Ojo Dibandingke Abah Lala, Berkumandang se-Nusantara dari Desa Clunthang Kumandang (1)
Letak Desa Clunthang berada di timur gunung Bibi atau gunung Ijo, dari tinjauan vulkanologi adalah gunung Merapi tua, sedangkan gunung Merapi saat ini adalah Merapi muda
Nusantarapedia.net, Galeri | Panorama — Ojo Dibandingke Abah Lala, Berkumandang se-Nusantara dari Desa Clunthang Kumandang
LAGU Ojo Dibandingke ciptaan Abah Lala, benar-benar telah berkumandang ke seluruh penjuru Nusantara. Susunan melodi dan liriknya telah membuat seluruh negeri berdendang ria. Dari yang muda hingga tua, anak-anak dan remaja, semuanya terhibur dengan alunan lagu bergenre pop berbahasa campuran Jawa-Indonesia tersebut. Paling tidak, hampir rata-rata warga Nusantara hafal di bagian reffrend-nya.
Wong ko ngene kok dibanding-bandingke
Saing-saingke, yo mesti kalah
Tak oyak o aku yo ora mampu
Mung sak kuatku mencintaimu
Kuberharap engkau mengerti
Di hati ini hanya ada kamu
Abah Lala, dengan nama lengkap Agus Purwanto, adalah musisi muda dari Boyolali kelahiran tahun 1986 yang lalu. Abah Lala memulai karirnya bersama grup musik 86 pengiring pertunjukan kesenian kolosal Reog “Saleho”. Bermula dari situlah, Abah Lala yang berposisi sebagai vokalis, juga pemain instrument kendang Jawa, karirnya terus menanjak lewat penampilannya di panggung, juga lewat karyanya “senggakan” Cendol Dawet Pamer Bojo, juga melalui lagu ciptaannya sebelumnya berjudul “Gede Rasa.”
Lagu Ojo Dibandingke ciptaannya yang juga dinyanyikan solo maupun feat dengan Denny Caknan, yang di unggah di YouTube DC. Production pada 3 Juni 2022 lalu menjadi viral dan sempat menjadi trending pencarian di platform Youtube.
Akhirnya, lagu ini booming di atas booming, viral di atas viral, cetar membahana ke seluruh Nusantara bahkan dunia. Bagi warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri pun, pasti tahu lagu ini. Pasalnya, lagu Ojo Dibandingke dinyanyikan oleh Farel Prayoga di Istana Negara. Penyanyi cilik asal Banyuwangi tersebut diundang ke Istana Merdeka dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke-77.
Seisi istana yang rata-rata pejabat tinggi dan tamu undangan yang hadir akhirnya bergoyang, mengikuti irama pop dangdut yang dilantunkan oleh Farel Prayoga dengan lagu Ojo Dibandingke karya Abah Lala.
Tahukah Anda? Bahwa lagu Ojo Dibandingke yang diciptakan Abah Lala bermula di desa tempat lahir dan tinggalnya, yaitu di Dukuh Bendo legi, Desa Clunthang, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Desa Clunthang yang sebelumnya viral mulai tahun 2017 dengan tagar “Clunthang Kumandang,” dengan destinasi wisata baru bernama “Tikungan Cinta” (TC), adalah tanda awal bahwa seisi Nusantara bakal berkumandang lagu Ojo Dibandingke yang diciptakan dari Desa “Clunthang Kumandang.”
Desa Clunthang adalah desa dengan panorama alamnya yang indah. Desa yang teduh, sunyi, damai, tenang. Desa yang subur, makmur dan ber-tradisi di bawah kaki gunung Bibi. Sebuah gunung pelindung keselamatan bagi masyarakat di timur Merapi yang menjadi tameng amukan Merapi kala erupsi. Jarak Desa Clunthang dengan gunung Merapi sekira 4,5 kilometer.
Letak Desa Clunthang berada di timur gunung Bibi atau gunung Ijo, dari tinjauan vulkanologi adalah gunung Merapi tua, sedangkan gunung Merapi saat ini adalah Merapi muda. Awalnya hanya ada gunung Bibi, kemudian lahir gunung Merapi. Desakan Merapi muda terus menyembul ke atas dan mendesak keberadaan gunung Bibi. Namun sisa-sisanya masih ada, yang mana mengitari gunung Merapi saat ini di sebelah timur, timur laut dan utara.
Dengan terdesaknya gunung Bibi (hilang sebagian) akhirnya menjadi berstatus tidak aktif. Sedangkan aliran lahar berupa lava maupun piroklastik (abu vulkanik) membentuk jalur lahar baru yang mengarah ke arah tenggara, selatan, barat daya, dan barat. Dengan demikian, Desa Clunthang salah satu diantaranya desa yang terlindungi dengan adanya sisa-sisa gunung Bibi kala Merapi erupsi. Sedangkan arah sebagian utara, barat laut terlindungi oleh gunung Merbabu, seperti daerah Salatiga.
Dari sisi spirit makna simbolisasi, masyarakat khususnya Desa Clunthang mempercayai bahwa Merapi muda kala erupsi tidak berani melompati “Bibinya” yang lebih tua. Pada banyak kasus erupsi Merapi, Desa Clunthang yang tentu sangat dekat dengan gunung Merapi tak pernah hujan abu, padahal abu tersebut terbang ke timur hingga kota Surabaya. Di situlah masyarakat Desa Clunthang sangat menghormati kekuatan alam gunung Bibi, hingga tradisi simbolik berkaitan dengan gunung Bibi lahir dan mentradisi sebagai bagian dari kehidupan sosial budaya yang muaranya mendatangkan kesuburan dan kemakmuran.