Overthinking: Berfikir Berlebihan, Bukan Berarti Pemikir
Bukan pula overthinking ditafsirkan sebagai sikap berhati-hati sebelum mengambil keputusan, atau pribadi yang kesulitan dalam mengambil keputusan karena terlalu ribet dengan pikirannya sendiri atas dialektika antara teori dan praktik dalam kehidupan sosial.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Kesehatan — Overthinking: Berfikir Berlebihan, Bukan Berarti Pemikir
“Overthinking ini berdampak bagi kesehatan baik mental. Salah satunya yaitu stres karena otak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang belum pasti secara berlebihan. Apabila hal tersebut berlanjut akan berisiko pada gangguan mental.”
Overthinking adalah menggunakan terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal dengan cara yang merugikan, serta overthinking dapat berupa ruminasi dan khawatir. (Wirdatul Anisa Psikolog UGM)
Ruminasi adalah kecenderungan untuk terus memikirkan hal yang telah berlalu. Merasa hari ini akan lebih baik jika kemarin melakukan suatu hal juga merupakan salah satu bentuk masa lalu. Sedangkan khawatir adalah kecenderungan memikirkan prediksi yang negatif.
Istilah overthinking sering ditujukan pada orang-orang yang terlalu banyak berpikir. Berkecenderungan untuk memikirkan hal-hal sepele secara berlebihan. Namun begitu, overthinking bukan dalam artian seorang pemikir. Pemikir selalu menggunakan pendekatan cara berfikir yang sistematis, rasional, komprehensif dan mendalam. Karena tingkat kecepatan dan kedalaman dalam menganalisa sesuatu hal yang belum pernah ada, seringkali seorang pemikir dengan pemikirannya yang abstrak namun logis, dianggap bertentangan dengan pendapat umum.
Bukan pula overthinking ditafsirkan sebagai sikap berhati-hati sebelum mengambil keputusan, atau pribadi yang kesulitan dalam mengambil keputusan karena terlalu ribet dengan pikirannya sendiri atas dialektika antara teori dan praktik dalam kehidupan sosial. Akhirnya menjadikan pribadi yang lambat atau lemot dan tidak tegas. Meski pada banyak kasus lainnya, pribadi yang overthinking sangat percaya diri.
Pendapat Ahli
Psikolog Fakultas Psikologi UGM, Dr. Nida UI Hasanat, M.Si., Psikolog., menjelaskan bahwa overthinking dalam kajian psikologi dimaknai sebagai cara berpikir yang berlebihan dan arahnya negatif. Namun, istilah ini mengalami pergeseran makna di masyarakat dimana overthinking diartikan sebagai pemikiran berlebihan (saja). Overthinking ini sebenarnya terjadi ketika memikirkan hal-hal yang belum terjadi.
Misalnya, seseorang mahasiswa mengalami kecemasan dan ketakutan saat akan melakukan presentasi. Ada pemikiran negatif atau tidak percaya dengan diri sendiri saat presentasi, menganggap suaranya jelek sehingga materi tidak bisa tersampaikan, takut dinilai jelek, dan lainnya. Padahal semua ketakutan dan kecemasan tersebut belum tentu terjadi dan hanya berada dalam tataran pemikiran saja.
“Kecemasan, ketakutan akan hal yang belum terjadi maupun masa depan ini muncul karena orang itu overthinking.” (Nida UI Hasanat)
Overthinking ini berdampak bagi kesehatan baik mental. Salah satunya yaitu stres karena otak terlalu banyak memikirkan hal-hal yang belum pasti secara berlebihan. Apabila hal tersebut berlanjut akan berisiko pada gangguan mental.
“Jika overthinking mendominasi kehidupan, maka akan menjadikan yang mengalaminya terdistorsi karena tidak berada dalam realitas. Banyak orang menjadi bermasalah karena sudah over itu tadi. Bisa mengalami gangguan mental karena tidak bisa lagi membedakan antara realitas dengan yang sebenarnya baru ada dalam pikiran.” (Nida UI Hasanat)
Overthinking dapat dikenali dengan ciri-cirinya, dikutip dari hellosehat, yakni; (1) Saat menghadapi masalah, tidak fokus untuk mencari solusinya. (2) Sering merenungkan hal yang sama berulang-ulang. (3) Rasa cemas membuat Anda susah tidur nyenyak. (4) Anda sering kali kesulitan membuat keputusan. (5) Kerap menyalahkan diri saat salah ambil keputusan.
Cara Menghindari Overthinking
Untuk menghindari berbagai efek negatif yang ditimbulkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan saat mengalami overthinking, yakni; (1) berusaha berpikir rasional. (2) mengelola pikiran dan segera menyadari jika yang dipikirkan sudah mengarah pada overthinking. (3) membangun pikiran positif agar tidak tenggelam dalam pemikiran negatif. (4) mengucapkan kata-kata positif pada diri sendiri, yang biasa disebut sebagai afirmasi. Misalnya, “Saya tidak seburuk yang saya pikirkan”, “Tenanglah, semua akan baik-baik saja”. Afirmasi tersebut akan membantu mengurangi overthinking. (5) Berkegiatan seperti menekuni hobi atau olahraga juga bisa menjadi cara pengalihan agar tidak terlalu sering berpikir tentang diri sendiri.
Sumber: ugm.ac.id; Psikolog Fakultas Psikologi UGM, Dr. Nida UI Hasanat, M.Si.
Penyakit Ain, Penyakit Evil Eye
Waspadai Teman Toxic!
Ganja dalam Kebudayaan Dunia dan Medis
Tips Menerima dan Memberi Kritik
Kemunculan Kaum Halu, Antara Gangguan Jiwa dan Cari Sensasi
Temper Tantrum Pada Anak dan Cara Mengatasinya
Bumil Ngidam, Haruskah Dituruti?
Sanjungan Batu Sandungan