Ri’i Ta’a Surga Tersembunyi di Utara Nagekeo

Ri'i Ta'a merupakan pulau dari gundukan pasir putih raksasa yang berada di tengah laut tepatnya di utara Kabupaten Nagekeo

21 September 2022, 21:51 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Tourism — Ri’i Ta’a Surga Tersembunyi di Utara Nagekeo

“Masyarakat adat Mbay-Dhawe sebagai masyarakat pribumi yang mendiami wilayah Desa Tonggurambang dan juga Desa Marapokot, mereka mengartikan Ri’i Ta’a adalah rumput ilalang segar.”

KABUPATEN Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal dengan begitu banyak suku dan adat istiadat-nya. Dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Nagekeo, setiap kecamatan-nya terdapat sekitar 5 bahkan sampai 50 suku besar maupun kecil yang ada di dalamnya dengan nama dan rumah adat serta tuntunan ritualnya masing-masing.

Kendatipun berbeda suku, namun ada kesamaan tradisi yang menjadikan suku-suku di Nagekeo antara satu dan lainnya bisa berkumpul untuk melakukan upacara secara bersama-sama. Dari kesamaan tradisi itu maka terjalinlah silaturahmi dan rasa persaudaraan yang kuat di antara mereka dan komunitasnya.

Berbicara banyaknya suku di Nagekeo ini, tidak elok rasanya jika tidak berbicara tempat atau destinasi wisata yang ada di dalamnya, baik itu destinasi wisata adat/budaya, bahari, sejarah dan juga wisata religi serta wisata alam.

Sebut saja destinasi wisata alam yang sedang viral di Nagekeo saat ini yakni Ri’i Ta’a. Ri’i Ta’a merupakan pulau dari gundukan pasir putih raksasa yang berada di tengah laut tepatnya di utara Kabupaten Nagekeo, dimana luas lingkaran pasir tersebut berdiameter 375 m.

Wisata alam ini disebut-sebut menjadi salah satu destinasi unggulan Nagekeo yang sedang ramai dikunjungi, baik wisatawan lokal maupun manca negara. Jarak dari bibir pantai ke pulau pasir ini, kurang lebih 3 mil dengan waktu tempuh sekitar satu jam.

Untuk sampai ke Ri’i Ta’a, wisatawan atau pengunjung harus merogo koceh senilai Rp200.000 per-orangnya untuk menyewa perahu nelayan di antar ke pulau tersebut.

Asal Sebutan Nama Ri’i Ta’a

Masyarakat adat Mbay-Dhawe sebagai masyarakat pribumi yang mendiami wilayah Desa Tonggurambang dan juga Desa Marapokot, mereka mengartikan Ri’i Ta’a adalah rumput ilalang segar. Konon pulau pasir tersebut banyak ditumbuhi ilalang sehingga masyarakat adat Mbay-Dhawe menyebut pulau itu dengan nama Ri’i Ta’a.

Pada tahun 1992 silam pasca gempa yang menghantam Pulau Flores, ilalang-ilalang di Ri’i Ta’a itu perlahan hilang hingga menyisahkan pasir putih kemerahan yang begitu indah hingga saat ini.

Peran Pemerintah Kabupaten Nagekeo

Pemerintah Kabupaten Nagekeo melalui Dinas Pariwisata gencar membenahi sektor pariwisata unggulan termasuk Ri’i Ta’a ini. Terdapat sekitar lima destinasi wisata di Nagekeo yang digadang masuk dalam daftar wisata unggulan, diantaranya, wisata budaya Tutubdha, wisata bahari Taman Laut Cinde, wisata alam Ri’i Ta’a, wisata sejarah Gua Jepang dan wisata alam Mangrove.

Tak main-main, Pemkab Nagekeo mengucurkan dana sekitar miliaran rupiah untuk membenahi sektor pariwisata unggulan tersebut termasuk peningkatan sarana dan prasarana.

Kiriman | Penulis ; Muhammad Yasin, tinggal di Kabupaten Nagekeo, NTT. Pegiat sosial, aktif sebagai humas aliansi jurnalis Nagekeo.

Sopi Suna’ Likaf, Minuman Tradisional Timor Tengah Selatan
Kampung Bali di Sulawesi Selatan
Mapian Biodiversity Conservation (MBC), Konservasi Penyu di Pulau Cendrawasih
Aloha ‘Oe, Maluku Tanah Pusaka hingga Pulanglah Uda menjadi Motif Lagu Budaya
Membaca Kenaikan Tarif TN Komodo, Terdapati Kesamaan Pola dengan Borobudur
Presiden: Tidak Ada Penghapusan dan Pengalihan Daya Listrik

Terkait

Terkini