Pemuda Milenial dan Wawasan Kebangsaan

Dulu menjaga ketahanan negara dengan angkat senjata, kini dengan adu wawasan dan pengetahuan. Pasalnya, tantangan masa depan bukan lagi bersifat militer tapi bergeser pada sifat non-militer. Jika dulu ancaman suatu bangsa itu simetris, kini lebih asimetris, artinya lawan kita bukan hanya yang kasat mata, tapi juga yang tak kasat mata, dalam hal ini perang pemikiran.

10 November 2021, 04:38 WIB

Nusantarapedia.net — Pemuda Milenial dan Wawasan Kebangsaan

Belakangan, wacana wawasan kebangsaan menjadi ramai diperbincangkan. Sebuah konsep tentang cara pandang berkebangsaan dalam kerangka persatuan dan kesatuan yang integral. Bagi warga Negara, wawasan berkebangsaan merupakan kebutuhan mendasar dalam menyelami ideology negaranya. wawasan kebangsaan adalah cara pandang masyarakat sebagai bagian dari bangsa terhadap diri dan lingkungannya dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.

Dari definisi itu, kita bisa memahami pentingnya pengetahuan tentang kedirian. Tentu saja yang dimaksud disini adalah kebangsaan. Bangsa sebagai diri. Juga, bangsa sebagai lingkungan yang dalam konteks Indoenesia terbentuk atas kemajemukan atau keanekaragaman. Pengetahuan ini menjadi basis kesadaran yang digunakan untuk memandang seluruh aspek kehidupan.

“Penguasaan teknologi dan komunikasi tentu pemudalah yang paling menguasai. Generasi milenial adalah generasi yang lahir pada era internet dengan pola komunikasinya yang sangat terbuka dibanding generasi sebelumnya dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi.”

Lahirnya wawasan kebangsaan yaitu ketika bangsa Indonesia masih berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Masih belum adanya persatuan dan kesatuan dan masih bersifat parsial perjuangannya, pencapaian wawasan kebangsaan masih belum membawa hasil, padahal di sisi lain kaum colonial terus menggunakan politik devide et impera.

Kendati demikian, catatan sejarah perlawanan para pahlawan itu telah membuktikan kepada kita tentang semangat perjuangan bangsa Indonesia yang tidak pernah padam dalam usaha mengusir penjajah dari Nusantara. Dalam perjalanan berikitnya akhirnya rakyat menyadari bahwa perjuangan yang bersifat nasionais, mengutamakan persatuan dan kesatuan akan menghasilkan kekuatan yang nyata. Punya kesadaran ini yang akhirnya memunculkan berdirinya Pergerakan Budi Utomo 28 Mei 1908 yang mrupakan tonggak sejarah perjuangan bangsa yang bersifat nasionalis itu.

Mengapa kini Wawasan Kebangsaan kembali didengungkan? Apakah persatuan dan kesatuan bangsa sedang dirongrong?

Sejak dulu, sebuah bangsa yang rentan adalah bangsa yang mudah dipecah persatuan dan kesatuannya. Karena persatuan dan kesatuan adalah pondasi. Merusak pondasi adalah sama dengan merobohkan bangunan itu sendiri. Pada masa lampau, hal-hal yang bisa mengancam pondasi sebuah bangsa antara lain;

1. Rendahnya Pendidikan

Pada masa lampau, pendidikan adalah mahal harganya. Apalagi saat itu kemerdekaan untuk memperoleh pendidikan memang dibatasi aksesnya. Terlebih kaum perempuannya. Pendidikan adalah hal yang sangat penting agar bangsa memiliki wawasan dan tidak mudah dibohongi bangsa, kemudian merusak pondasi dan menguasainya.

2. Separatisme

Masih ingat G-30S/PKI atau yang masih begitu hangat, gerakan Aceh Merdeka? Itu upaya oknum atau pihak lain/penjajah untuk mengoyak-oyak persatuan da kesatan hingga bangsa itu bisa dikuasai

3. Kolonialisme

Bangsa kita telah dijajah colonial selama tiga setengah abad. Sebelum Indonesia merdeka, pada masa itu sudah banyak gerakan – gerakan yang dilakukan untuk mempersatukan Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut pihak kolonial pun berusaha mengadu domba rakyat Indonesia pada masa itu agar timbul perpecahan.

Sedangkan isu yang mengancam persatuan dan kesatuan NKRI masa kini berupa;

1. Isu Sara

Mudahnya ummat beragama dirongrong dan diadu domba atas isu-isu agama, seperti terorisme, radikalisme, intoleransi dan sebagainya. Selain itu juga tindakan pelecehan ras, suku dan kelompok juga semakin menambah deret potensi perpecahan bangsa.

2. Makar

Dalam istilah hukum, makar tidak didefinisikan dengan tegas dalam KUHP. Penjelasan-penjelasan makar merupakan istilah yang dipakai oleh akademisi hokum yang menterjemahkan aanslag (bahasa Belanda) yang berarti srangan yang bersifat kuat Atau dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai violent attack, fierce attack.

Makar disebabkan retaknya rasa persatuan dan kesatuan yang dimiliki sebuah bangsa. Menganggap pemerintah sebagai pihak yangharus diserang dan dijatuhkan. Di Indonesia makar sudah ditemukan sejak zaman Kesultanan Demak oleh Aria Penangsang pada tahun 1549 dan pemberontakan Kuti terhadap Kerajaan Majapahit pada masa Raja Jayanegara pada 1319. 

3. Upaya untuk mengganti Ideologi Pancasila

Semakin berkembangnya negara Indonesia banyak memuncukan masalah – masalah baru. Salah satunya upaya untuk mengganti ideologi pancasila dengan ideologi lain. Ideologi pancasila sudah ada sejak dahulu dan sangat sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga jika ideologi pancasila diganti maka akan menimbulkan perpecahan yang sangat fatal akibatnya bagi bangsa Indonesia.

Maraknya isu SARA yang belakangan membuat perpecahan umat dan bangsa mengharuskan sebuah negara mengadakan upaya reminding tentang wawasan kebangsaan. Beberapa waktu lalu Lemhanas mengadakan event pelatihan wawasan kebangsaan dalam rangka memperkuat wawasan dan pengetahuan pemuda milenial tentang keberagaman bangsa. Pemuda adalah bahan bakar peradaban. Kualitas sebuah bangsa tergantung para pemudanya, karena pemuda idealnya merupakan agen perubah.

Merubah dari keterpurukan menuju bangsa yang berkemajuan. Namun, pemuda merupakan lapisan paling rawan yang bisa diadu domba dan mudah terdampak isu perpecahan seperti, isu SARA dan penyebaran berita hoax jika tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup. Untuk itu, wawasan kebangsaan diperlukan sebagai bekal para pemuda dalam memahami diri dan bangsanya, tentang keanekaragaman yang perlu diapresiasi dan dijunjung tinggi sebagai kekayaan negerinya.

Dalam perkembangannya, cara pandang dan ketahanan suatu bangsa tidak bersifat statis. Artinya perlu penyesuaian-penyesuaian yang sesuai dengan dasar-dasar negara, meski zaman berubah di era pesatnya teknologi sekalipun. Dinamika itu dipengaruhi oleh kemajuan informasi, teknologi dan komunikasi juga kemajuan alat mobilisasi.

Dulu menjaga ketahanan negara dengan angkat senjata, kini dengan adu wawasan dan pengetahuan. Pasalnya, tantangan masa depan bukan lagi bersifat militer tapi bergeser pada sifat non-militer. Jika dulu ancaman suatu bangsa itu simetris, kini lebih asimetris, artinya lawan kita bukan hanya yang kasat mata, tapi juga yang tak kasat mata, dalam hal ini perang pemikiran.

Penguasaan teknologi dan komunikasi tentu pemudalah yang paling menguasai. Generasi milenial adalah generasi yang lahir pada era internet dengan pola komunikasinya yang sangat terbuka dibanding generasi sebelumnya dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi.

Untuk itu, pelatihan wawasan kebangsaan oleh Lemhanas pun juga berbasis digital. Artinya, pemuda sangat diharapkan bisa menjadi salah satu agen yang membumikan nilai-nilai pancasila di tengah derasnya informasi di dunia maya. Dengan pembekalan wawasan kebangsaan pemuda milenial diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila sehingga generasi pemuda milenial mampu memperkokoh NKRI dalam menghadapi segala bentuk tantangan, hambatan, gangguan, persaingan global untuk ketahanan nasional.

Sejarah Sistem Perekonomian Indonesia, Potret Perlawanan Kapitalisme
Menuju Indonesia Maju dengan Merubah Kultur

Terkait

Terkini