Orkestrasi Peta Koalisi Capres, Sebuah Keniscayaan antara “Titah Panglima” hingga “Gerbong Kosong Belaka”

pada akhirnya semua ini hanya gimmick belaka, karena antara Megawati - Jokowi dan PDI adalah satu paket untuk memenangkan Ganjar Pranowo

17 Agustus 2023, 15:34 WIB

Nusantarapedia.net | OPINI, POLHUKAM — Orkestrasi Peta Koalisi Capres, Sebuah Keniscayaan antara “Titah Panglima” hingga “Gerbong Kosong Belaka

“Partai Golkar, PAN, PPP, PKB, juga Gerindra, yang memang sebagai partai pendukung pemerintah, namun mereka kehilangan kreatifitas dalam berpolitik di hajatan Pilpres 2024 ini, kecuali Nasdem, meski dengan segala konsekuensinya.”

AKHIRNYA, partai Golkar dan PAN menyatakan sikap dukungannya ke calon presiden (capres) Prabowo Subianto yang sebelumnya telah mengikrarkan diri dengan membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) bersama partai PKB yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar.

Dengan bergabungnya Golkar dan PAN ke KKIR, pada deklarasi Minggu (13/8/2023) di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng-Jakarta, konfigurasi koalisi capres mengerucut ke tiga poros koalisi, tentu itu belum final. Sementara, koalisi KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) yang terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP, kini dianggap bubar jalan, setelah sebelumnya PPP menyatakan dukungannya berada di poros PDI Perjuangan.

Di poros Koalisi Perubahan untuk Persatuan, yang terdiri dari partai Nasdem, Demokrat dan PKS, sementara aman-aman saja secara hukum, setelah sebelumnya peninjauan kembali (PK) di MA oleh Moeldoko, atas gonjang-ganjing perebutan Demokrat oleh kubu Moeldoko dan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono), kubu Moeldoko kalah. Dengan kalahnya Moeldoko, yang bila memenangkan PK tersebut Demokrat akan dibawa keluar dari KPP, yang berdampak bubarnya koalisi ini dengan tidak memenuhi angka presidential threshold 20%.

Dinamika koalisi masih panjang, selama belum ditetapkan oleh KPU dalam tahapan Pilpres, namun sementara, terdapat 3 poros koalisi capres yang hampir membentuk (final), yaitu: KKIR dengan capres Prabowo Subianto, KPP dengan capres Anies Baswedan, dan capres Ganjar Pranowo di poros PDI Perjuangan.

Peta dukungan partai politik parlemen pada poros koalisi capres, menyiratkan (membentuk) opini publik sebagai bagian dari strategi pemenangan dengan unjuk kekuatan “show force” sekaligus untuk mengamankan tiket presidential threshold 20% sebagai syarat mutlak mengusung capres-cawapres di bursa Pilpres, meski tidak merepresentasikan suara elektoral arus bawah. Besaran jumlah kursi di parlemen tidak linier dengan peta dukungan koalisi capres. Suara partai tidak merepresentasikan dukungan kepada nama pasangan calon.

Berikut peta kekuatannya :
1) KKIR (Gerindra-PKB + Golkar-PAN)
1.1. Total Kursi DPR : 265 = 46,32%
1.2. Total Suara : 57.970.221 = 37,58%
1.3. Calon Presiden dan Wakil Presiden:
Prabowo Subianto – cawapres opsional, kandidat : Gibran Rakabuming Raka)*, Erick Thohir.

2) KKP (Nasdem-Demokrat-PKS)
2.1. Total Kursi DPR : 163 = 28,34%
2.2. Total Suara: 35.031.512 = 25,03%
2.3. Calon Presiden dan Wakil Presiden:
Anies Baswedan – cawapres opsional, kandidat terkuat AHY (Agus Harimurti Yudhoyono)

3) Poros PDI Perjuangan (PDIP-PPP)
3.1. Total Kursi DPR : 147 = 25,56%
3.2. Total Suara: 33.827.108 = 21,92%
3.3. Calon Presiden dan Wakil Presiden:
Ganjar Pranowo – cawapres opsional, Sandiaga Uno

)* Jumlah suara sah Pileg 2019 sebesar 154.257.601 (KPU)

Dari data di atas, seandainya pemilih partai (suara partai) akan kembali memilih partai yang sama dan linier akan memilih capresnya, angka tersebut juga belum menjamin Pilpres akan digelar satu putaran dengan mendapatkan suara lebih dari 50 persen, berdasarkan Pasal 6A Ayat (3) UUD 1945, yang mana Pilpres menganut sistem majoritarian two round system. Kesimpulannya, konfigurasi 3 poros koalisi capres, dengan gemuknya koalisi di kubu Prabowo, Pilpres belum menjamin akan berlangsung satu putaran.

Picsart 23 08 17 14 45 34 108
Peta kekuatan poros koalisi capres pada partai parlemen hasil Pileg 2019.

Terkait

Terkini