Selamat Hari Guru, Iwan Fals dan Ira Pernah Bercerita Guru
Sedangkan guru diceritakan Ira, pemilik nama lengkap Almia Miftahul Maghfirah, normatif umumnya orang mengenali sosok guru. Caranya pengungkapannya tak bukan karena aktualisasi waktu. Ira menyebutnya sosok menginspirasi dan tanpa pamrih
Nusantarpedia.net, Jurnal | Pendidikan — Selamat Hari Guru, Iwan Fals dan Ira Pernah Bercerita Guru
“Guru dalam lirik ditulis Iwan Fals punya kedalaman filosofis yang sedalam palung Mariana. Guru menurut Iwan tak selalu dalam kotak yang berakal, guru juga bahkan bisa dari entitas tak berakal. Prinsipnya adalah yang bisa memberi dampak kepada kemaslahatan lebih positif.”
MENUMPAH curah isi pikir bertepatan hari bersejarah teruntuk para penghulu ilmu, mengantar dengan ucap “Selamat Hari Guru.” Setiap tahun kembali berucap kata yang sama. Mengulang peringatan seakan ingin mengusir seremonial yang tak kunjung menyisakan ritual sakral–lahir dari sadar untuk tulus takdim.
Sama-samar merasa waswas, apakah ucapan “selamat” terantar kepada guru yang dituju? Sempat terpikir seperti itu, meski sesunggunya tak terlalu ambil peduli. Yang pasti niat ucap ditujukan kepada setiap realita yang menjadi berdampak; dari gelap menuju gemerlap; dari dungu beranjak berilmu; dan awam berubah paham.
Dibanding yang belum paham, lebih banyak orang yang sudah tahu siapa yang disebut guru. Karena tak ingin terlalu banyak memakai tenaga dan menghabiskan banyak waktu, sebab itu tak hendak ulas kembali arti guru menurut bahasa. Apalagi artikel ini hanyalah sekedar menulis, yang jauh sama sekali dari standar akademik.
Tak ada batasan terhadap seseorang dalam menggambarkan “guru.” Visualisasinya tak sama antara satu kepala dengan kepala lainnya. Ada banyak hal mempengaruhi sehingga penggambaran guru berbeda. Berbeda cara pandang, berbeda pula cara menceritakan.
Sebagai contoh, antara Ira (siswi SMPN 1 Kwanyar, kelas 8A dan Iwan Fals (musisi senior) manakala mereka menceritakan guru, ada perbedaan yang khas, meski sama-sama lahir dari proses intelektualitas.
Guru dalam lirik ditulis Iwan Fals punya kedalaman filosofis yang sedalam palung Mariana. Guru menurut Iwan tak selalu dalam kotak yang berakal, guru juga bahkan bisa dari entitas tak berakal. Prinsipnya adalah yang bisa memberi dampak kepada kemaslahatan lebih positif.
“Berguru pada kenyataan. Pada makhluk Tuhan yang katanya tak berakal,” Iwan Fals, lagu berjudul Kupu-kupu Hitam Putih.
Sedangkan guru diceritakan Ira, pemilik nama lengkap Almia Miftahul Maghfirah, normatif umumnya orang mengenali sosok guru. Caranya pengungkapannya tak bukan karena aktualisasi waktu. Ira menyebutnya sosok menginspirasi dan tanpa pamrih.
Yuk, kita cari tahu apa iya dalam realita masih ada guru yang menginspirasi (tauladan) dan tanpa pamrih (tulus)?
Paradoksal Lagu Hymne Guru
Definisi Literasi Adaptif Terhadap Perkembangan Zaman dan Pertumbuhan Generasi
Hari Kartini, Momentum Literasi Perempuan
Moral Clarity dan Etika Politik Poros Intelektual
N.H. Dini dan Sakae Tsuboi dalam Kenangan, Hubungan Murid dan Guru