Pengging Kerajaan Berselubung Misteri, Begini Penjelasannya (1)

- Pengging benar adanya bahwa dahulu adalah "Kerajaan Pengging", meskipun kekuasaan Pengging hanya sekejap, seperti halnya Pajang. Biarlah Kerajaan Pengging tetap berselubung misteri dengan imajinasi spirit-simbolik yang alami -

23 Desember 2022, 03:35 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sejarah — Pengging Kerajaan Berselubung Misteri, Begini Penjelasannya

“Masa keemasan Pengging dari penghubung-hubungan data di atas secara institusional (kerajaan), hanya berlangsung dari era Prabu Andayaningrat/Ki Ageng Pengging Sepuh hingga Kebo Kenongo/Ki Ageng Pengging II.”

PENGGING, adalah nama yang terkenal, dalam ensiklopedi budaya Jawa Mataraman, nama Pengging berada pada kultus imajinasi-spiritual.

Sayangnya, nama Pengging tidak sesuai dengan aura dan daya magis-nya yang mengundang banyak khalayak untuk sowan/sungkem datang ke Pengging, mulai dari kaum sandal jepit hingga kaum yang katanya “intelektual/cendekiawan”. Bahwa, Pengging hanyalah nama sebuah Dukuh atau Kampung di Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Padahal, Pengging adalah kerajaan besar yang hilang dari peredaran. Namun kini, Pengging hanyalah sebuah dusun dalam teritorial administratif, meski nyatanya Pengging saat ini adalah bangunan hidup (living monument) dari situs-situs yang diwariskannya oleh para pendahulu Pengging. Pengging tetap hidup abadi, berkuasa dalam teritorial (kekuasaan) fiksi budaya Jawa.

Pengging melahirkan banyak tokoh-tokoh besar di era Jawa kuna, pertengahan, dan Jawa anyar. Pengging, sebuah entitas yang dihormati, telah ada sejak era Mataram Kuna abad 9-10 Masehi, era Majapahit, Demak-Pajang, Mataram Islam, Solo-Yogya (Hindia Belanda). Trah atau darah keturunan Pengging yang merasa mempunyai jalur kenazaban secara spiritual, yang kini tersebar di seluruh wilayah Nusantara, pasti akan merindukan Pengging. Meski mereka tidak bisa menjelaskan dan dijelaskan secara ilmiah, namun para keturunan tersebut bisa merasakan keterikatan dengan leluhurnya di Pengging.

Pengging terus memancarkan magis-nya, memikat, menarik bagai magnet siapa saja untuk datang ke Pengging, dan sebagian orang dalam rangka mencari solusi hidup. Tentu, solusi spirit agar naik pangkat, mendapatkan jabatan dan dimudahkannya jalan rejeki.

Terlebih Indonesia memasuki tahun politik menuju puspawarna pemilihan di 2024, mulai dari Pemilu Legislatif, Pemilihan Presiden, Pemilihan Kepala Daerah, hingga Pemilihan Kepala Desa. Di situlah, ratusan hingga ribuan calon politisi dan calon pejabat ber-Spiritual ke tempat-tempat keramat, termasuk Pengging, dengan harapan gol akan cita-citanya.

Untuk membedah Pengging, minim bukti sejarah, literasi primer sangat sedikit, lebih pada catatan sekunder (babad) dan cerita tutur. Namun demikian, pendekatan yang realistis dapat menggunakan periodesasi atau garis waktu. Ya, sejarah dengan bukti-buktinya memang perlu diverifikasi, namun ketika minim bukti sejarah, maka sejarah adalah keniscayaan. Tidak ada yang dapat membuktikan akan kebenaran sejarah yang sebenarnya, mengingat sejarah adalah masa lalu.

Pengging membuat “bias” banyak orang dengan tidak adanya keberlanjutan kekuasaan secara administratif, namun lebih pada wujud kebudayaan yang ditafsirkan macam-macam dengan banyaknya situs-situs, seperti; sendang/mata air, makam, masjid, artefak jaman Hindu-Buddha, dsb. juga dengan cerita-cerita legenda. Kesemuanya tersebut sebagai gambaran bahwa dari masa ke masa, Pengging telah didiami oleh pembesar kerajaan atau oleh kekuasaan (negeri/negara/pemerintahan) di dalamnya. Masing-masing kekuasaan (entitas) mencatatkan sejarah/jejaknya, bahkan dengan narasinya masing-masing untuk kepentingan strategis. Seringkali terjadi pembelokan sejarah dari dan oleh masa lalu. Namun demikian, tetap dapat diuraikan dengan garis waktu periodesasi kekuasaan secara logis.

Terkait

Terkini