Seandainya Saya Pendukung O8: PRABOWO PRESIDEN, Jalan Berliku & Terjal – Buah dari Keikhlasan (Perubahan Haluan Politik Gerindra)

Dari awal, sebenarnya konstruksi Prabowo adalah "Kedaulatan Indonesia", maka wajar Prabowo adalah "Soekarno Kecil" yang berharap Tri Sakti itu adalah keniscayaan sebagai peta jalan

25 Juni 2023, 23:46 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Opini — Seandainya Saya Pendukung O8: PRABOWO PRESIDEN, Jalan Berliku & Terjal – Buah dari Keikhlasan (Perubahan Haluan Politik Gerindra)

“Apakah ngalahnya (perubahan haluan) Prabowo/Gerindra demi meraih kemenangan sebagai bagian dari strategi, jika setelah menang kembali cita-cita (konsep) itu direalisasikan. Tidak tahu pasti bagaimana endingnya, karena deal-deal apa yang telah dilakukan Gerindra sebagai ‘politik tukar tambah’ dengan kekuasaan, persisnya kita tidak tahu.”

PRABOWO adalah orang pilihan yang disayang Tuhan. Dalam kosmologi kepemimpinan Jawa/Nusantara, Prabowo adalah kusuma rembesing madu. Kenasaban yang komplit darinya, benar-benar menempatkannya sebagai “manusia pilihan”, yang mana ideal untuk didudukkan sebagai pemimpin, yaitu sebagai Presiden Republik Indonesia.

Prabowo yang suka simbolisme budaya Nusantara, implementasi nilai-nilai kejuangan, ekonom, hingga inner beauty-nya yang sebenarnya lembut, ikhlas, tidak pendendam, hingga ngayomi-ngajeni, asah-asih-asuh. Prabowo pun juga dirasakan sebagai pemimpin yang proletar, hendaknya jangan terjebak pada stigma kaum elitis, borju, feodal dan keras. Kesemua value itu akan menjadi buah atas pengorbanan yang dilakukannya hingga takdir menjemputnya menjadi Presiden RI 2024.

“Orang yang paling ikhlas adalah Prabowo,” kata Gus Presiden Dur.
Bagaimana tidak? Cintanya yang suci hingga kini pada (mbak) Titik tetaplah terpatri meski harus sendiri. Ya, atas musabab konfigurasi politik era goyangnya orde baru, cintanya pun harus kandas,  semata untuk kepentingan bangsa dan negara, sang jenderal bintang tiga ikhlas untuk berpisah, menduda hingga minggir ke Yordania.

Kemudian atas kemelut transisi masa orba ke reformasi dituduh sebagai pelanggar HAM yang berujung pemecatan dari korps TNI pasca reformasi, Prabowo pun ikhlas, harapan menjadi jenderal bintang empat sirna.

Patgulipat di tubuh TNI yang acapkali memainkan peranan dalam positioning tentara merah, hijau dan putih, di situlah The Rising Star paham betul basis ideologi dan kluster politik dalam peta negara, yang mana itu terkait dengan hal strategis nasional hingga positioning Indonesia di kancah global. Prabowo menguasai betul ihwal geo-politik & strategi global sampai pada hal ekonomi dunia. Untuk itu, tongkat estafet kepemimpinan nasional yang digadang-gadang Indonesia akan menjadi emas (macan), dari legacy konstruksi pembangunan manusia dan fisik era Soeharto, seharusnya Prabowolah yang memenuhi semua aspek untuk memimpin Indonesia. Memang harus bersabar, nikmati prosesnya!

Lagi-lagi, agar Indonesia tidak menjadi emas (macan), tekanan internasional kepada Prabowo & dinamika politik nasional tidak berpihak padanya, bahkan Prabowo harus disingkirkan, didikotomikan sebagai tokoh status quo orba yang anti reformasi atas pesanan global yang memainkan anasir-anasir lokal. Karena Indonesia panggung numpang dunia, di tangan Prabowo kedaulatan Indonesia di pelbagai bidang sangatlah kuat. Prabowo adalah kekuatan berbahaya bagi dunia. Namun lagi-lagi, Prabowo harus ikhlas pada kenyataan itu di saat Prabowo berada dalam usia ideal (top perfomance). Pendek kata, bila Prabowo presiden, globalis dunia yang mengeruk alam dan memperdaya rakyat sebagai mesin-mesin kapitalis industri (mencetak buruh), dan menginfiltrasi regulasi akan kewalahan.

Flash back di masa-masa itu, pendek kata, Prabowo mampu memainkan peranannya sebagai tokoh dunia (dan proyeksi) yang mampu mengabstraksi dan melakukan fokus kepemimpinan dengan pendekatan militer, politik dalam dan luar negeri dengan formulasi desain ekonomi keuangan dan sistem politik. Ipoleksosbudhankam, adalah sarapan pagi baginya! Bisa dibayangkan, betapa kuatnya Indonesia di tangan Prabowo dengan pendekatan itu, hingga jargon sebagai “Macan Asia” hingga “Macan Dunia” bukan isapan jempol.

Setelah Prabowo mendirikan Gerindra pada 2008-2009, Prabowo punya andil besar turut serta menghantarkan keberhasilan para tokoh-tokoh di level nasional. Nama Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Anies Baswedan, Sandiaga Uno, mereka adalah tokoh yang besar di Jakarta atas keberhasilannya duduk sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Bisa dikatakan, Prabowo adalah bapak dari mereka, meski akhirnya Prabowo harus ikhlas dan berjiwa besar, bahwa anak didiknya pada akhirnya menjadi rivalnya. Dari aspek politik, Prabowo menguasai Jakarta.

Bicara road map ketokohan dan kepemimpinannya, tentu tidak ada habisnya, pun dengan arah politiknya akan integritas nasional yang menempatkannya benar-benar sebagai negarawan. Prabowo tidak sekedar teknis manajerial, tetapi meletakkan kehidupan berbangsa dan bernegara pada wilayah yang konstruktif dan substantif, tak lain adalah cita-cita Indonesia menjadi negara maju, bermartabat, terhormat di kancah dunia, adil dan makmur rakyatnya, tidak ada paradoks Indonesia atas kenyataan “bumi emas tanah airku.” Tak ada kacung, hingga “tikus mati di lumbung padi.”

Dari awal, sebenarnya konstruksi Prabowo adalah “Kedaulatan Indonesia”, maka wajar Prabowo adalah “Soekarno Kecil” yang berharap Tri Sakti itu adalah keniscayaan sebagai peta jalan amanat konstitusi pada pembukaan UUD 1945, yaitu Pancasila. Namun, kapitalisme-neoliberalisme, kartel-kartel, mafia-mafia, oligarki, yang mencengkeram ekonomi Indonesia tidak mudah untuk diajak kompromi, terlebih dilawan. Maka, butuh strategi yang benar-benar “cerdas & aman,” salah satunya ngalah dalam konteks memperoleh kekuasaan.

Sebelumnya, 2009 Prabowo sudah berbicara tentang konsep kedaulatan Indonesia, seperti hal produktivitas Indonesia yang terkorelasi dengan ekonomi dan keuangan yang kuat, dengan ending rakyat adil dan makmur, tidak ada disparitas si kaya dan si miskin, pun dengan “pemiskinan” rakyat yang terstruktur. Atau dalam konteks saat ini kebocoran keuangan negara. Hemat penulis sederhananya, APBN saat ini di angka Rp3000 triliun, harusnya APBN bisa diangka 8 hingga 12 ribu triliun, bila pengelolaan itu benar dengan syarat dasarnya adalah kedaulatan. Prabowo selalu membahanakan hal itu dengan jargonnya “Net Outflow of National Wealth” (mengalir keluar kekayaan Indonesia). Itulah sedasar-dasarnya pemikiran Prabowo Subianto. Itulah sebenar-benarnya tujuan Indonesia. Dan itu gaung Prabowo pada waktu itu (2009).

Sadar itu tak menguntungkan, pada akhirnya Prabowo pun mencair, termasuk dukungannya pada kebijakan Jokowi hal UU Cipta Kerja (Perpu), karena Prabowo (Gerindra) berada di pemerintahan. Sebenarnya bagian itu sangat kontradiktif dengan cita-cita awal Prabowo (Gerindra). Dengan bergabung di pemerintahan, mengubah haluan politik Gerindra.

Apakah ngalahnya (perubahan haluan) Prabowo/Gerindra demi meraih kemenangan sebagai bagian dari strategi, jika setelah menang kembali cita-cita (konsep) itu direalisasikan. Tidak tahu pasti bagaimana endingnya, karena deal-deal apa yang telah dilakukan Gerindra sebagai “politik tukar tambah” dengan kekuasaan, persisnya kita tidak tahu.

Terkait

Terkini