Sejarah Kota Boyolali, Napak Tilas Perjalanan Ki Ageng Pandan Arang

- tanggal 5 Juni 1847 merupakan Hari Jadi Kabupaten Boyolali -

19 Mei 2022, 10:32 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sejarah — Sejarah Kota Boyolali, Napak Tilas Perjalanan Ki Ageng Pandan Arang

“Menurut kisahnya, sambil beristirahat Ki Ageng Pandan Arang bergumam sendiri, ”baya wis lali wong iki?” yang artinya dalam bahasa Indonesia, Sudah lupakah orang ini? Nah, dari kalimat baya wis lali, jadilah nama Boyolali.”

BANYAK orang mengira sejarah kota Boyolali itu dikaitkan dengan cerita hewan buaya, padahal ternyata tidak ada kaitan sama sekali. Asal mula nama Boyolali menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali tak disebutkan.

Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal. Menurut cerita, Ki Ageng Pandan Arang (Pandanaran) atau Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai wali penutup menggantikan Syekh Siti Jenar. Lalu, bagaimana sejarah nama Kota Boyolali?

Asal usul kota Boyolali tak lepas dari kisah perjalanan salah seorang wali songo, yakni Sunan Kalijogo yang mengutus Kyai Pandan Arang ke Gunung Jabalkat, Patembayat (Klaten, Jawa Tengah) untuk siar agama Islam. Kyai Pandan Arang melakukan perjalanan dari Semarang. Dikisahkan, dalam menunaikan tugas siar ini Nyi Ageng Pandan Arang, istrinya dan juga anaknya merasa belum mengikhlaskan. Ini karena beratnya medan dan ujian perjalanan dari Semarang ke Patembayat. Akhirnya anak istrinya mengikuti dari belakang.

Benar saja, dalam perjalanan ia menemui tiga orang perampok. Para perampok tersebut mengira Ki Ageng Pandan Arang membawa harta benda, namun mereka tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya daerah tersebut kemudian menjadi nama Salatiga (kotamadya) diambil dari peristiwa yang dialami Ki Ageng Pandan Arang.

Perjalanan selanjutnya, Ki Ageng Pandan Arang menemui suatu daerah yang penuh rimbunan pohon pohon bambu kuning atau biasa disebut bambu ampel, dari sinilah salah satu kecamatan di Kabupaten Boyolali, yaitu Kecamatan Ampel lahir. Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak istrinya yang masih di belakang. Ia menunggu di sebuah batu besar yang berada di tengah sungai.

Menurut kisahnya, sambil beristirahat Ki Ageng Pandan Arang bergumam sendiri, ”baya wis lali wong iki?” yang artinya dalam bahasa Indonesia, Sudah lupakah orang ini? Nah, dari kalimat baya wis lali, jadilah nama Boyolali.

Batu besar yang digunakan Ki Ageng Pandan Arang beristirahat, diperkirakan masyarakat setempat berada di Kali Pepe yang membelah Kota Boyolali. Namun, hal ini masih menjadi pertanyaan oleh karena belum adanya penelitian tentang batu besar ini. Masyarakat juga mempercayai keberadaan batu besar di depan Pasar Sunggingan tempat istirahat Nyi Ageng Pandan Arang ketika mengikuti perjalanan suaminya, Ki Ageng Pandan Arang.

Menurut kisah, Nyi Ageng Pandang Arang dalam istirahatnya sambil mengetuk-ngetukkan tongkat yang dibawanya pada batu besar tersebut hingga batunya berlubang-lubang menyerupai papan dakon. Itulah mengapa kini masyarakat di sekitar Pasar Sungggingan menyebutnya Mbah Dakon. Hingga kini batu tersebut dikeramatkan oleh penduduk.

Terkait

Terkini