“Rewang” Sebagai Solidaritas Mekanik hingga Distribusi Kohesi Sosial
- Tetapi terkadang muncul gerakan-gerakan yang menyerang bahwa itu bentuk feodalisme dan budaya patriarki -
Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — “Rewang” Sebagai Solidaritas Mekanik hingga Distribusi Kohesi Sosial
Oleh : Krisna Wahyu Yanuar, UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
“Ketika globalisasi datang dan digitalisasi menyerbu, tantangan tentang individualism, konsumerisme, atau anti sosial, membuat konstruksi masyarakat tidak seimbang, perlunya menjaga tradisi sebagai bentuk simbolik menghargai historis tradisi atau sebagai guardian equilibrium.”
Karena manusia harus memberikan koneksi interaksi dalam setiap pertemuan sosial sebagai bentuk bahwa dia harus survive dengan memahami kondisi lingkungan sekitarnya. Karena mustahil jika hanya memahami lingkungan dari segi geografisnya saja, perlu tinjauan dari aspek sosiologis dan antropologis.
Bangsa Nusantara dahulu adalah bangsa yang besar melahirkan simbol-simbol sosial, seperti Bhineka Tunggal Ika, Gotong Royong, Jer Basuki Mawa Beya, dan lain sebagainya. Itu merupakan kearifan nilai lokal yang dijunjung tinggi sebagai bangsa adidaya bidang spiritualitas dan kebudayaan. Maka sebenarnya tak heran jika budaya rewang, kalau dilihat memang biasa, tetapi memiliki implikasi yang luar biasa dalam menjaga ekuilibriume yang khas di Indonesia.
Etimologi & Definisi Rewang
Masyarakat Jawa sudah tak asing dengan kata rewang, biasanya ketika kita kecil pernah mendengar istilah itu: “Sik, Ibu rewang dilut”. Sebelum beranjak dari etimologi, rewang biasanya terkait erat dengan namanya hajatan (keinginan besar). Keinginan besar bisa berbentuk acara momentual atau hal sakral. Seperti pernikahan, aqiqah, kematian dan kelahiran seseorang, sunatan, dll. Ditinjau dari kata Re dan Ewang, biasanya ada seseorang yang meminta bantuan, masyarakat Jawa selalu bilang: “Tak rewangi (diewang-ewangi)”, yang artinya pertolongan. Secara istilah, rewang merupakan suatu bentuk usaha pribadi atau kelompok untuk meringankan seseorang yang memiliki sebuah keinginan besar.
Pelaksanaan rewang biasanya terdiri dari kelompok, bisa dari 10 orang atau lebih, dan rewang bisa dikategorikan sebagai kegiatan yang berat. Dan biasanya anggota tersebut ada kriteria atau bahkan tidak, misal dari keluarga dekat, tetangga, atau masyarakat yang mengenalnya. Jumlah orang dalam rewang juga biasanya tidak sama, tergantung informasi hajatan yang beredar, dan dapat dijangkau. (Hasbullah, 2012)