Rutinan Jumat Legi Cagar Budaya Gajihan, Acara “Mapag Sapar” dengan “Andum Apem Kamardikan Yaa Qowiyyu”

Nusantarapedia.net | KLATEN, JATENG — Lembaga adat Cagar Budaya Gajihan (CBG,) di Kampung Gajihan – Pandeyan, Jatinom – Klaten, menggelar acara rutinan “Jumat Legi” atau “Sukra Manis” edisi spesial. Agenda rutin kegiatan budaya ini berlangsung Kamis, (17/8/2023) malam atau dalam perhitungan hari kalender Jawa masuk hari Jumat Legi.
Ketua penyelenggara kegiatan, Wahyudi mengungkapkan, acara rutinan Jumat Legi CBG kali ini sangat spesial, bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI Ke-78, habisnya bulan Sura atau Muharram menuju ke bulan Sapar (Safar), menyambut bulan Sapar (1 Sapar 1957 Jawa/Jimawal).
“Alhamdulillah, setelah kita berada di bulan Sura, bulan untuk refleksi, rutinan Jumat Legi Cagar Budaya Gajihan kali ini menggelar prosesi ‘mapag sapar’ dengan acara simbolis membagikan kue apem. Tambah spesial lagi bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia. Semoga ini menjadi momentum kebangkitan budaya. Semoga Indonesia jaya, juga spirit dari leluhur eyang Ki Ageng Gribig senantiasa memberikan kebaikan untuk masyarakat Jatinom khususnya dan Klaten umumnya,” kata Wahyudi di sela-sela acara.
“Kami panitia penyelenggara mengucapkan terima kasih atas kehadiran para budayawan, seniman, dan pegiat budaya serta lingkungan hidup, serta pemerintah Desa Pandeyan, atas kedatangannya, juga atas guyubnya warga sekitar CBG. Khususon terima kasih kepada pihak P3KAG (Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig, red) yang sudah hadir pada malam hari ini,” lanjut Wahyudi.
Sementara itu, tokoh budaya dan inisiator CBG Hardiyana, mengungkapkan dalam sambutannya. Rutinan Jumat Legi di CBG ini sangat spesial sekali. Secara spirit dan simbolik, bukan hanya kebetulan semata, yang mana bertepatan dengan HUT RI Ke-78.
“Secara spirit, komitmen Cagar Budaya Gajihan untuk melestarikan benda cagar budaya era Medang Mataram Hindu, juga melestarikan keberadaan belik pitu peninggalan eyang Ki Ageng Gribig, beserta nilai kultural didalamnya, kita serasa mendapatkan energi baru, yang mana hari Jumat Legi sebagai hari besarnya eyang Ki Ageng Gribig, bertepatan dengan momentum hari kemerdekaan Indonesia yang ke-78. Semoga ini simbol kebangkitan – lestarinya kebudayaan Jawa khususnya dan Nusantara umumnya,” kata Hardiyana.
Lanjut Hardiyana, “Untuk prosesi ‘mapag sapar’ atau menyambut bulan Sapar, kita lakukan prosesi ‘andum apem kamardikan Yaa Qowiyyu’ yang mana di bulan Sapar ini, adalah tonggak sejarah kala Ki Ageng Gribig dan Sultan Agung di Mataram membangun budaya di Jatinom – Klaten ini, dengan syiar dakwah Islam. Ki Ageng Gribig era Sultan Agung ini terus mengembangkan nilai-nilai Islam-nya, sedangkan Sultan Agung secara politik membangun tatanan hingga tata kota Jatinom. Maka, kita maknai sebagai apem kemerdekaan. Antara Ki Ageng Gribig, Sultan Agung dan kemerdekaan Indonesia menjadi satu paket yang perlu digali nilai-nilainya, tentu untuk dilestarikan.”
Di akhir sambutannya, Hardiyana mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas kelangsungan CBG ini, meski banyak kendala dalam banyak hal. Harapannya ke depan, CGB terus berkembang, partisipasi tokoh masyarakat tentu sangat diharapkan. Hardiyana juga berharap, “Semoga akan lahir CGB-CGB ini di seluruh Klaten yang dikelola oleh masyarakat sebagai tanggung jawab kebudayaan dengan pola ‘manajemen pengelolaan cagar budaya mandiri’.”
