Relasi Islam dengan Local Wisdom dan Ketahanan Karakter

25 Juli 2023, 19:14 WIB

Nusantarapedia.net | JURNAL, SOSBUD — Relasi Islam dengan Local Wisdom dan Ketahanan Karakter

Oleh : Krisna Wahyu Yanuar

“Dalam beragama ala Nusantara tidak ada praktik koersif dalam beragama, semua menganut dengan fleksibel dan progresif”

ISLAM yang berjalan di wilayah postglobalisasi kini merupakan islam yang mempertemukan beberapa titik pembaharuan. Tetapi harus dilandaskan kepada makna utama islam sebagai agama yang damai pedoman hidup berbahagia dari segi syumuliyah yang mencakup seluruh aspek-aspek kehidupan, baik bidang politik, ekonomi, hukum, sosial budaya, kenegaraan, pertahanan serta bidang kehidupan lainya. Islam Inklusif merupakan islam yang mampu bertahan kini, bukan yang dimaknai sebagai  kelompok Islam Liberal. Tetapi islam yang mampu akan keterbukaan dan penjagaan. Yang dijaga adalah tradisi budaya lokal setempat tentunya yang sesuai dengan kriteria- kriteria Rahmatan Lil ‘Alamin.

Inklusivitas Islam selalu terlibat dengan penghargaan terhadap kelompok manusia yang memiliki keyakinan berbeda, tetapi bukan suatu bentuk kesamaan agama yang lainya. Tetapi tetap menjunjung tinggi etika dan moral yang terikat dalam masyarakat. Islam Inklusif adalah pandangan Islam yang terbuka, fleksibel, dan inklusif. Gaber Asfour menyebutnya sebagai Islam Sungai Pandangan, ini didasarkan pada nilai-nilai dasar Islam, dengan ide utama bahwa Islam adalah ajaran kasih sayang untuk dunia (rahmatan lil-‘alamin). Islam Inklusif lebih menekankan pada nilai-nilai dasar islam daripada simbol-simbol keagamaan semata. Pandangan ini menekankan elemen-elemen yang lazim dalam keimanan masing-masing orang, khususnya tentang ruhani yang menuju Yang Maha Tinggi, sedangkan ekspresi keimanan yang bersifat lahiriah dalam hukum-hukum agama, ritus, dan doktrin ketuhanan tidak dianggap sebagai hal yang paling penting. (Abidin, 2013)

Menurut Matori Abdul Jalil, implikasinya adalah keberanian untuk membongkar selubung kusam berupa dunia penghayatan Islam yang bercorak doktrinal dan dogmatis (Jalil, dalam Marzuki Wahid, dkk, 1999). Islam tidak hanya ditafsirkan lewat penekanan yang berlebihan atau keterjebakan terhadap simbol-simbol keagamaan, karena hal ini mengandung bahaya, kontraksi, distorsi, dan reduksi ajaran agama itu sendiri. Semangat penekanan terhadap simbol-simbol agama tersebut seringkali tidak sesuai dengan substansi ajaran agama itu sendiri. (Abidin, 2013)

Local Wisdom dan Ketahanan Karakter Masyarakat Muslim
Budaya lokal (local culture) selalu terikat dan terkait yang namanya kearifan lokal (local wisdom) karena ada suatu nilai- nilai konstruktif yang berusaha masyarakat bangun dan dipertahankan, adanya kesatuan dan persamaan pola pikir yang mempertahankan itu bisa dibilang subjektifitas tradisi. Tradisi budaya lokal menceritakan  bagaimana masyarakat  hidup, bergerak dan menjalankan adat istiadat. Adat istiadat atau nilai-nilai yang mereka kenali dan ikuti. Dan adat istiadat tersebut dirumuskan menjadi sebuah tindakan sosial dan dianut banyak orang. Oleh karena Indonesia secara geografis memiliki wilayah yang luas maka berbagai macam pola-pola dalam khazanah kekayaan lokal. (Yanti, 2019)

Dalam keberagaman itulah peran agama melekat dalam setiap individu masyarakat ada interaksi yang mencoba menggandeng keduanya itu antara agama dan budaya, ada titik pembangunan dalam masyarakat. Dan nilai-nilai religius, yang menjadi cita-cita  agama bersama dengan nilai-nilai budaya dialektis lokal, regulasi kreatif antara nilai-nilai universal agama dengan budaya lokal menghadirkan corak ajaran agama dalam kesatuan spiritual dengan model budaya yang berbeda (kesatuan dan keragaman).

Dalam posisi ini peran keagamaan sangat krusial dalam menjaga dan membentengi westernisasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat kita sendiri. Apa lagi ditambah digitalisasi, yang semua berusaha untuk menunjukan ruang ekspresionis akan tradisi dan kebudayaan mereka. Indonesia merupakan salah satu negara yang adidaya spiritualitas dan kebudayaan. Terlihat dalam menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) databoks.katadata.co.id, pada tahun 2020 sebanyak 1.239 karya budaya dinobatkan sebagai bagian dari warisan budaya spiritual Indonesia. Budaya spiritual meliputi seni pertunjukan, tradisi, ekspresi lisan, adat istiadat, pengetahuan alam, kerajinan dan perayaan.

Ini hanya sebagian kecil dari apa yang telah dipelajari atau diketahui. Tentunya equality dari kebudayaan setempat perlu dilestarikan dengan memberikan corak khas berislam dalam setiap negara. Karena islam bukan dipandang saja sebagai normatif dan konvensional, tetapi reflektif pembentukan regenerasi karakter muslim. Karena itu agama dan budaya merupakan suatu sayap pesawat yang berjalan pada arah gerak yang sama, yakni pembentukan karakter, dan improvisasi moralitas suatu bangsa.

Terkait

Terkini