Pengging, Kerajaan Berselubung Misteri, Begini Penjelasannya (2)

23 Desember 2022, 12:51 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sejarah — Pengging, Kerajaan Berselubung Misteri, Begini Penjelasannya

3) Periode 1478-1590 (Periode Demak-Pajang)
• Era Demak berlangsung pada 1481 – 1554
• Era Pajang/Prabu Adiwijaya 1554 – 1589

Pada era ini, kekuasaan telah berpindah dari Majapahit ke Demak. Pengging dipimpin oleh Ki Ageng Pengging II atau Kebo Kenongo, ayah Joko Tingkir.

Saat Demak berkuasa, majelis perwalian Islam, yaitu berawal dari organisasi para wali, wali papat, wali pitu dan wali songo, yang mana sedang dalam puncak siar dan dakwah Islam.

Alkisah, Ki Ageng Pengging II atau Kebo Kenongo dihakimi oleh Sunan Ngudung ayah dari Sunan Kudus karena tidak bersedia masuk Islam. Atau telah menjadi Islam tetapi dengan ajaran yang menyimpang menurut ajaran para wali. Bersama Syeikh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging dengan kepercayaan “Manunggaling Kawula Kelawan Gusti” atau ajaran “Wahdatul Wujud“.

Penghakiman kepada Ki Ageng Pengging dilakukan dengan cara dibunuh dengan keris oleh Sunan Ngudung. Versi lain menyebutkan, Ki Ageng Pengging II tewas saat perang antara Demak dan Majapahit.

Tewasnya Ki Ageng Pengging, akhirnya membuat Mas Karebet putra Ki Ageng Pengging II di asuh oleh seorang janda bernama Nyi Tingkir. Nyi Tingkir adalah suami dari dalang wayang kulit langganan keluarga Ki Ageng Pengging, juga saat kelahiran Mas Karebet dengan pertunjukan wayang kulit.

Meninggalnya Ki Ageng Pengging II disusul istrinya dan Ki Dalang Tingkir, menjadikan Mas Karebet tidak punya siapa-siapa. Akhirnya Nyi Tingkir membawa dan mengasuh Joko Tingkir ke kediamannya di daerah Tingkir (Salatiga). Sejak diasuh Nyi Tingkir kemudian Mas Karebet disebut dengan Joko Tingkir.

Singkat cerita, Joko Tingkir berhasil tumbuh menjadi pemuda yang pemberani. Joko Tingkir berhasil masuk dalam lingkaran kekuasaan Demak yang pada saat itu Demak diambang kehancuran. Situasi tersebut berhasil dimanfaatkan oleh Joko Tingkir dengan mendirikan kerajaan Pajang tahun 1554 dengan sebutan Prabu Adiwijaya.

Kesimpulannya, Mas Karebet atau Joko Tingkir seharusnya sebagai pewaris takhta Pengging, atau Ki Ageng Pengging III. Namun, semenjak meninggalnya Ki Ageng Pengging II, yang mana Mas Karebet masih berusia muda, belum cukup usia untuk melanjutkan takhta Pengging, pun Joko Tingkir juga sudah diasuh oleh Nyi Tingkir.

Di sinilah awal tenggelamnya Pengging karena poros kekuasaan telah tiada dengan tidak adanya pewaris takhta.

Dari alur cerita di atas, jelas terjadi kontradiktif, bahwa Ki Ageng Pengging II apakah benar sudah masuk Islam, apakah benar keukeh dengan agama Majapahit (Hindu-Jawa), apakah benar putra dari Syaikh Jumadil Kubro. Hal tersebut sampai sekarang belum bisa diverifikasi.

Selanjutnya, ketika periode Joko Tingkir di Demak hingga mendirikan Pajang sampai Pajang benar-benar runtuh pada tahun 1589, Pengging benar-benar sudah terlupakan atas nama institusi (Kedatuan/Kadipaten/pemerintahan). Artinya, Pengging dianggap sebagai leluhur atau cikal bakal, bukan dipandang sebagai pusat politik kekuasaan.

Jadi, masa keemasan Pengging dari penghubung-hubungan data di atas secara institusional (kerajaan), hanya berlangsung dari era Prabu Andayaningrat/Ki Ageng Pengging Sepuh hingga Kebo Kenongo/Ki Ageng Pengging II. Sangat singkat, bukan!

Terkait

Terkini