Pemilu 2024: Antara Bagi Amplop dan Coklat
Tanggal 14 Februari merupakan perayaan Valentine's Day. Sebuah hari kasih sayang, dimana seorang mengungkapkan cintanya pada pasangannya

Nusantarapedia.net, Netizen | Artikel — Pemilu 2024: Antara Bagi Amplop dan Coklat
Oleh Gaudensius Moan Gadu, S.Sos.
“Hari ini terkait dengan tokoh legendaris dalam sejarah dunia. Santo Valentinus yang dihubungkan dengan beberapa martir dari kaum gereja Katolik.”
PELAKSANAAN Pemilu serentak tinggal satu tahun lagi. Ya, Indonesia akan melangsungkan hajat besar Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif di tingkat pusat sampai daerah, Pilpres, hingga Pilkada. Persiapan terus dilakukan baik oleh KPU selaku penyelenggara, partai politik sebagai peserta dan masyarakat sebagai pemilih.
Mesin-mesin partai mulai dipanaskan, iktiar politik terus dilakukan, mulai dari kunjung mengunjung antar petinggi parpol sampai pada poster raksasa berhamburan di berbagai kota.
Opini-opini mulai dimainkan, isu-isu berhembus kencang bagaikan angin seroja mulai dari pusat hingga daerah, begitu juga angka-angka survei terus bermunculan dalam perdebatan yang menghiasi layar kaca akhir-akhir ini.
Di tengah persiapan menuju 2024, isu perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaaan Pemilu terus terdengar. Tetapi bukan itu yang saya bahas!
Yang menarik adalah, penetapan 14 Februari 2024 sebagai waktu pelaksanaan Pemilu. Tanggal 14 Februari merupakan perayaan Valentine’s Day. Sebuah hari kasih sayang, dimana seorang mengungkapkan cintanya pada pasangannya. Tak kurang dari satu miliar manusia dari berbagai penjuru dunia merayakan hari kasih sayang ini. Mereka lazim berbagi kartu ucapan, bunga dan coklat serta kencan bersama dengan pasangan masing-masing.
Hari ini terkait dengan tokoh legendaris dalam sejarah dunia. Santo Valentinus yang dihubungkan dengan beberapa martir dari kaum gereja Katolik.
Sementara Pemilu itu sendiri merupakan sebuah proses dimana masyarakat memilih seseorang untuk menduduki jabatan politik tertentu. Dalam proses ini tentu adu strategi antar calon untuk mendapatkan simpati masyarakat, itu sudah pasti.
Perang ide dan gagasan dalam membangun serta kualitas figur sangat diharapkan menjadi komoditi politik untuk mendulang suara. Tetapi praktek politik kotor juga sering kita temui di masyarakat, salah satunya adalah politik uang (money politics). Budaya bagi-bagi amplop atau biasa di sebut dengan serangan fajar marak terjadi di setiap suksesi politik di Indonesia, baik itu tingkat desa sampai pusat.
Tentu hal ini sangat disayangkan karena mencederai nilai-nilai dan etika dalam perpolitikan di Indonesia.
Pemilu kali ini bertepatan dengan hari kasih sayang (Valentine’s Day) sehingga bisa dikatakan kedaulatan cinta rakyat. Sebuah ikhtiar untuk mempertahankan dan merebut kekuasaan dari, oleh dan untuk cinta terhadap rakyat sang pemangku kedaulatan tertinggi berdasarkan konstitusi.
Makna cinta kasih dalam proses demokrasi ini diharapkan mampu mengeliminir praktek kekerasan, tipu muslihat dan politik uang dalam meraih dan memperebutkan kursi kekuasaan.
Hilangkan bagi-bagi amplop dengan bagi-bagi coklat untuk memupuk rasa cinta kasih dalam upaya kita untuk mengkampanye politik damai dan bersih. Menang tidak harus dengan menjatukan dan kalah tidak harus dengan mengalah.
Terus pupuk cinta dan kasih dalam diri kita untuk hargai perbedaan karena perbedaan itu indah.
Oleh: Gaudensius Moan Gadu, S.Sos.
| Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang Kota Makassar
Moralitas Pers dan Arogansi Kekuasaan
Tito Karnavian: Kepala Daerah Jangan Diperiksa Aparat Penegek Hukum, Kemunduran!
Penundaan Pemilu 2024, Peluang Atau Tantangan
Sejarah Pesantren dan Kaitannya Dengan Ajaran Siwa-Budha
IBU, Cahaya Penerang Kosmik