Pertempuran Surabaya dalam Peristiwa 10 November, Mempengaruhi Opini Dunia
Akhirnya, Britania Raya memilih sikap untuk netral, tidak lagi membela kepentingan Belanda, dan berbalik mendukung berdirinya Indonesia sebagai negara berdaulat di kancah dunia.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Sejarah — Pertempuran Surabaya dalam Peristiwa 10 November, Mempengaruhi Opini Dunia
“Sekutu tidak benar-benar berhasil menguasai Surabaya, meskipun secara fisik dan taktis militer kemenangan berada dipihaknya, karena infrastruktur perang yang lengkap. Indonesia (Surabaya) jelas menang secara politik, psikologis dan ihwal strategis dengan mempengaruhi opini dunia.”
17 Agustus 1945, sudah final. Indonesia memproklamasikan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Tidak ada satupun kekuatan yang berhak mengambil alih kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Genderang tambur Revolusi Nasional Indonesia, pasca proklamasi sampai tahun 1949 Agresi Militer Belanda, adalah simbol nasional terhadap kolonialisme, bahwa Indonesia adalah negara yang merdeka. Finish!
Pertempuran ini merupakan yang pertama pasca kemerdekaan, menandai masa awal Revolusi Nasional Indonesia. Kekuasaan Jepang di tanah air berakhir, setelah kalah perang melawan Sekutu, hingga terjadinya kekosongan kekuasaan pada tanggal 14 Agustus 1945. Masa yang singkat bagi Jepang, hanya seumur jagung menduduki Indonesia.
Jepang telah meninggalkan warisannya atas pendirian pasukan PETA (Pembela Tanah Air), yang selanjutnya sisa-sisa pasukan tersebut tergabung dalam milisi pro-kemerdekaan, dan gabungan aliansi lainnya sebagai Milisi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (MPKI) yang berperang dengan heroik pada pertempuran Surabaya, hingga puncaknya pada peristiwa 10 November.
Sebelumnya, hegemoni Belanda di tanah air berakhir (Hindia Belanda), setelah kampanye militer yang dilakukan Jepang berhasil, termasuk melawan Amerika Serikat. Tanggal 1 Maret 1942, Jepang melakukan agresi militer di Indonesia melawan Belanda, dan mengharuskan Belanda menyerah tanggal 8 Maret 1942, ditandai melalui perjanjian Kalijati Subang, antara pihak Jepang dan Belanda.
Di tengah semangat yang membara sebagai kesadaran kolektif warga Surabaya atas kemerdekaannya, dan terus bergerak dengan melucuti sisa-sisa kekuatan pasukan Jepang, Belanda kembali lagi ke Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu, melalui keputusan atas nama Blok Sekutu, yaitu mendatangkan pasukan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies).
Pasukan tersebut merupakan tentara Britania Raya yang sebagian berasal dari tentara India Britania, datang ke Surabaya tanggal 25 Oktober 1945, sebelumnya telah mendarat di Jakarta pada bulan September.
Misi dari AFNEI untuk membebaskan tawanan perang yang ditahan Jepang, memulangkan para tentara Jepang, dan bertindak sebagai juru pemulihan keamanan dan ketertiban. Adalah, NICA (Netherlands Indies Civil Administration), merupakan agenda terselubung by design AFNI oleh Blok Sekutu untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara administrasi pemerintahan Belanda, yaitu negeri jajahan Hindia Belanda.
Dengan serangkaian manuver politik dan ketegangan yang diciptakan pasukan AFNEI maupun NICA, memicu gejolak rakyat Surabaya khususnya dan wilayah lain di seluruh Indonesia, memunculkan gelombang pergerakan rakyat untuk melawan. Perlawanan rakyat Indonesia terjadi di mana-mana, serangkaian ketegangan dan class fisik terus terjadi antara MPKI melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.
Pertempuran tersebut berlangsung dari tanggal 27 Oktober – 20 November 1945, selama tiga pekan tiga hari, dan peristiwa 10 November sebagai hari dimana terjadi serangan umum.