Resolusi 2022 dalam Tradisi Dunia, Target dan Eksekusi

Dengan demikian, tradisi tahun baru sebagai produk kebudayaan barat sudah disepakati menjadi dan milik kebudayaan global

31 Desember 2021, 12:58 WIB

Nusantarapedia.netResolusi 2022 dalam Tradisi Dunia, Target dan Eksekusi

Sejenak membuka kembali ingatan kita mengenai teori Orientalisme, meskipun hal tersebut awalnya dimaksudkan untuk menunjukkan hegemoni dunia barat atas timur. Namun, pendikotomian itu pada akhirnya melebur, era berganti era dan masa sebagai batasannya akhirnya berubah oleh waktu.

Akan tetapi, batasan yang dimaksud tetap diperlukan untuk mengukur sejauh mana progres yang telah dicapai, juga atas kesadaran letak navigasi personal, bangsa maupun negara dalam kehidupan global.

Era milenium saat ini yang dimulai sejak tahun 2000 semakin membuat peradaban global mengikis batasan kultural. Meski trending dunia pada banyak topik yang kemudian mengakar dalam tradisi kultural dimulai atas kekuatan suatu entitas dengan aneka goals hegemoni.

Mana yang terkuat akan diikuti, bertahan dan pada saatnya akan bergeser bahkan tumbang. Itulah dinamika dunia yang sejatinya tak pernah abadi, namun dominasi didalamnya perihal masa keemasan dalam jangka waktu tertentu dipandang sebagai pencapaian dan kiblat.

Dengan demikian, tradisi tahun baru sebagai produk kebudayaan barat sudah disepakati menjadi dan milik kebudayaan global. Barat mendunia!

Kilas balik waktu sebagai koreksi dan refleksi pada akhirnya menghadirkan inovasi berfikir guna merumuskan goals masa depan. Tentu segala daya upaya berupa intervensi, rekayasa dalam ruang penciptaan, perasaan dan kehendak akan diimplementasikan sebagai aksi untuk di eksekusi (executable)

Sejarah dan masa depan adalah satu kesatuan pandang sebagai manifestasi peristiwa masa lalu dan mendatang. Adakah persoalan kultural yang melingkupi kebudayaan suatu bangsa dalam mengambil proyeksi dan resolusi masa depan global, Ada!

Ilustrasi; entitas A masih asyik dalam target penguasaan ekonomi global, misalnya keinginan untuk menguasai ekonomi dengan melahirkan konsep evolusi kapitalisme seperti kemunculan mata uang Bitcoin. Kelompok B dengan intens sudah berfikir akan penyelamatan spesies bumi dengan projects eksodus manusia ke planet Mars.

Bangsa C masih bergelut pada mimetisme komunikasi virtual, hingga tata kelola sosiologisnya berplatform digital. Negara D masih gaduh berkutat soal Indexs Pembangunan Manusia, level berfikirnya masih sebatas resolusi guna pemenuhan kebutuhan makan, sekolah dan kesehatan, juga keterjebakan gairah pembangunan infrastruktur yang tidak berkesudahan.

Ada juga entitas E dan F sudah dalam puncak peradaban khususnya teknologi, berada dalam titik jenuh yang akhirnya kembali pada tata kelola hidup yang Back to Nature. Masih ada juga kelompok G dan H yang meributkan kebenaran konsep religi guna aneka goals.

Entitas terakhir yang sama sekali tidak bersikap atas realitas dunia berdasar pada potensi yang dimiliki berupa kekuatan spiritual dan materi yang dimiliki, mengandung idealisme yang murni.

Contoh-contoh diatas adalah nyata, membuktikan bahwa kehidupan di bumi ini belum linier dalam satu kesatuan cara pandang sebagai tujuan. Akibatnya, goals diatas mengharuskan pencapaian dengan cara yang kompetitif, artinya kembali pada siapa yang terkuat meski melanggar aspek hukum, yaitu hukum alam. Itu yang terjadi! berdampak pada kehidupan global yang disharmony.

Setidaknya butuh waktu 300 tahun untuk menyamakan persepsi dunia dalam tujuan hidup yang linier pada tempat kebumian. Berdasarkan dinamika saat ini akan tercapai pada tahun 2300-2500 M.

Kita beruntung, budaya Jawa selalu berpegang teguh pada filosofi Eling lan Waspodo, disitulah angger-anggernya sebagai regulasi diri dan global yang setidaknya sampai dipenghujung tahun 2021 ini masih sangat relevan untuk proyeksi dunia 2022.

Hanya saja, Jawa Indonesia dan Dunia mampukah menahan nafsu dan ambisi, karena filosofi tersebut mudah diucapkan sulit dilaksanakan.

Digital Virtual, antara Utopia Libertarian dan Evolusi Kapitalisme

Sejarah Singkat Kelahiran Kalender sebagai Peringatan

Semenjak kelahiran agama monotheisme oleh Abraham pra-masehi disebut sebagai tahun BC (before christ), karena tahun 1 Masehi sebagai peringatan kelahiran Kristus, lazim disebut sebagai tahun Anno Domini (AD), hingga membentuk menjadi format kalender lengkap dengan siklus hari dan bulan berdasarkan perhitungan tertentu, pada umumnya berdasarkan pergerakan bulan dan matahari (lunisolar).

Tahun Masehi hasil dari percampuran aneka kebudayaan khususnya barat. Kalender Masehi menjadi bentuk yang sekarang ini digunakan hasil dari penyempurnaan kalender Julian menjadi Gregorian pada tahun 1582 M.

Pada definisi dunia, tahun Masehi sebagai batasan berakhirnya suatu masa dengan ditandai kelahiran Kristus, sebagai batas waktu antara Sebelum Masehi dan Masehi.

Siddhartha Buddha Gautama, lahir pada tahun 634 SM, wafat pada 544 SM. Wafatnya sang Buddha sebagai awal kelahiran kalender Buddha atau BE (Buddhist Era), jadi tahun 1 BE dimulai pada 544 SM. Saat ini kalender Buddha memasuki tahun 2565 BE.

Pada kebudayaan Mandarin/Tionghoa secara luas, menggunakan kalender Kongzili yang saat ini berangka tahun 2572 Kongzili. Tahun baru pada kalender ini dinamakan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 1 Februari 2022/2573 Kongzili.

Kalender Saka yang saat ini menjadi penanggalan nasional India, merupakan penanggalan berdasarkan perhitungan bulan dan matahari (syamsiah-qomariah). Saat ini memasuki angka tahun 1943 C.

Pada awalnya, tahun Masehi dan Caka selisih 78 tahun. Rata-rata kebudayaan Nusantara menggunakan sistem penanggalan Saka yang dimodifikasi oleh budaya daerah sebelum penyatuan kalender sebagai tahun Jawa oleh Kesultanan Mataram.

Tahun Jawa merupakan gabungan dari kalender Saka dan Hijriah. Sultan Agung menyatukan tanggal 1 Muharram atau Tahun Baru Islam kedalam Tahun Saka dengan mengganti siklus tanggal dan bulan, tetapi angka tahun tetap dilanjutkan, menjadi tanggal 1 Suro atau Tahun Baru Jawa. Saat ini tahun Jawa berangka 1955 Jawa.

Meskipun pada awalnya tahun Saka dan Jawa sama angka tahunnya, namun akumulasi perbedaan siklus hari dan bulan menjadikan selisih angka tahunnya, karena tahun Jawa mengikuti kalender Hijriyah yang berbeda dengan siklus hari dan bulan pada sistem kalender Saka, maka selisih 12 tahun di tahun 2021 ini.

Kalender Hijriyah atau kalender Islam dimulai saat peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Dengan demikian kalender Hijriyah saat ini berangka tahun 1443 H.

Apa Itu Almanak atau Penanggalan Sultan Agungan?

Selebrasi Tahun Baru oleh Entitas Kebudayaan

Pada 2000 tahun SM, kebudayaan Mesopotamia telah melakukan tradisi tahun baru menurut penanggalan mereka berdasarkan perhitungan astronomi. Selebrasi yang dimaksud tidak jauh dari konsep religi polytheisme untuk menghormati para dewa-dewa dengan aneka persembahan.

Ritus didalamnya bersamaan dengan musim panen atau peristiwa tertentu yang didalamnya mengandung unsur suka cita. Dilakukan pada bulan Maret tanggal 20-22, disebut sebagai perayaan Nowruz. Pada sebagian kebudayaan Iran, selebrasi tahun baru masih dilaksanakan dibulan Maret hingga kini.

Pada saat Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Romawi tahun 45 SM, sistem perhitungan bulan dengan nama-nama Januari sampai Desember telah lahir. Pada tanggal 1 Januari 45 SM dirayakan atas penobatan tersebut.

Selanjutnya kalender terus berkembang hingga membentuk menjadi sistem kalender Gregorian atau Masehi saat ini. Jadi, selebrasi tahun baru 1 Januari telah menjadi tradisi yang cukup kuno.

Setelah era Kristus dengan berkembangnya ajaran Kristen, tanggal 25 Desember diperingati sebagai hari Natal atas kelahiran Yesus Kristus. Tanggal perayaan tahun baru 1 Januari warisan Julius Caesar kebetulan berdekatan dengan hari kelahiran Kristus sebagai perayaan Natal, maka menjadi perayaan dalam satu paket oleh banyak kebudayaan dunia.

Ucapan “Selamat Natal dan Tahun Baru” menjadikan satu kesatuan peringatan yang sebenarnya berbeda, namun akhirnya lazim dirayakan dalam satu paket. Dan mengandung koherensi bila perayaan tahun baru lebih pada kebudayaan ajaran Kristen memanglah benar.

Hal tersebut merupakan korelasi dari genealogi  penobatan Julius Caesar sebagai Kaisar dan kelahiran Jesus Kristus serta percampuran budaya masa Timur Tengah dan Eropa; Mesopotamia, Babylonia, dan Romawi.

Dengan demikian, memang logis bahwa episentrum kebudayaan dunia berawal di tanah Palestin-Israel hingga timbul tenggelam dalam penyebaran dan kebudayaan Timur Tengah, Eropa, Asia dan seluruh belahan dunia.

Seiring dinamika jaman, perayaan tahun baru dilakukan dengan caranya masing-masing oleh  penduduk dunia. Selebrasi pergantian tahun dilakukan dengan pesta minuman anggur, makan-makan, live music, pesta kembang api, meniup terompet, berwisata, parade dan bermacam-macam bentuk pesta.

Kebudayaan Tiongkok menyumbang identitas terbesar dalam budaya perayaan tahun baru, yaitu pesta menyalakan kembang api. Seolah menjadi hal utama bahwa pesta pergantian tahun tidak afdol tanpa kembang api.

Kembang Api sendiri lahir pada kebudayaan Tiongkok pada abad ke-7 Masehi, salah satu fungsinya bahwa suara kembang api dimaksudkan untuk mengusir roh jahat atau mengusir energi negatif yang ada pada diri manusia atau kelompok.

Filosofi bunyi petasan dapat membebaskan diri dari kesialan-kesialan manusia, agar selalu dalam keadaan yang sehat bahagia dan sejahtera.

Sejak saat itu, kembang api atau petasan menjadi sajian utama dalam pesta tahun baru oleh banyak negara didunia dengan menghadirkan teknologi kembang api yang canggih dan spektakuler.

Pada kesimpulan global bahwa pesta pergantian tahun baru adalah sebuah pesta suka cita yang harus dirayakan, dan melahirkan kebudayaan pesta yang bersifat besar atau spektakuler dijantung-jantung kota dunia.

IMG 15022022 200343 700 x 467 piksel 1
Pesta kembang api pada saat pergantian tahun baru, sudah menjadi tradisi di kota besar dunia, bahkan di kota kecil dan di desa sekalipun budaya pesta kembang api dilakukan.

Bila Cina menyumbang budaya kembang api sebagai tradisi pesta tahun baru, Eropa menyumbang kehangatannya dengan aneka pesta makanan dan minuman ditengah keceriaan keluarga maupun sosial, terlebih hampir bersamaan dengan momentum hari Natal. Dan, Amerika memberikan makna tahun baru dengan Resolusi.

Krisis Malaise atau Depresi Besar merupakan peristiwa dunia dengan menurunnya tingkat ekonomi yang drastis dan dramatis. Disebabkan oleh banyak hal terutama akumulasi perang dunia. Terjadi tahun 1929, dikenal dengan peristiwa The Great Depression Malaise.

Amerika Serikat terkena dampak paling parah, berlangsung selama 10 tahun saat kepemimpinan Herbert Hoover. Atas peristiwa tersebut rakyat Amerika berbenah, peristiwa tersebut dijadikan sarana refleksi menuju perbaikan diri.

Berawal dari peristiwa tersebut, masyarakat Amerika membuat resolusi diri disetiap awal tahun yang isinya sebagai aturan pengekangan diri, seperti; tidak boros, meningkatkan etos kerja, lebih disiplin, tidak gemar berhutang dan lainnya.

Resolusi Indonesia 2022 sebagai Harapan

Resolusi diri sebagai bagian dari strategi adalah keharusan yang sudah pasti akan dilakukan. Bagi masyarakat miskin tentu akan lebih efisien lagi dalam membelanjakan kebutuhan, bila kemarin makan dengan lauk satu telur utuh besuk satu telur untuk berdua.

Bagi kelompok mapan dan kaya raya, tentu kemarin berbagi dengan nominal 1 persen dari penghasilannya besuk menjadi 5 persen.

Resolusi bagi politisi mungkin lain lagi, bila kemarin mempolitisasi kegiatan yang receh tidak substansial dengan skor 80 besuk dikurangi dengan point 40, hingga resolusi pemilu 2024 bebas pencitraan dan politisasi.

Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan mengajari budaya bodoh, inferiority, suka dibantu atau feodalisme gaya baru.

Resolusi bagi pengusaha kelas kakap adalah, bila kemarin dapat untung sebesar 70 persen dengan skor pengrusakan lingkungan dan memberangus hak hidup sebesar 50 point, besuk dengan resolusi keuntungan sebesar 50 persen dengan tingkat monopoli berkurang menjadi 10 point.

Nah, diatas hanya variable resolusi 2022 untuk semua stakeholder terkait dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Masih banyak bidang yang harus lebih baik dari 2021 dan sebelumnya. Bagaimana IPM terpenuhi?

Bagaimana urgensi pembangunan infrastruktur dengan kemakmuran dan keadilan rakyat?  Bagaimana sistem pemilu nasional dan daerah tidak terjebak dalam transaksi ekonomi? Bagaimana negara memilih menjadi negara industri, teknologi, agraris, maritim?

Bagaimana konstruksi investasi berkeadilan? Bagaimana agar uang kita tidak mengalir keluar? Dan masih banyak lagi.

Tentu, proyeksi dan resolusi diri saya sudah jelas untuk 2022, sekedar melaksanakan dharma hidup. Selebihnya sudah saya percayakan dan berikan kepada negara, dengan kepatuhan pada banyak kebijakan.

Eksekusi terhadap target diatas jelas untuk segera diwujudkan, mumpung potensi sumber daya alam Indonesia masih tersedia, seberapapun cadangannya mesti sudah terkalkulasi, mumpung hampir 300 juta penduduk Indonesia selalu dalam kesemangatan untuk menjadikan Indonesia yang maju.

Selamat Tahun Baru 2022!

Gloomy Sunday, Lagu Kematian hingga Bunga Terakhir Bebi Romeo
Statistik Pengguna Internet Dunia dan Indonesia, Medsos Rajanya!

Terkait

Terkini