Rp7.554 Triliun Utang Indonesia, Kemenkeu: Wajar-Aman-Terkendali

- Sampai dengan akhir November 2022 posisi utang pemerintah berada di angka Rp7.554,25 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 38,65 persen -

30 Desember 2022, 19:58 WIB

Nusantarapedia.net, Jakarta — Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam pengantar laporan APBNKita yang dirilis pada (20/12/2022) mengatakan, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang baik, menjadikan APBN yang sehat, berdampak pada pemulihan ekonomi nasional.

“APBN memulihkan ekonomi, terlihat dari sisi belanjanya dan kita melindungi masyarakat dari berbagai guncangan. Dengan Ekonomi yang semakin tumbuh dan pulih maka kita melihat APBN juga semakin bisa disehatkan. APBN yang sehat menjadi instrumen yang diandalkan untuk menjaga ketidakpastian,” tulis Sri Mulyani.

Berdasarkan laporan pada APBNKita per akhir November 2022 oleh Kementerian Keuangan (20/12/2022), posisi utang Indonesia saat ini masih dalam batas yang wajar, aman dan terkendali. Hal itu didasarkan pada rasio utang terhadap PDB (produk domestik bruto).

Kinerja APBN hingga akhir November 2022 mengalami defisit sebesar Rp236,86 triliun atau 1,21 persen terhadap PDB. Sementara realisasi pembiayaan utang hingga November 2022 mencapai Rp510,22 triliun atau 54,07 persen dari Pagu.

Untuk realisasi pembiayaan utang terdiri dari dua jenis utang, yaitu realisasi SBN/Surat Berharga Negara (Neto) sebesar Rp504,28 triliun yang mana pada tahun sebelumnya mencapai Rp646 atau turun sebesar 25,2%, dan realisasi Pinjaman (Neto) sebesar Rp5,94 triliun atau susut 125,5%.

Secara umum, capaian ini jauh lebih rendah, atau utang Indonesia turun 22,78 persen (year on year/yoy), dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021.

Sampai dengan akhir November 2022 posisi utang pemerintah berada di angka Rp7.554,25 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 38,65 persen.

Jenis hutang Indonesia dengan prosentase 88,66% berupa surat berharga negara (SBN) dan 11,34% berupa pinjaman. Perincian SBN hingga 30 November 2022 sebesar Rp6.697,83 triliun.
• Utang bentuk domestik sebesar Rp5.297,81 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp4.317,74 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp980,08 triliun.
• SBN dalam bentuk valuta asing (valas) atau berdenominasi dolar AS sebesar Rp1.400,02 triliun, yang terdiri dari SUN sebesar Rp1.066,68 triliun dan SBSN Rp333,24 triliun.

Untuk pinjaman luar negeri, dalam tiga kategori, yakni:
• Pinjaman bilateral sebesar Rp278,06 triliun.
• Multilateral sebesar Rp510,35 triliun.
• Commercial banks sebesar Rp50,49 triliun.

Dengan jumlah utang tersebut di atas, Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap tren ini akan berlanjut, sehingga konsolidasi fiskal bisa sukses. Pada tahun 2023, pemerintah akan mulai mengembalikan defisit fiskal ke kisaran di bawah 3% sesuai dengan aturan yang berlaku.

“Ini penurunan yang sangat tajam, berarti APBN mulai makin sehat karena kita mulai bisa melakukan konsolidasi,” ujarnya dalam Konferensi Pers: APBNKita November 2022, dikutip Kamis (29/12/2022) dari kompas.com. (ASM)

Menentramkan! Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 4,7 sampai 5,1 Persen, Inflasi Maksimal 5,5 Persen
APBN KiTa Bulan November, Kinerja Ekonomi Indonesia Masih Tumbuh Kuat
Data Penduduk Miskin 2022 Versi BPS
Fantastis! Skema-skema dan Skema Pembiayaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung
“Boyong Kedaton” IKN Harus Terwujud, Revisi UU IKN Harga Mati (1)

Terkait

Terkini