Sejarah Masjid “Tiban” Baitur Riyadloh Keposong, Tamansari Boyolali (4)

Jadi secara denah, tata ruang masjid sejak di bangun pada era Sultan Agung sebagai "Masjid Tiban" pada tahun 1620-an hingga ditemukan kembali tahun 1870-1900-an tetap sama.

1 Juni 2022, 22:09 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sejarah — Sejarah Masjid “Tiban” Baitur Riyadloh Keposong, Tamansari Boyolali

“Pada sekitar tahun 1930-an tokoh-tokoh tersebut yaitu; Mangun Taslim, Iman Supangati, Wiryo Tinoyo, Wiro Sugiman, Saimuri, Kamdori. Mereka mengaji atau berguru kepada Kyai Irsyat di Gunung Wijil, Paras, Cepogo.”

Pada era ini, hubungan antara Ki Ageng Gribig dengan Masjid nge-Song sengaja di jauhkan oleh VOC. Politik VOC secara langsung tidak merusak kebudayaan Islam di situsnya, tetapi VOC memotong komunikasi antara Ki Ageng Gribig dengan Masjid nge-Song, dengan harapan agar keberadaannya melemah dan hilang dengan sendirinya, karena memutus hubungan bawahan dengan atasan. dalam hal ini hubungan Jatinom dan nge-Song.

Pada era ini yang berlangsung dari tahun 1725-1890, atau selama 145 tahun lebih, keberadaan Kedatuan Ki Ageng Gribig dan Masjid nge-Song semakin melemah.

Faktanya, situs Masjid nge-Song ditemukan kembali oleh “Kyai Idris” dari Wonocatur Yogyakarta sekitar tahun 1870-1900-an dalam keadaan mati. Daerah di sekitar masjid nge-Song sangatlah sepi, hanya terdapat beberapa penduduk saja yang mendiami tempat tersebut.

Hal tersebut juga terkait dengan kebijakan baru VOC yang kemudian mulai menerapkan sistem “tanam paksa” dengan membuka lahan-lahan baru pertanian. Maka menggeser keberadaan entitas sosial budaya masyarakat di dalamnya termasuk pengaruhnya dengan Masjid nge-Song.

IMG 01062022 171847 700 x 525 piksel 3

6) Penemuan Kembali Situs Masjid Nge-Song

Diceritakan oleh masyarakat setempat bahwa, ketika terjadi bencana meletusnya gunung Lawu di Karanganyar yang terakhir kali tahun 1885, bahwa keberadaan situs Masjid ngeSong telah ditemukan atau di rekonstruksi ulang atau dihidupkan kembali oleh seorang Kyai dari Wonocatur, Yogyakarta bernama Kyai Idris.

Penemuan kembali situs masjid tersebut diperkirakan terjadi pada tahun 1870-1900-an. Dikisahkan oleh narasumber bahwa, pada saat Kyai Idris datang, pemukiman penduduk di nge-Song dalam era baru sudah ada, namun secara administratif belum terbentuk sebagai Dukuh Keposong, Desa Keposong.

Dikisahkan oleh narasumber, bahwa kedatangan Kyai Idris dari Wonocatur ke Masjid nge-Song Yogyakarta karena panggilan jiwanya. ada kekuatan yang menuntun Kyai hingga sampai di Masjid nge-Song, yakni semata karena Allah. Kyai Idris mendapatkan bisikan untuk kembali “nguri-uri” menghidupkan kembali situs Masjid nge-Song yang awalnya adalah sendang pertapaan tersebut, untuk digunakan kembali sebagai sarana ibadah umat Islam.

Seketika, Kyai Idris langsung mengatakan bahwa tempat ini adalah bekas masjid kuno. Letak posisi pengimaman terdapat batu “Watu Kemlasa” yang saat ini sebagai ruang pengimaman. Jadi secara denah, tata ruang masjid sejak di bangun pada era Sultan Agung sebagai “Masjid Tiban” pada tahun 1620-an hingga ditemukan kembali tahun 1870-1900-an tetap sama.

Akhirnya, Kyai Idris bersama penduduk nge-Song untuk yang pertama kalinya merekonstruksi dan membangun kembali masjid tersebut dengan material bambu dan kayu.

Pada saat masjid tersebut direkonstruksi kembali, “Mustaka Wesi Kuning” yang asli masih diketemukan bersama “Tongkat Khotib Imaman”. Kemudian, dimungkinkan “Mustaka” yang asli tersebut di bawa oleh Kyai Idris, sedangkan “Mustaka” yang sekarang terpasang ke dalam inti “Mustaka” adalah duplikat.

Kemudian dari keterangan narasumber, siapa Kyai Idris tersebut? para narasumber tidak bisa menjelaskan tentang tokoh ulama atau mursyid tersebut. Sepanjang yang diketahui hanyalah Kyai Idris dari Wonocatur Yogyakarta.

Penulis menduga, apakah Kyai Idris yang dimaksud adalah salah seorang mursyid yang berpengaruh di tanah air pada abad ke-20, dengan nama KH Muhammad Idris, yang lahir di Kalioso, Karanganyar, Jawa Tengah, pada 1 April 1913.

Bila Kyai Idris yang dimaksud narasumber adalah seperti yang penulis duga, berarti tidak terdapat kecocokan tahun lahir dengan peristiwa rekonstruksi pembangunan masjid tersebut. Berarti tokoh yang dimaksud bukan Kyai Idris, tetapi masih ada tokoh lainnya, atau benar Kyai Idris yang penulis duga, tetapi peristiwa rekonstruksinya terjadi setelah tahun 1930-an.

Meskipun demikian, kejelasan mengenai tokoh “Kyai Idris” atau tokoh yang lain masih simpang-siur, namun alur dari sejarah keberadaan Masjid Baitur Riyadloh ini sudah dapat diuraikan.

Dugaannya, penamaan masjid di Dukuh Keposong ini dengan nama Baitur Riyadloh diberikan oleh Kyai Idris pada kisaran tahun 1870-1900-an dan digunakan sebagai nama masjid hingga saat ini.

7) Tokoh Generasi Awal Masjid Baitur Riyadho Abad XX Mulai Tahun 1900-an

Setelah Kyai Idris berhasil merekonstruksi Masjid Baitur Riyadho, maka keberadaan masjid diserahkan kepada masyarakat setempat.

Pada tahun 1930-an, generasi awal tokoh penting dalam keberlangsungan Masjid Baitur Riyadloh, berdasarkan keterangan narasumber, masjid dikelola dan dimakmurkan oleh tokoh-tokoh awal Dukuh Keposong. Dan, pada era ini, nama Keposong sudah lahir dan digunakan sebagai nama tempat berupa dukuh atau dusun.

Pada sekitar tahun 1930-an tokoh-tokoh tersebut yaitu; Mangun Taslim, Iman Supangati, Wiryo Tinoyo, Wiro Sugiman, Saimuri, Kamdori. Mereka mengaji atau berguru kepada Kyai Irsyat di Gunung Wijil, Paras, Cepogo.

Hingga kemudian, Kyai Irsyat di boyong ke Keposong dengan dibuatkan rumah untuk menetap di Keposong, kemudian di angkat menjadi imam dan guru ngaji di Masjid Baitur Riyadloh.

Di atas adalah nama-nama tokoh generasi awal pada masa modern yang berlangsung sekitar tahun 1930-an.

Dari generasi pertama tokoh Masjid Baitur Riyadloh tersebut, kemudian menurunkan kepada generasi kedua, dengan nama-nama seperti; Abdulseran, Karyo Suwito, Pawiro Sawal, dan lainnya hingga menurunkan generasi ketiga dan seterusnya hingga kini.

Bangunan Masjid Baitur Riyadloh

Masjid Baitur Riyadloh saat ini, struktur pondasinya masih menggunakan pondasi lama yang diperkirakan dibangun pada tahun 1870-1900-an dengan arsitektur “jawa-kolonial.”

Untuk bentuk bangunan inti, masjid ini berstruktur arsitektur Joglo dengan empat pilar utama di tengah yang disebut sebagai “Saka guru,” dengan berbahan kayu. Arsitektur masjid seperti ini lazim dibangun pada periode Islam Demak-Pajang-Mataram.

Dengan demikian, bangunan masjid Baitur Riyadloh ini telah dilakukan bongkar pasang pembangunan sejak masjid ini digagas untuk dibangun pada tahun 1620-an dengan peristiwa “Tiban.”

Dengan demikian umur dari masjid ini sudah berusia 400-an tahun, dari tahun 1620-2022. Meskipun wujud dari bangunan masjid sudah berpuluh-puluh kali dibangun sesuai pada eranya, namun landscape, denah atau tata ruang dari masjid ini tetap tidak berubah. Yang paling pokok, bahwa ruang pengimaman yang di bawahnya terdapat batu “Watu Kemlasa Imaman” dari sejak 1620-an atau bahkan sebelumnya, posisinya tetap berada di situ.

Tokoh-Tokoh Gaib Penunggu Masjid Dari Cerita Mitos

Menurut keterangan dari narasumber. Lokasi situs Masjid Baitur Riyadloh ditunggu oleh makhluk gaib.

Makhluk gaib tersebut merupakan penguasa di tempat (situs tersebut), yaitu; Mbah Singajaya, Mbah Tuguwana, Jegangjoyo, Samsiyem, Begijik, Mbah Dangkewo. Untuk hewan-hewan mitologi penunggu situs, yaitu Macan Putih dan Kuda Putih.

Hingga saat ini di malam-malam tertentu, seperti pada hari malam Jum’at dan malam Selasa, masih banyak tamu dari luar daerah untuk melakukan tirakat di masjid ini.

Tempat situs masjid ini sangat angker dan keramat. Bagi yang hajatnya untuk berbuat kejahatan, orang yang tirakat di tempat masjid tersebut tahu-tahu di pindah tempat di luar lokasi masjid.

Menurut keterangan narasumber, hingga tahun 1960-an, masih banyak pengunjung yang “ngalap berkah” ke tempat masjid ini dengan membakar dupa atau kemenyan.


Dari alur periodesasi berdirinya Masjid Riyadloh di atas dalam hubungannya dengan keberadaan situs pertapaan sendang nge-Song, dan hubungannya dengan Ki Ageng Gribig, dapat disimpulkan dengan rumusan sederhana sebagai berikut.

Kesimpulan Sejarah Berdirinya Masjid “Tiban” Baitur Riyadloh

1) Situs Pertapaan Sendang nge-Song I
• Tahun 919-924 M
• Raja Dyah Tulodong Mataram kuno
• Agama Hindu-Buddha-Jawa
• Fungsi; pertapaan, patirtaan, sumber air minum
• Adanya desa sederhana (kuno), hanya beberapa penduduk, tetapi sudah ada lalu lalang orang

2) Situs Pertapaan Sendang nge-Song II
• Tahun 929-1450 M
• Raja Mpu Sindok hingga Brawijaya V Majapahit
• Agama Hindu-Buddha-Jawa
• Fungsi; pertapaan, patirtaan, sumber air minum
• Timbulnya desa sederhana, hanya beberapa penduduk, jumlah demografi meningkat

3) Situs Pertapaan Sendang nge-Song Awal Islam Masuk
• Tahun 1450-1620 M
• Raja Brawijaya V Majapahit, Kesultanan Demak, Pajang, Mataram (Panembahan Senapati – Sultan Agung)
• Hindu-Buddha-Jawa, Islam Perlahan Masuk
• Terjadi tarik ulur kepentingan, antara utusan dari Kedatuan Gribig dan penduduk nge-Song
• Fungsi; pertapaan, patirtaan, sumber air minum, dan telah muncul kegiatan siar dan dakwah Islam
• Sudah mulai membentuk desa-desa baru, jumlah demografi meningkat

4) Situs Masjid “Tiban” nge-Song
• Tahun 1620-1725 M
• Raja Sultan Agung, Amangkurat Pleret, Amangkurat Kartasura, VOC Belanda
• Fungsi; Masjid, Pusat Kebudayaan (ruang publik)
• Masa keemasan Ki Ageng Gribig Jatinom dan Masjid ngeSong
• Jumlah penduduk dan mobilitas meningkat tajam. Desa-desa baru terus bermunculan

5) Situs Masjid “Tiban” Baitur Riyadloh nge-Song
• Tahun 1725-1870 M
• Raja Amangkurat Kartasura, Kasunanan Surakarta, VOC, Hindia Belanda
• Fungsi; Masjid, Pusat Kebudayaan Islam
• Pada masa ini hubungan Ki Ageng Gribig dengan Masjid nge-Song mulai jauh, VOC memutus poros Jatinom-nge-Song
• Masjid nge-Song (Keposong) perlahan sepi
• Situs Masjid “Tiban” ditemukan dan direkonstruksi ulang kembali tahun 1870-1900-an
• Jumlah penduduk dan mobilitas meningkat tajam. Cikal bakal desa modern sudah terbentuk
• Lahirnya nama Keposong dari penyempurnaan kata ngeSong

6) Masjid “Tiban” Baitur Riyadloh Keposong
• Masjid “Tiban” dinamakan Baitur Riyadloh
• Tahun 1870-1930 ditemukan dan direkonstruksi serta terus di bangun
• Tokoh diduga “Kyai Idris
• Masjid mulai menggeliat kembali
• Lahirnya generasi pertama, kedua dan selanjutnya oleh masyarakat Keposong

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Sejarah Berdirinya Masjid Baitur Riyadloh

1) Kapan Masjid Baitur Riyadloh didirikan?
Masjid didirikan tahun 1620-an sebagai Masjid “Tiban” bersamaan dengan Masjid Alit di Kedatuan Ki Ageng Gribig Jatinom.

2) Siapa dan Kapan Masjid ini diberikan nama Baitur Riyadloh?
Masjid ditemukan oleh seorang ulama diduga bernama Kyai Idris tahun 1870-1900-an, dengan diberikan nama “Baitur Riyadloh.”

3) Kapan peristiwa tokoh bernama Bagus Kentoling Alas putra Ki Ageng Gribig datang ke Keposong?
Sekitar tahun 1600-an. Peristiwa ini sejaman dengan kedatangan Sunan ke Keposong untuk meminta air wudu kepada penduduk, namun dibohongi.

4) Siapa tokoh modern generasi awal Masjid Baitur Riyadloh?
Mangun Taslim, kelahiran 1910-1920-an.

5) Kenapa Masjid Baitur Riyadloh dibangun di titik tersebut?
Titik tersebut merupakan tempat dimana terdapat sumber air. Sarana masjid dan lainnya dibangun tidak jauh dari infrastruktur air. Tempat tersebut pada awalnya sebagai tempat “Pertapaan Sendang nge-Song” pada jaman Mataram kuno Hindu-Buddha pada tahun 900-an.

6) Bagaimana hubungan Ki Ageng Gribig Jatinom dengan Masjid Baitur Riyadloh?
Hubungannya terbagi dalam empat periode, yakni;
• Periode 1460-1620, masa siar dakwah para wali dari poros Ki Ageng Gribig sebelum era Sultan Agung Mataram.
• Periode 1620-1725, masa keemasan hubungan Ki Ageng Gribig dengan Masjid nge-Song dalam melakukan siar dakwah dan perkembangan pusat kebudayaan Islam, era Ki Ageng Gribig Sultan Agung Mataram.
• Periode 1725-1870, Periode melemahnya Kedatuan Ki Ageng Gribig dalam hubungannya dengan pusat kebudayaan Islam sebagai bawahannya, yaitu Masjid nge-Song (Keposong)
• Periode 1870-2022, hubungan perayaan peringatan kebudayaan atau “Sebaran Apem/Ya Qowiyyu,” dan perkembangan dunia Islam modern.


Demikian telusur sejarah berdirinya Masjid “Tiban” Baitur Riyadloh oleh tim Nusantarapedia Journals. Hal-hal yang tidak sependapat dengan teori dan rumusan di atas diperkenankan. tetapi tim berusaha se-Logis dan se-Ilmiah mungkin dalam merekonstruksi sejarah Masjid Baitur Riyadloh Keposong.

Selesai

)* diolah dari berbagai sumber dan observasi di lapangan. Artikel ini dapat dilansir, dikutip dan digandakan tanpa seijin penulis dengan mencantumkan sumber.

Foto: ©2022/Npj/lipsus

IMG 01062022 213300 700 x 525 piksel 1
Bhre Ari Koeswanto Abdurrahman Suryo Mataram, Budayawan asal Klaten, Jawa Tengah
Sejarah Masjid “Tiban” Baitur Riyadloh Keposong, Tamansari Boyolali (1)
Kedatuan Ki Ageng Gribig Jatinom Klaten dalam Historiografi Penyebaran Islam (1)
Kedatuan Bayat Klaten dalam Sejarah Geologi, Pusat Spiritual dan Inisiasi Industri, Bagian Metroplex Kuno (1)
Arsitektur Sebagai Perwujudan Nilai-Nilai Islam
Desa Wisata Lencoh Boyolali, Titik Pandang Indahnya Merapi
Pesanggrahan Pracimoharjo Paras Boyolali, Miniatur Keraton Surakarta
Ketep Pass, Paduan Sejuknya Wisata Alam dan Wisata Edukasi
Simpang PB VI Selo, Patung Pakubuwono VI Simbol Perjuangan Melawan Belanda
Sejarah Kota Boyolali, Napak Tilas Perjalanan Ki Ageng Pandan Arang
Candi Ijo, Kemegahan Peradaban dalam Eksotisme Bentang Alam
Gelayut Mendung di Parangtritis
Rangkaian Spiritual Budaya Jawa, dari Bulan Rejeb hingga Sawal (1)
Peradaban Palestina-Israel dalam Linimasa, Masa Abraham hingga Nabi Muhammad (1)
Resepsi Budaya Bhairawa Tantra dan Sadranan, hingga Slametan Kendurenan (1)
50+ Tradisi Nusantara di Bulan Sya’ban dan Ramadan (1)

Terkait

Terkini