiwijaya. Jasanya sangat besar dalam mendakwahkan Islam di bumi Nusantara. Pun demikian anak cucunya terus berkiprah sampai sekarang.
Berikut adalah Syair Pangeran Joko Tingkir
Joko Tingkir wali jowo
Muride Sunan Kalijogo
Wus masyhur ing Nuswantoro
Dadi wali yo dadi rojo (2×)
Legendane Joko Tingkir
Joko gagah sregep zdikir
Statuse yatim piyatu
Biso sukses kerono mituhu (2×)
Ngabdine ing Demak Bintoro
Banjur trus diangkat rojo
Misine nyebarke agomo
Agomo islam agomo mulyo (2×)
Joko Tingkir wali masyhur
Joko Tingkir Rojo luhur
Joko Tingkir pangkate duwur
Mugo kito ketularan makmur (2×)
Itulah syair lagu Joko Tingkir yang sekarang ini banyak diadaptasikan menjadi lagu sholawat. Salah satu yang menyanyikan adalah Cak Imin yang berduet dengan Gita KDI.
Nuspedian, semoga kita semua bisa meneladani kisah beliau. Senantiasa hormat dan ta’dhim dan bisa menjaga nama baik beliau.
Bagi yang ingin berziaroh ke makamnya, salah satunya ada di Dusun Dukoh, Desa Pringgoboyo, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan, karena selain itu masih banyak tempat/makam yang diyakini sebagai kubur dari Prabu Hadiwijaya, seperti di makam Kota Gede, Yogyakarta, dan makam Butuh, Sragen, Jawa Tengah. Namun dalam konteks ini, makamnya dipercayai yang ada di Lamongan, seperti yang dimuliakan oleh tokoh-tokoh Nahdatul Ulama.
Saat berkesempatan mengunjungi Lamongan, tak ada salahnya, menambah daftar makam Joko Tingkir sebagai tujuan wisata religi berikutnya.
Nah, itu tadi sejarah singkat tentang Joko Tingkir dalam konteks jalur kenasaban versi NU (Nahdatul Ulama). Berawal dari viralnya lagu Joko Tingkir, banyak yang jadi membuka kembali pelajaran sejarah. Jadi, salah satu hikmah dari viralnya lagu ‘Joko Tingkir’ adalah sekarang kita bisa mengetahui silsilah Joko Tingkir itu sendiri. Sebelum viral lagu ini, mungkin kita tidak pernah tahu sejarahnya. Dalam artian pengetahuan literasi sejarah perlu ditingkatkan dari berbagai sudut pandang secara keilmuan, tidak terjebak pada narasi sejarah yang “klenik” dan “mistis“.
Semoga info ini bermanfaat, ya, Nuspedian.
Sumber:
• NU Online
• Joko Tingkir dalam Diskursus Sejarah, Tokoh Imajinatif hingga “Ngombe Dawet” (Nusantarapedia)
• Lagu “Joko Tingkir Ngombe Dhawet”, Simbol Semangat Kerja versus Pelecehan Sejarah (Nusantarapedia)
Joko Tingkir dalam Diskursus Sejarah, Tokoh Imajinatif hingga “Ngombe Dawet” (1)
Lagu “Joko Tingkir Ngombe Dhawet”, Simbol Semangat Kerja versus Pelecehan Sejarah
Legenda “Aprang Tandhing” Arya Penangsang vs Danang Sutawijaya di Bengawan Sore (1)
Cak Imin Bersholawat “Joko Tingkir”
Sinyal Megawati Sebut Ratu Kalinyamat, Puan kah? Capres Wanita PDI-P (1)
Sejarah Perahu Kuna Punjulharjo dan Pantai Karang Jahe, Wisata Bahari di Rembang