Pemimpin Pencitraan Tidak Dibutuhkan di 2024, Tinggalkan Strategi Usang!
Era pencitraan sudah masa lalu, masyarakat sudah cerdas bahwa pencitraan calon pemimpin dan elit politik justru menyesatkan. Sudah terbukti bahwa pemimpin yang sarat pencitraan hasil akhir selama memimpin ternyata kosong, tidak kapabel
Nusantarapedia.net, Netizen | Artikel — Pemimpin Pencitraan Tidak Dibutuhkan di 2024, Tinggalkan Strategi Usang!
Oleh Marianus Gaharpung, Dosen FH Ubaya Surabaya
“Siapa pun bisa dicitrakan, bisa disulap; yang tidak mampu menjadi seolah-olah mampu; yang plonga-plongo menjadi seolah menjanjikan. Tapi pencitraan lebih banyak menyesatkan daripada mengarahkan. Pencitraan tidak menjamin sesuai yang kita butuhkan.”
2024 adalah tahun politik di Tanah Air, dimulainya perhelatan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), Pemilihan Anggota DPR/DPRD/DPD, dan Pemilihan Gubernur, Bupati dan atau Walikota (Pemilukada).
Semua strategi bakal dimainkan, bahkan trik jegal-menjegal antar pengurus partai politik bahkan sampai warga masyarakat ikut meramaikan suasana ini.
Isu politik identitas, prestasi, masa lalu yang kelam calon-calon pemimpin, bahkan urusan selingkuhan menjadi trending topik alias jualan laris manis antar pendukung dan simpatisan.
Di dunia maya (jagad sosmed) sudah tidak rahasia lagi saling serang, sehingga tidak bisa membedakan lagi adanya pencemaran nama baik orang atau tidak.
Pertanyaannya? Apakah pencitraan dan tetek bengek semua itu terus saja menjadi ukuran utama pemimpin di 2024? Jawaban sudah tidak boleh lagi. Pemimpin yang kita butuhkan, bukan yang dicitrakan, itu pointnya.
Siapa pun bisa dicitrakan, bisa disulap; yang tidak mampu menjadi seolah-olah mampu; yang plonga-plongo menjadi seolah menjanjikan. Tapi pencitraan lebih banyak menyesatkan daripada mengarahkan. Pencitraan tidak menjamin sesuai yang kita butuhkan.
Sekarang, era pencitraan yang begitu sudah berakhir, harusnya dipahami sebagai strategi yang usang. Masyarakat sudah cerdas, rakyat sekarang lebih tajam mengkritisi calon pemimpinnya. Masyarakat sadar banyak pencitraan para calon pemimpin dan elit politik yang menyesatkan. Sudah terbongkar semuanya, figur yang dicitrakan ternyata kosong tak kapabel dan bukan yang rakyat butuhkan.
Ingat! Masyarakat sekarang ingin pemimpin adalah yang benar-benar dibutuhkan. Artinya yang bisa membawa aspirasi kemajuan dan kesejahteraan rakyat; yang benar-benar kapabel untuk memajukan Indonesia dari pusat sampai daerah, bukan boneka yang ‘tak ada daya – tak ada upaya’, yang tak memiliki kapasitas, kapabilitas dan integritas.
Rakyat sudah pada titik nadir ‘capek,’ bosan melihat pemimpin yang sarat dengan pencitraan di media, mulai di pusat sampai ke daerah.
Era pencitraan sudah masa lalu, masyarakat sudah cerdas bahwa pencitraan calon pemimpin dan elit politik justru menyesatkan. Sudah terbukti bahwa pemimpin yang sarat pencitraan hasil akhir selama memimpin ternyata kosong, tidak kapabel.
Masyarakat sudah muak dan tidak percaya lagi dengan pencitraan, sebab semua itu jualan murahan. Sudah banyak buktinya ketika mereka terpilih dan memimpin, ternyata yang dikejar menumpuk kekayaan diri, kroni dan pengurus partai politik pendukung, sedangkan rakyat terus dengan predikat kemiskinan.