Ratusan Nelayan Pemalang Nganggur Tak Pergi Melaut
Nusantarapedia.net, Pemalang, Jawa Tengah — Dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, ratusan nelayan yang ada di pelabuhan Tanjung Sari Pemalang, terpaksa tidak berangkat melaut.
Meskipun pasokan solar tidak ada kendala, mereka tidak berani berspekulasi menaruhkan nasibnya dalam kondisi sulit ini. Mereka tidak mau mengalami kerugian dua kali, karena cuaca laut juga lagi buruk.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Pemalang, Abul Hasan mengatakan, para nelayan tentunya kaget dengan kenaikan harga BBM tersebut. Yang mana kenaikan tersebut harusnya akan diikuti kenaikan harga jual hasil tangkapan ikan.
Hasan menjelaskan, kenaikan harga BBM yang tidak diikuti dengan naiknya harga hasil tangkapan ikan, berakibat kerugian bagi para nelayan di Pemalang. Ada sekitar 22.000 nelayan yang terdampak karena lonjakan harga BBM.
“Biaya operasional mencari ikan (melaut) hampir 70% adalah dari pembelian BBM, dan penghasilan nelayan sekarang berkurang hampir 50%. Dan pada saat harga BBM naik, maka akan berlaku hukum pasar, daya beli masyarakat akan berkurang, sehingga hasil tangkapan nelayan kurang terserap secara maksimal,” kata Hasan (13/9/2022).
Terlihat banyak kapal-kapal tersandar di pelabuhan Tanjung Sari, karena kenaikan harga BBM, selain faktor cuaca. Mereka akan berangkat jika dirasa cuaca benar-benar cerah dan hitung-hitungan penyesuaian kenaikan BBM dengan harga tangkapan ikan selesai.
“Para nelayan Tanjung Sari saat ini, memilih libur tidak melaut, karena tidak ada kepastian cuaca bersahabat di tengah laut. Di samping khawatir dengan biaya melaut yang merangkak naik,” jelasnya.
Abul Hasan selaku Ketua DPC HNSI Pemalang, berharap pemerintah bisa mengembalikan harga BBM pada harga semula.
“Harapan kepada Pemerintah Daerah supaya menu ikan dimasukkan dalam program ketahanan pangan, seperti di daerah yang lain, sehingga para nelayan bisa terbantu dalam keadaan kenaikan BBM yang dirasa cukup memberatkan para nelayan,” tutup Hasan.
Diketahui, Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan BBM pada Sabtu, (3/9/2022). Presiden mengatakan bahwa subsidi BBM akan dialihkan kepada penerima yang lebih tepat sasaran.
Adapun penyesuaian kenaikan harga BBM sebagai berikut;
• Pertalite (subsidi): Sebelumnya dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter
• Solar (subsidi): Sebelumnya Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter
• Pertamax: Sebelumnya Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter
Informasi terbarunya, setelah BBM Subsidi terjadi pengalihan subsidi BBM, atau pendek kata harga BBM naik, kini Pemerintah dan DPR sepakat akan ada perubahan daya listrik subsidi. Yaitu daya listrik yang tadinya 450 volt ampere (VA) akan dinaikkan menjadi 900 VA, dan dari 900 VA menjadi 1.200 VA.
Subsidi energi tersebut dalam hitung-hitungan APBN 2022, yang mana merupakan kesatuan dalam proyeksi menentukan APBN 2023, dalam konteks ini subsidi listrik pada 2023 ditetapkan Rp72,5 triliun. Untuk keseluruhan belanja subsidi energi 2023 sebesar Rp 211,9 triliun. Terdapat begitu banyak pengurangan subsidi dibandingkan tahun 2022 yang mencapai Rp502-640 triliun.
Setelah hitung-hitungan subsidi energi pada BBM dan pengalihan daya listrik, pemerintah dengan kebijakan tersebut di atas, bagaimana nanti dengan kebijakan harga gas LPG, yang mana keseluruhan energi (BBM-Listrik-Gas) berangkat dari peta jalan “Subsidi Energi.” (Ragil74)
Ampera Tanyakan Perkembangan Kasus Dugaan Pungli BPNT
Wakapolres Pemalang Borong Jajanan Dibagikan ke Massa Aksi Demo
Kusworo Pejuang Lingkungan, Berkat “Barkas” Bisa Menghidupi Keluarganya
Pengalihan Daya Listrik
Pabrik Gula Comal Baru, Riwayatmu Kini