PDB (GDP) Ekonomi Indonesia Tahun 2030 Nomor 7, 2045 Nomor 4 Dunia
Nusantarapedia.net, Jakarta — Hilirisasi dan industrialisasi dalam negeri akan menjadi kunci proyeksi ekonomi Indonesia masa depan.
Dengan sistem pembangunan industrialisasi dalam negeri, maka potensi ekonomi akan didapatkan dari berbagai pos, yaitu dari sisi produksi, pajak, tenaga kerja dan lainnya.
Presiden Jokowi berpendapat. Hal tersebut disampaikan saat menghadiri Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022, di Sentul International Convention Center di Bogor, Jumat (5/8/2022).
Untuk mewujudkan proyeksi (cita-cita) di atas, maka Indonesia harus membangun pondasi yang kokoh, dan saat ini yang tengah dikerjakan, ucap Presiden.
“Saya ingin bergeser ke apa yang sudah kita lakukan dalam rangka bersaing dengan negara-negara lain. Fondasi dalam kita bersaing dengan negara-negara lain harus mulai kita tata dan kita bangun, karena ke depan bukan negara kecil, bukan negara besar mengalahkan negara kecil, bukan, bukan negara kaya mengalahkan negara miskin, bukan, pertarungannya adalah, kompetisinya adalah, negara cepat itu akan mengalahkan negara yang lambat, dan untuk cepat itu dibutuhkan fondasi fondasi. Inilah yang sedang kita kerjakan,”
“Satu infrastruktur, ini mungkin baru terasa akan terasa nanti 5 tahun atau 10 tahun yang akan datang, tidak bisa instan kita rasakan sekarang, tetapi begitu kita berkompetisi dengan negara-negara lain, kalau infrastruktur kita kalau stok infrastruktur kita baik, akan kelihatan kita bisa bersaing atau tidak bisa bersaing,”
Lanjut Presiden, untuk menunjang proyeksi tersebut, maka infrastruktur menjadi kunci, seperti dengan membangun jalan tol dan non tol, bandara, pelabuhan, irigasi, dsb.
“Dalam 7 tahun ini telah tambah 2042 km jalan tol, 5.500 jalan non tol, bandara baru 16, pelabuhan baru 18, bendungan baru 38, irigasi 1,1 juta hektar, inilah fondasi kita untuk nanti berkompetisi dengan negara-negara lain. Mungkin tidak bisa kita rasakan instan sekarang, dan nanti efeknya akan ke APBN,”
Presiden juga mengatakan, kekurangan Indonesia selama ini, tidak dilakukan hilirisasi dan industrialisasi dalam negeri. Seperti di sektor energi sumber daya mineral, pengalaman dahulu Indonesia hanya ekspor bahan mentah. Dengan tidak adanya industrialisasi dalam negeri maka banyak kehilangan potensi ekonomi.
“Kemudian yang kedua, yang ini tidak berani kita lakukan dalam kurun waktu yang lama sekali, yaitu hilirisasi, industrialisasi. Kita sejak zaman VOC exportnya bahan mentah, bahan mentah, memang itu paling enak, batubara keruk langsung kirim bahan mentah. Nikel keruk, kirim bahan mentah, tembaga keruk, kirim bahan mentah. Bertahun-tahun kita menikmati itu dan lupa menyiapkan fondasi industrialisasinya,”
“Saya berikan contoh, nikel, kita export bertahun-tahun nilainya saya ingat 2014 itu 1,1 billion us dollar, kira-kira 15 an triliun, per tahun ekspor bahan mentah. Begitu kita stop 2017, stop nikel, export di 2021 mencapai 300 triliun lebih, dari 15 triliun melompat menjadi 300 triliun itu baru satu komoditi, tapi kita digugat di WTO oleh Uni Eropa, dibawa ke WTO, digugat, saya sampaikan kepada mereka, silahkan digugat akan saya hadapi, Indonesia akan hadapi,”
“Sampai sekarang gugatan itu belum selesai karena kita juga mengajukan alasan-alasan yang juga masuk akal, barang-barang kita sendiri, nikel-nikel kita sendiri, kenapa Uni Eropa ramai dan menggugat, karena industri baja mereka menjadi tidak ada yang memasok bahan bakunya, industrinya beralih ke Indonesia,”
“Apa yang kita dapatkan kalau kita melakukan industrialisasi, pertama pajak kepada pemerintah akan melompat dari tadi yang 15 triliun pajaknya hanya dapat berapa? 300 triliun wajibnya dapat lipat berapa, lipat 20 kali. Lapangan kerja juga ada di Indonesia bukan ada di Uni Eropa, membuka lapangan pekerjaan yang sangat banyak, inilah yang lama tidak kita pikirkan dan kita tidak berani menstop, setelah nikel ini, meskipun belum rampung di WTO, akan kita stop lagi, tahun ini mungkin timah atau bauksit, stop, kerjakan oleh BUMN bekerjasama dengan swasta,”
“Kalau BUMN sama swasta belum siap teknologinya, ngambil partner nggak papa, padahal asing untuk transfer teknologi nggak papa, kenapa kita alergi, tapi pabrik industrinya ada di dalam negeri,”
“Dulu Freeport bertahun-tahun saya perintah untuk membuat smelter saja untuk industrialisasi smelter saja tidak pernah didengerin, tapi begitu Freeport sekarang 51% menjadi miliknya BUMN, menjadi milik kita, tahun lalu smelter langsung saya perintah langsung dibangun karena sudah milik kita sendiri, mayoritas milik kita, langsung dibangun di Gresik, nanti kita lihat dari tembaga ini akan di smeltering, ini akan dapat berapa milyar kita belum tahu, tapi saya meyakini bisa lipat juga sama 20 kali yang biasanya kita kirim, kadang-kadang kita kirim bukan hanya tembaga saja, bahan mentah kita kirim di dalamnya juga ada emasnya juga, mana kita tahu, nanti kalau sudah smelternya jadi baru kita tahu, 40 tahun lebih mungkin kita dibohongi, emasnya mungkin lebih banyak dari tembaganya, tapi saya belum bisa menyampaikan karena memang belum dilakukan produksi di smelter kita, tembaga stop, bauksit stop. Inilah nanti yang akan berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi kita, berkontribusi membuka lapangan kerja yang sebanyak-banyaknya,”
Jokowi juga mengatakan, bahwa saat ini transformasi digital harus segera dilakukan, terutama oleh pelaku usaha kecil dan menengah agar masuk ke dalam ekosistem digital.
“Kemudian yang ketiga yang penting untuk yang kecil-kecil digitalisasi, kalau kita mau bersaing yang kecil-kecil, usaha kecil usaha mikro, usaha menengah, mereka harus berani masuk ke yang namanya platform digital. Ada 65,4 juta usaha kecil usaha menengah, usaha mikro kita, dan itu memberikan kontribusi kepada PDB kita, pada pertumbuhan kita, pertumbuhan ekonomi kita 6,1%, jangan lupakan mereka yang kecil-kecil ini, sebab itu kita terus mendorong mereka untuk masuk kepada ekosistem digital,”
Dari segala potensi yang ada, atas langkah dan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan di semua bidang, maka Indonesia yakin, PDB ekonomi Indonesia tahun 2030 Nomor 7 dunia, tahun 2045 nomor 4 dunia. Saat ini berada di urutan ke-15 dunia.
“Ini nanti yang akan menjadi fondasi kuat ekonomi Indonesia, usaha mikro usaha kecil, usaha menengah, bukan yang gede-gede dan saya meyakini nanti di tahun 2030, kalau sekarang PDB ekonomi kita, kita berada di nomor 15, tahun 2030 insya Allah kita sudah berada di urutan yang ke-7 dunia,”
Dan itung-itungan semuanya, Bappenas ngitung, McKinsey, semuanya ngitung. 2045 kita berada pada posisi nomor 4 dunia, ekonomi kita, kalau kita konsisten dan berani terus melakukan yang berkaitan dengan hilirisasi tadi, akhirnya apa, kalau pertumbuhan ekonomi kita baik GDP kita baik, nanti di 2030 perkiraan kita sudah tiga kali yang sekarang, dari yang sekarang 1,2, 1,3 triliun us dollar menjadi di atas 3, akhirnya apa, APBN kita menjadi menggembung lebih besar, akhirnya lagi apa, porsi anggaran untuk gaji, untuk pensiunan juga akan lebih besar.”
Dalam akhir pidatonya, Jokowi mengapresiasi para purnawirawan TNI AD yang tergabung dalam PPAD, agar ke depan persoalan dana pensiunan anggota TNI bisa dipikirkan untuk ditingkatkan. (dnA)
Sumber: Yt/Setpres
Kondisi Ekonomi Dunia 2023 Lebih Sulit Dari 2022
PSN Rampung Semester I 2024, hingga Skenario Pemangkasan Jumlah PSN dan Relasinya dengan IPM (1)
Aku Bersedih … Kugantungkan Harapan dan Cita-Cita Indonesia, Setinggi Candi Borobudur
Membaca Kenaikan Tarif TN Komodo, Terdapati Kesamaan Pola dengan Borobudur
IPM dalam Hak Hidup, Amanat Konstitusi dan Distribusi Keadilan