Pujangga Mata Air dan Cinta Kendalisodo, Dua Pujangga Gunung Arjuno

Guntur Bisowarno
Disampaikan pada jagongan guyon maton di Kopi Cendono lembah Gunung Arjuno, Purwosari-Pasuruan-Jawa Timur, pada hari Senin Pon, 13/12/2021.
“God is Love, Allah adalah Cinta”
Semua ada dan menghadirkan diri dalam bingkai kasih sayang-Nya.
Dalam epic kepujanggaan, ada pengertian bahwa pujangga adalah para ahli bahasa atau sastra, seorang pemikir, penulis hingga disebut sastrawan. Dekat dengan karya sastra berbentuk prosa maupun puisi, hingga lisan dan tulisan, juga performing art.
Sungguh lebih bahagia membahagiakan, lembah Gunung Arjuno telah melahirkan dua sosok pujangga baru, dikuatkan dengan adanya dimensi kesadaran kawruh kita, bahwa; kita ada pada kandungan dan esensi atas capaian seseorang yang mampu mengolah dan menyadari kediriannya dalam kesadaran, yaitu; tahu, paham, dan mengerti perkara hubungan subyek kediriannya dengan dirinya sendiri.
Upaya usahanya mengenal akunya aku dan mengalami kediriannya pada dimensi bak samudra, merupakan obyek realita yang hadir dalam kesadaran subyek kediriannya, atas obyek cakupan semesta jagad cilik dalam kediriannya, dan obyek cakupan semesta besar di luar kediriannya (jagad gede). Kita menghayatinya dengan sebutan “Pujangga Dalam,” menggenapi dalam khasanah kepujanggaan yang sudah dikenal pada umumnya selama ini.
Semua Berhubungan Tak Ada yang Kebetulan
Arah tujuan menjadi pelaku dalam perilaku cinta yang dikehendaki dan direstui Tuhan adalah tujuan spiritual bagi setiap insan, bukan sebagai pelaku dengan perilaku cinta yang dilarang Tuhan.
Setiap individu adalah pujangga, pujangga cinta illahi, pada pujangga mata air diibaratkan dirinya seperti Genthong Air, sedangkan pujangga cinta Kopi Cendono, menerangkan filosofi dan sikap hidupnya seperti di bawah ini;
(1) Menuju titik keseimbangan dunia, seperti motto Pegadaian, yaitu menyelesaikan masalah tanpa masalah, termasuk solusi sebagai langkah yang solutif.
Berintrospeksi dari ajaran Kitab Kendalisodo, dari pertapaan Resi Begawan Kapiwara alias Hanoman, makhluk yang punya dimensi keabadian. Sejak epos wayang Ramayana hingga jangka Jayabaya, yaitu; berwatak jujur, teguh-ajeg, sesuai tugas, sesuai ukuran atau takaran, tidak ada yang dipaksakan. Ukuran yang digunakan adalah ukuran manfaat terbaik dari buah pikiran, ucapan dan tindakan manusianya, sesuai dengan kapasitas masing masing, sehingga bertemu siapapun, kita mencari potensi yang baik hingga hal yang terbaik. Berlaku pada setiap orang dan hal yang hadir dalam hidup Kita, tegas Muhammad Tohir.
(2) Persaksian kedua Pujangga
Muhammad Tohir (52 th), adalah sahabat dari Muhammad Moe, merupakan penemu, perintis dan owner Kopi Cendono, yang diharapkan sebagai kopi UMKM, kami menyebutnya kopi peradaban baru Nusantara. Kopi yang sebenarnya kopi, penuh jiwa-jiwa ikhlas dan merdeka, juga Kopi Kendalisodo, kami menyebutnya sebagai kopi keseimbangan dunia, ujar Muhammad Moe.
Hal ini disebabkan oleh ilmu Tuhan yang kami tafsirkan, hanya seorang Pujangga yang bisa menemukan dan dipertemukanNya kepada pujanga lainnya. Muhammad Moe (43 thn), salah satu tokoh pegiat dan pencetus gerakan Hari Mata Air Dunia, yang telah kami mulai dan peringati setiap tanggal 29 Juli, sudah berlangsung sejak tahun 2019. Maka, kita dapuk juga sebagai pujangga. Pujangga Mata Air dari wujud syukur dariNya sebagai bagian dari merawat dan melestarikan sumber daya air.
(3) Sejarah Peristiwa Kisah dan Kejadian Istimewa.
Terjadi di kantor pusat Bamboo Spirit Nusantara, di Jalan Raya 306-Pertigaan Raya Purwosari, pada Jumat Kliwon Malam Sabtu Legi, 10/12/021. Ukuran bahasa cinta, kental dan encernya ada di esensi kopi Robusta dan Kopi Arabica.
Lahan pegunungan di bawah ketinggian 700 mdpl, sangat cocok dibiakkan tanaman kopi Robusta. Tampilan kopinya bila diseduh berwarna pekat, lebih kental, dalam rasa pahitnya ketimbang kopi Arabica, yang cocok tumbuh di ketinggian lembah lereng gunung diatas 700 mdpl. Semakin tinggi tanahnya, asal kopi hidup dengan ideal, misalnya tumbuh diketinggian 980 mdpl, maka semakin nampak performa encer seduhan kopinya, rasanya agak asam, aroma kopi tercium khas, menyiratkan akan anugrah-Nya dalam nikmat kopi khas Arabica. Disebutlah begitu oleh para pencinta kopi dan top barista dunia.
(4) Manusia Genthong Lembah Gunung Arjuno
Dalam perjalanan laku seni budaya spiritual dan CBSA (Cara Belajar Silaturahmi Aktif), yang mengalir seperti aliran air, kita sampai pada kesadaran yang lebih esensial, bahwa hanya makhluk ciptaanNya yang disebutNya manusia, dengan kesatuan utuh holistik komprehensif, dengan alam jagad gede dan alam jagad cilik, dengan pirantinya berbadan dan berjiwa berspirit ruhlah, yang didesain Tuhan untuk bisa menampung semua ilmu-ilmunya Tuhan, sesuai makom dan kapasitas masing masing. Disamping alam semesta raya beserta isinya nama-nama mereka, juga mempunyai sebagian kapasitas dari ilmu-ilmuNya, namun yang terbesar dari semuanya itu, hanya ada pada manusia, yang mampu menampungnya secara holistik dan komprehensip adaNya. Itulah di sebut manusia genthongnya, ilmu-ilmunya Tuhan Sang Pencipta.
Bahwa beberapa buah kesadaran ini, diberikanNya melalui jalan yang kita dapatkan sendiri bersama para saudara yang juga memperoleh jawaban dari Tuhan, dan sudah semakin kita buktikan hingga praktekkan sendiri dalam uji ilmu hakekat kenyataan laku-lampah hidup-kehidupan kita di kawasan Gunung Arjuno, maka kita sepakati sementara dengan sebutan Manusia Genthong Gunung Arjuno.
Mengapa demikian? karena juga terbukti bahwa kandungan air di bawah gunung Arjuno adalah salah satu Genthong Airnya Jawa Timur, yang terbesar di provinsi Jawa Timur, bisa jadi terbesar sepulau Jawa.
Muhammad Tohir menggenapinya secara aktual, nyata dan terbukti begitu adaNya, air media penyempurna rasa, tanpa air rasa tak berdaya.
Layak kita sadari dan syukuri proses bumi memurnikan dan menyucikan air secara terus menerus membutuhkan waktu ribuan tahun, setara bumi menyucikan tanah jadi pasir, limbah laut jadi garam laut, semua itu membutuhkan ribuan tahun lamanya untuk memurnikan mereka, bumi pertiwi tempat kita ditumpangkan Tuhan untuk bertugas berpikir, berucap dan berbuat di muka bumi ini.
Dengan demikian, kita peringati sebagai Hari Genthong Internasional, 08/09/2020.
(5) Manusia Kendhi Kendalisodo Lembah Gunung Arjuno
Untuk belajar mengatasi solusi ketakutan atau trauma adanya perang saudara dan perang dalam diri sendiri, belajarlah pada kitab Kendalisodo. Hikmah oasca perang saudara Subali-Sugriwa di Goa Kiskenda, seperti simbolisasi pada cerita wayang Ramayana.
Maka, filsafat dan filosofi hidup kehidupan yang seimbang dan tidak mempunyai permusuhan dengan saudaranya sendiri, dunia dalam keseimbangan, bisa mandiri mengendalikan diri, self leadership and self management sesuai maksud tujuan Tuhan menciptakan manusia, dan bagaimana relasi Tuhan dengan semua ciptaanNya serta relasi di antara para mahluk ciptaanNya.
Muhammad Tohir, owner Kopi Cendono, memilih logo segitiga sama sisi, ditengah-tengah ada lambang bintang, di bawah segitiga sama sisi tertulis kalimat Keseimbangan Dunia, dibawahnya tulisan Kendalisodo Kopi Cendono Lembah Gunung Arjuno. Dimaksudkan sebagai pengingat, bahwa sesungguhnya kita bagian dari alam semesta dan sebaliknya, serta kita hakekatnya adalah sesama dan saudara dalam pandangan hidup kehidupan.
Maka, kita peringati sebagai Hari Kendhi Internasional, 10/09/2021.

(6) Manusia Limas Bamboo Gunung Arjuno
Nabi Muhammad SAW menyatakan, masih ada perang yang lebih besar yaitu mengalahkan nafsu dan mengendalikan nafsu dari dalam dirimu sendiri.
Sementara Ir. Soekarno menyatakan tantangan terbesar dan musuh terberatmu nanti di masa yang akan datang adalah saudara sebangsamu sendiri.
Semenjak Bamboo Spirit Nusantara menemukan penghayatan teknologi spiritual berupa meditasi dengan cara menurunkan frekuensi sel mendekati nol hrz, maka belajar tahu, paham dan mengerti Tuhan dengan kesadaran yang cepat, efektif dan efisien. Tantangan terbesar adalah waktu, kita tidak akan pernah cukup seumur hidup kita, begitu juga belajar tentang alam semesta, bahkan juga belajar tentang sesama makhluk dan sesama umat manusia, ternyata jalan terpendek dan tercepat mengenal Tuhan dan hubungan Tuhan dengan ciptaanNya serta untuk mengenal sesama manusia, justru dengan masuk ke dalam potensi diri kita yang tersembunyi yaitu pada inti sel masuk kekedalaman diri kita.
Semakin mengenal diri kita yang sejati dengan mengenal akunya aku, dan sampai pada alam sadar kesadaran, bahwa badan yang dipimpin oleh alam kesadaran jiwa yang bersedia ikhlas tulus dipimpin dan dihidupi oleh alam kesadaran spirit ruh, yang ditiupkan oleh Tuhan, sumber segala sumber spirit sejati, sumber energi hidup kehidupan ada-Nya.
Semakin mengenal diri kita semakin mengenal Tuhan ada-Nya.
Mengenal akunya aku dan bahagia dalam takdir melalui: Meditasi Teknologi Spiritual dalam Limas Bamboo Gunung Arjuno.
Kami telah melakukannya pada program Redesign The World With Bamboo, dari tahun 2013 – 2021 & proyeksi kedepan tahun 2021 – 2045. Sahabat semuanya, kopi terbaik dan sebenarnya kopi tidak hanya soal rasa yang menjadi indikator utamanya.
Sesudah sampai di puncak kesadaran dan alam kesadaran kawruh bersama para pelaku sejati ini, kita menyepakati bahwa siapa yang menyajikan kopi, yang mengolah kopi, yang memilih kopi. Siapa yang meroasting kopi, siapa yang bersama-sama ngopi dan kopi adalah faktor yang paling menentukan rasa cipta karsa rasa Kopi Sejati, kopi yang sebenarnya kopi ada-Nya.
Dialog terkait bahasa dan bahasan keyakinan, iman, cinta dan harapan dalam hidup kehidupan termasuk dalam perihal mencintai kopi, kedua pujangga kita ini sudah bersedia untuk salaman dan sepakat atas keberadaan cinta dari Tuhan, sang sumber anugerah cinta itu sendiri, adalah kekuatan yang terbesar di antara ke-4 hal luar biasa tersebut, yaitu kembali pada iman, keyakinan, cinta dan harapan.
Siapa yang terbesar dan terkuat di antara mereka berempat. Ya, cinta anugerah Tuhan tersebut ada-Nya, dan rasa adalah kebenaran, perasaan adalah kecerdasan, sehingga Cinta Mencintai.
Pada kopi sebenarnya kopi, pasti cerdas mencerdaskan ada-Nya, disitulah filosofi kopi, seperti filosofi “Wedang,” ngawe-awe kekadangan, menjalin silaturahmi.