Peristiwa Sosial Tanah Air, Keadaan “Baik-baik Saja atau Berbahaya”
Nusantarapedia.net | OPINI, KEMANUSIAAN — Peristiwa Sosial Tanah Air, Keadaan “Baik-baik Saja atau Berbahaya” (Tetap “Sabar, Eling lan Waspada”)
Oleh : B. Ari Koeswanto ASM
“Untuk menguji sejauh mana peristiwa sosial yang terjadi sudah sangat mengkhawatirkan, perlu dikomparasikan dengan apa yang menjadi penyebab utamanya, misalnya hal kemiskinan. Mengutip tentang teori kemiskinan, bahwa kemiskinan diartikan karena; kekurangan materi, kekurangan pemenuhan kebutuhan sosial, yang terkorelasi dengan kurangnya penghasilan yang memadai. Maka, sejauh mana peristiwa sosial tersebut terkorelasi dengan bentuk kemiskinan yang ada, sebagai sebab-akibat, seperti jenis kemiskinan absolut, relatif, kultural dan struktural. Pada bagian mana itu bisa terjadi, dengan harapan tidak terjadi karena faktor kemiskinan struktural”
– Adanya serangkaian peristiwa seperti di atas yang memilukan/miris, bagaimana kepekaan kita mampu menangkap akan tanda dan gejala sosial itu –
MENGAMATI fenomena sosial Tanah Air belakangan ini sungguh miris. Peristiwa kekerasan, pembunuhan, kerusuhan hingga konflik dalam skala/intensitas yang lumayan tinggi, terjadi di segala level, baik ranah privat, kelompok, maupun melibatkan institusi. Baik yang sifatnya spontan insidental maupun berantai (akumulatif).
Ambil sampel peristiwa di Tanah Air, ada kasus pembakaran anggota polisi yang dibakar oleh istrinya sendiri yang juga seorang anggota. Lihat pula peristiwa di Sukolilo Pati. Sebelumnya ada kasus Vina Cirebon yang melibatkan kelompok anak muda/remaja, kasus pengeroyokan dan tawuran remaja. Juga kasus konflik pada kelompok-kelompok masyarakat adat, hingga ada orang mati kelaparan, yang artinya dari urusan sepele berujung maut. Dan masih banyak lagi.
Ini harus menjadi perhatian serius oleh semua pihak, karena ada indikasi “bibit” menuju pada kondisi sosial (sosiologis) yang tidak baik, bisa saja mengarah pada “huru-hara: keributan; kerusuhan; kekacauan”. Akan menjadi berbahaya bila berbarengan dengan momentum tertentu, seperti kondisi politik dan ekonomi, misalnya.
Adanya serangkaian peristiwa seperti di atas yang memilukan/miris, bagaimana kepekaan kita mampu menangkap akan tanda dan gejala sosial itu. Apa akar masalahnya dan bagaimana solusinya? Hal yang rumit, pelik, kontradiktif, hingga terjebak pada conflict of interest.
Tentu kasus dari yang kasuistik, variabelistik, tidak bisa digeneralisir, meski pada akhirnya didapatkan kesimpulan dari yang kasuistik, karena telah terjadi peningkatan kasus dari macam, bentuk, pola, motif yang sama. Misalnya, keberingasan sosial akibat keterdesakan kondisi (kondisi sosial yang kompleks).
Ada apa ini? tentu ada genealoginya, adanya hukum aksi – reaksi, sebab akibat, dari berbagai akumulasi persoalan yang sifatnya insidental dan murni peristiwa sosial biasa.
Ada bermacam-macam fenomena dan peristiwa sosial dari latar belakang persoalan ekonomi, psikologis, kesehatan biologi, lingkungan alam, kependudukan serta budaya. Bagaimana macam-macam fenomena/peristiwa sosial tersebut hadir melalui bentuk-bentuknya. Ada peristiwa kriminal, kenakalan remaja, hal kemiskinan, dsb. yang kesemuanya terhubung dengan rasa keadilan dan tuntutan lainnya kepada pemangku kepentingan, misalnya terkorelasi dengan distribusi keadilan, seperti praktik korupsi, kesewenangan-wenangan, dsb.
Tentu peristiwa sosial negatif ada pemicunya. Bagaimana misalnya, penegakan hukum dan kebijakan tata kelola kehidupan itu hadir dalam mode yang tegak dan adil (suprematif dan justice) oleh pemangku kepentingan. Kesemuanya dihadirkan atas dasar pemenuhan hak. Hak yang bersifat manusiawi, bukan kebebasan tanpa batas yang kadang juga dipersepsikan salah oleh oknum sosial.
Untuk itu kiranya, ini adalah warning, agar bagaimana kita waspada sebagai langkah antisipatif. Karena, kita tidak ingin di akar rumput hadir kecemasan yang mengancam ketenangan dan rasa aman sosial, sebagai indikator bahwa negara ini “sedang tidak baik-baik saja”. Itu bila kita tarik pada konteks kebijakan nasional.
Untuk menguji sejauh mana peristiwa sosial yang terjadi sudah sangat mengkhawatirkan, perlu dikomparasikan dengan apa yang menjadi penyebab utamanya, misalnya hal kemiskinan. Mengutip tentang teori kemiskinan, bahwa kemiskinan diartikan karena; kekurangan materi, kekurangan pemenuhan kebutuhan sosial, yang terkorelasi dengan kurangnya penghasilan yang memadai. Maka, sejauh mana peristiwa sosial tersebut terkorelasi dengan bentuk kemiskinan yang ada, sebagai sebab-akibat, seperti jenis kemiskinan absolut, relatif, kultural dan struktural. Pada bagian mana itu bisa terjadi, dengan harapan tidak terjadi karena faktor kemiskinan struktural.