Ricuh Unjuk Rasa Kematian Mahsa Amini, Presiden: Kekacauan Tidak Dapat Diterima
Nusantarapedia.net, Jakarta — Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan pada Kamis (22/9/2022) waktu setempat, tindakan kekacauan tidak dapat diterima. Dia memberikan peringatan kepada para pengunjuk rasa yang turun ke jalan-jalan di seluruh negeri dalam kemarahan atas kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral.
“Ada kebebasan berekspresi di Iran, tetapi tindakan kekacauan tidak dapat diterima,” kata Raisi, yang menghadapi protes terbesar di Iran sejak 2019, berbicara pada konferensi pers di sela-sela acara majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Raisi menegaskan, telah memerintahkan penyelidikan atas kasus yang menimpa perempuan berusia 22 tahun itu. Dia mengatakan, cakupan luas kasus Amini adalah hasil dari standar ganda.
“Setiap hari di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, kami melihat pria dan wanita tewas dalam bentrokan dengan polisi, tetapi tidak ada kepekaan tentang penyebab dan penanganan kekerasan ini,” katanya.
Kementerian Intelijen Iran juga mencoba mematahkan momentum demonstrasi. Badan ini mengatakan, menghadiri protes adalah ilegal dan siapa pun yang ambil bagian akan menghadapi tuntutan.
Sedangkan Pengawal Revolusi Iran meminta pengadilan untuk mengadili kelompok yang menyebarkan berita palsu dan desas-desus. Desakan ini dalam upaya nyata untuk meredakan demonstrasi nasional.
Perempuan telah memainkan peran penting dalam demonstrasi, melambaikan dan membakar cadar. Bahkan beberapa perempuan di depan umum memotong rambut sebagai tantangan langsung kepada para pemimpin ulama.
Para pengunjuk rasa di Teheran dan kota-kota lain membakar kantor polisi dan kendaraan karena kemarahan atas kematian Amini tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Laporan terjadi penyerangan terhadap pasukan keamanan.
Sebuah video di akun Twitter @1500tasvir, menunjukkan protes di kota Bukan barat laut dengan suara tembakan di latar belakang. Postingan media sosial tersebut mengatakan demonstrasi telah menyebar ke sebagian besar dari 31 Provinsi Iran.
Sebagian besar kerusuhan terkonsentrasi di barat laut Iran yang berpenduduk Kurdi, tetapi telah menyebar ke ibu kota dan setidaknya 50 kota besar dan kecil. Polisi menggunakan kekuatan untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Sebagai balasan, protes pro-pemerintah direncanakan akan berlangsung pada Jumat (23/9/2022). Menurut media Iran, beberapa pengunjuk rasa telah turun ke jalan.
Selain itu, kelompok pemantau internet Netblocks di Twitter menyatakan, gangguan internet seluler terjadi di negara itu. Kondisi ini sebagai tanda kemungkinan bahwa pihak berwenang khawatir protes akan meningkat.
Kematian Amini telah menyalakan kembali kemarahan atas isu-isu termasuk pembatasan kebebasan pribadi di Iran, termasuk aturan berpakaian yang ketat untuk perempuan. Ditambah lagi negara ini sedang menghadapi ekonomi yang terguncang akibat sanksi.
Laporan kelompok hak asasi Kurdi Hengaw yang tidak dapat diverifikasi oleh Reuters mengatakan, jumlah korban meninggal di daerah Kurdi telah meningkat menjadi 15 dan jumlah yang terluka menjadi 733. Para pejabat Iran telah membantah bahwa pasukan keamanan telah membunuh para pengunjuk rasa, menunjukkan bahwa mereka mungkin telah ditembak oleh para pembangkang bersenjata.
Para penguasa Iran khawatir akan kebangkitan kembali protes 2019 yang meletus karena kenaikan harga bensin, yang paling berdarah dalam sejarah negara itu. Reuters melaporkan, pada protes itu sebanyak 1.500 orang meninggal dunia.
Diketahui, tewasnya seorang perempuan muda bernama Mahsa Amini, telah menyulut kemarahan massal di negara Iran. Mahsa Amini tewas karena dianggap oleh pemerintah Iran melanggar kebijakan hijab dan aturan berpakaian sesuai syariah. Kemudian Mahsa ditahan oleh polisi moralitas Iran hingga terjadi tragedi pembunuhan.
Penangkapan dirinya terjadi pada 14 September 2022 yang lalu pada pukul 18.30 waktu setempat di Teheran, Iran. Mahsa ditangkap ketika sedang berjalan keluar dari stasiun kereta api Haghani bersama dengan saudara lelakinya. (Inh)
Sumber: Reuters
Polandia Kecewa Pengiriman Batu Bara Tak Sesuai Kesepakatan
Inflasi Italia Tinggi, Kelompok Konsumen Serukan Pemogokan Tagihan Energi
Jerman Hadapi Resesi dan Inflasi Serius
Menakar Kekuatan Rakyat dan Kebijakan Pemerintah dalam Isu Global Krisis Pangan (1)
Petani Gaza Temukan Mosaik Era Bizantium