Prediksi 4 Koalisi Menuju Pilpres 2024, Daftar Lengkap Hasil Pemilu 2019 Parpol Sebagai Dasar Perhitungan dan Strategi 2024 (1)

Jalinan komunikasi atau pergerakan massiv juga ditafsirkan sebagai manuver para elit parpol dan para calon kandidat, jelas dikarenakan sesaknya memperoleh tiket menuju pencapresan.

25 Juni 2022, 23:12 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Polhukam — Prediksi 4 Koalisi Menuju Pilpres 2024, Daftar Lengkap Hasil Pemilu 2019 Parpol Sebagai Dasar Perhitungan dan Strategi 2024.

“Tetapi, politik dari yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan sudah mentradisi dalam ensiklopedi politik Indonesia bahwa di detik-detik akhir “last minute,” sering ada kejutan-kejutan, termasuk potensi kejutan duet Prabowo-Puan. Misalkan itu yang terjadi, pasangan ini tentu berpotensi kuat untuk menang.”

Amanat Undang-Undang No.7 Tahun 2017 Tentang Pemilu, terutama pada Pasal 222 yang mengatur mengenai ambang batas presidential threshold sebagai syarat pencapresan. Demikian bunyi pasal tersebut dalam bagian BAB VI, Bagian Kesatu, Paragraf 1.

Pasal 222
Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya.

Nah, atas dasar tersebut, maka untuk menentukan pasangan capres-cawapres sebagaimana bunyi pasal tersebut, kita lihat dahulu perolehan suara partai politik pada Pemilu 2019 yang lalu.

Berikut ini daftar Hasil Pemilu Legislatif 2019 Partai Politik :

1) PDI-P
• Jumlah suara: 27.503.961 (19,33 persen)
• Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan presidential threshold
• Jumlah kursi: 128/575X100 = 22,26%

2) Golkar
• Jumlah suara: 17.229.789 (12,31 persen)
• Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 85/575X100 = 14,78%

3) Gerindra
• Jumlah suara: 17.596.839 (12,57 persen)
Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 78/575X100 = 13,56%

4) Nasdem
• Jumlah suara: 12.661.792 (9,05 persen)
• Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 59/575X100 = 10,26%

5) PKB
• Jumlah suara: 13.570.970 (9,69 persen)
• Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 58/575X100 = 10,08%

6) Demokrat
• Jumlah suara: 10.876.057 (7,77 persen)
• Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
Jumlah kursi: 54/575X100 = 9,39%

7) PKS
• Jumlah suara: 11.493.663 (8,21 persen)
• Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
Jumlah kursi: 50/575X100 = 8,69%

8) PAN
• Jumlah suara: 9.572.623 (6,84 persen)
• Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 44/575X100 = 7,65%

9) PPP
• Jumlah suara: 6.323.147 (4,52 persen)
• Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 19/575X100 = 3,30%

10) Berkarya
• Jumlah suara: 2.902.495 (2,09 persen)
• Status: Tidak memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 0

11) PSI
• Jumlah suara: 2.650.361(1,85 persen)
• Status: Tidak memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 0

12) Hanura
• Jumlah suara: 2.161.507 (1,54 persen)
• Status: Tidak memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 0

13) PBB
• Jumlah suara: 1.990.848 (0,79 persen)
• Status: Tidak memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 0

14) Perindo
• Jumlah suara: 3.738.320 (2,07 persen)
• Status: Tidak memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 0

15) PKPI
• Jumlah suara: 312.775 (0,22 persen)
• Status: Tidak memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 0

16) Garuda
• Jumlah suara: 702.536 (0,5 persen)
• Status: Tidak memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 0

Potensi Pilpres 2024 Dengan 4 Pasang Capres-Cawapres

Dengan dasar regulasi Pasal 222 dan hasil Pemilu Legislatif 2019 Partai Politik, maka dimungkinkan akan terdapat hingga 4 pasang calon. Hal tersebut bisa dilihat dari dinamika yang berkembang di lapangan atas komunikasi-komunikasi sebagai penjajakan untuk berkoalisi yang dilakukan oleh pimpinan partai politik maupun para calon kandidat presiden dan wakil presiden.

Jalinan komunikasi atau pergerakan massiv juga ditafsirkan sebagai manuver para elit parpol dan para calon kandidat, jelas dikarenakan sesaknya memperoleh tiket menuju pencapresan. Tiket tersebut yang mana harus diperoleh dari syarat ambang batas presidential threshold sebesar 25% suara partai tingkat nasional atau 20% suara partai di DPR.

Dengan demikian, dari hasil ke-9 parpol yang lolos parlementary threshold untuk Pemilu 2024 dan lolos presidential threshold untuk memperoleh tiket pencapresan hanya partai PDI-P. Kedelapan partai mau tidak mau harus berkoalisi agar mendapatkan angka minimal 20% kursi di DPR dengan cara berkoalisi.

Akibatnya, keriuhan para elit politik menuju Pemilu 2024 sudah di mulai dari sekarang. Hanya saja yang dikhawatirkan adalah terjadinya potensi menurunnya fokus kepentingan bangsa dan negara (pemerintahan), karena rata-rata pimpinan parpol dan tokoh-tokohnya adalah pejabat eksekutif dan legislatif juga pimpinan lembaga-lembaga pemerintahan. Jangan sampai tugas-tugas dalam penyelenggaraan negara terkuras energinya untuk membangun peta koalisi menuju Pemilu 2024, baik legislatif maupun pilihan presiden.

Siapakah 4 Peta Koalisi Tersebut?

1) PDI-Perjuangan

PDI-P yang jelas sudah punya tiket, meskipun belum secara resmi mengumumkan siapa calon presiden-nya, namun dibaca dari pergerakan politiknya, nampaknya Sang Ketua Umum ingin menghendaki pos calon presiden diduduki oleh ‘trah’ Soekarno. Dalam hal ini adalah Puan Maharani yang menjabat sebagai Ketua DPR RI.

Lantas, bagaimana posisi Ganjar Pranowo yang santer juga akan mencalonkan dan dicalonkan dilihat dari pergerakannya dan komunikasi publiknya, yang juga kader PDI-P.

Acapkali ketegangan di internal PDI-P sering terjadi antara Megawati, Ganjar Pranowo juga Jokowi, yang melibatkan fungsionaris anggota partai lainnya. Meskipun hal tersebut wajar sebagai suatu dinamika. Mengingat Jokowi nantinya sebagai seorang presiden yang sudah tidak menjagokan lagi karena konstitusi, tentu sangat diperhitungkan, hingga seringkali wacana tiga periode dihembuskan oleh beberapa kalangan. Hanya saja bagaimana nanti Jokowi dalam hal ini tetap tegak lurus ke PDI-P atau membangun poros baru demi kepentingan proyeksi politik yang strategis untuk masa depan.

Sedangkan Ganjar Pranowo bila dengan ‘ujug-ujug‘ langsung dicalonkan sebagai calon presiden dari PDI-P tentu tidak semudah itu, mengingatkan posisi Puan Maharani. Hingga kemudian ditafsirkan Ganjar sering bermanuver ke mana-mana, seolah-olah berpotensi mempunyai posisi tawar di banyak partai.

Di bagian lain, PDI-P juga masih menghitung elektabilitas dan popularitas Puan Maharani. Maka, sedari sekarang tidak ada pengumuman soal itu, sebelum formulasi ampuh diketemukan.

Dengan demikian, antara Puan Maharani, Joko Widodo dan Ganjar Pranowo tetap dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh untuk kuda-kuda menyiapkan skenario 1, 2, 3 dan seterusnya. Yang ketentuan finalnya ada di keputusan Ketua Umum.

Kemudian, nampaknya hubungan Megawati dan Prabowo juga baik-baik saja, namun dibaca tetap belum memungkinkan bila koalisi pasangan capres-cawapresnya Prabowo-Puan. Hingga akhirnya, saat ini sudah ada dikotomi antara PDI-P dan Gerindra tetap akan dengan benderanya masing-masing.

Apakah mungkin Prabowo mau di pos RI 2 dengan duet Puan-Prabowo, sedangkan mungkinkah bila duetnya menjadi Prabowo-Puan, lantas di manakah arti kemenangan PDI-P sebagai satu-satunya partai yang mendapatkan tiket.

Tetapi, politik dari yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan sudah mentradisi dalam ensiklopedi politik Indonesia bahwa di detik-detik akhir “last minute,” sering ada kejutan-kejutan, termasuk potensi kejutan duet Prabowo-Puan. Misalkan itu yang terjadi, pasangan ini tentu berpotensi kuat untuk menang.

Anies Baswedan yang juga populer dan trending, meskipun secara kultural PDI-P seperti tidak mungkin berkoalisi dengan Anies, tetapi peluang itu tetap ada, seperti membaca kemesraan Puan dan Anies saat gelaran Formula E.

Justru, PDI-P masih sulit untuk berkomunikasi dengan figur AHY dan politisi dari PKS. Terlihat statement dari petinggi PDI-P yang seolah-olah kemungkinan koalisi dengan Demokrat dan PKS tertutup.

Begitu juga hubungannya dengan Airlangga Hartanto (Golkar) yang akhir-akhir ini merenggang, dibaca tidak ada kemungkinan koalisi keduanya.

Untuk Erick Thohir masih mungkin pada pos calon wakil presiden, meskipun potensi menuju ke sana tidak menunjukkan peta jalan yang jelas.

Dengan analisis seperti di atas, maka diprediksikan PDI-P akan mengusung ;
1) Puan-Ganjar
2) Puan-Erick Tohir
3) Puan-Anies
4) Puan-Andika
5) Ganjar-Puan
Opsi terakhirnya bisa saja;
6) Prabowo-Puan.

Duet nomor 6 tersebut, dibaca sebagai- seperti harapan Prabowo ketika memutuskan untuk ikut bergabung dengan koalisi pemerintah (PDI-P), meski PDI-P pada akhirnya berpeluang kecil menempatkan Prabowo di pos calon presiden.

Sementara dengan tidak adanya koalisi dengan tiket otomatis PDI-P sebesar 22,26% kursi DPR, meski demikian PDI-P tetap harus menjalin koalisi untuk menambah suara elektoral, karena suara PDI-P meskipun menang hanya di angka 27.503.961 atau 19,33%. Prediksinya tetap harus berkoalisi, selain untuk menambah warna ideologi sebagai penguatan pluralitas.

Dalam hal ini dibaca bahwa internal PDI-P masih menghitung skenario 1, 2, 3 dan seterusnya sampai menemukan formulasi yang tepat. PDI-P memang tidak pusing untuk urusan tiket seperti ke 8 partai lainnya, tetapi cukup pelik untuk menentukan siapa duet RI 1 dan 2.

Tidak menjadi soal jika PDI-P rela di RI 2, lantas bagaimana Puan Maharani? dan apalah arti dari sebuah kemenangan atau kekuasaan. Kerelaan dan keikhlasan ada di posisi RI 2 adalah sesuatu yang sulit, tidak hanya Puan Maharani, tetapi juga Prabowo dan Airlangga.

Tentu juga realistis bila nama seperti AHY, Anies, Ganjar, Zulkifli, Suharso rela di posisi RI 2 atas potensi infrastruktur, peta dan segala sesuatunya yang dirasa realistis berada di posisi tersebut.

(bersambung bagian 2)

2) Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)

Prediksi 4 Koalisi Menuju Pilpres 2024, Daftar Lengkap Hasil Pemilu 2019 Parpol Sebagai Dasar Perhitungan dan Strategi 2024 (2)
Menakar Kekuatan Rakyat dan Kebijakan Pemerintah dalam Isu Global Krisis Pangan (1)
Moral Clarity dan Etika Politik Poros Intelektual
Aktualisasi Semangat Kebangkitan Nasional Indonesia Sebagai Substansi Bukan Sensasi
Adu Elektabilitas Sudah Dimulai, Saling Klaim Itu Hak! Dimana Etikabilitasnya?
Geopolitik Negara dan Sumber Daya (1)

Terkait

Terkini