Dalang Cilik Madiun, Sindhutama Tumbuh Dalam Keluarga Seniman

Sindhu juga sudah bisa menirukan suara Bima yang berkarakter besar dan berat dengan suara yang rendah namun menggelegar. Juga menirukan suara yang lain dengan benar

9 April 2022, 17:00 WIB

Nusantarapedia.net, Madiun, Jawa Timur — Sindhutama Dalang cilik asal Madiun, tumbuh dalam keluarga seniman, bercita-cita ingin jadi seniman. Seniman Dalang Wayang Kulit juga pemain Gamelan “Niyaga.”

Nama lengkapnya Danendra Kidung Sindhutama (9 tahun), duduk di bangku Sekolah Dasar kelas tiga SD N 1 Balerejo, Kebonsari, Kabupaten Madiun.

Lahir dari pasangan Sunarya dan Uun Febri Andari, anak pertama dari tiga bersaudara. Sindhunata sejak lahir nampaknya sudah akrab dengan kesenian Jawa. Bakatnya mewarisi dari keluarga besarnya yang berkecimpung dalam bidang seni budaya Jawa secara turun temurun.

“Sindhu menguasai teknik keduanya untuk seukuran bocah sembilan tahun. Meskipun belum secara sempurna, namun dasar-dasar dari teknik pementasan wayang kulit sudah dikuasai bagian per bagian, meskipun belum secara utuh. Dalam jagad pakeliran teknik “Rekabahasa,” dan teknik “Cepengen,” adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang Dalang.”

Ayahnya, (Sunarya, 39) laki-laki asal Klaten Jawa Tengah ini aktif sebagai seniman musik tradisi Karawitan Jawa. Merupakan seniman gamelan yang menguasai banyak spesialisasi instrument gamelan, seperti; Kendang, Gender, Bonang dan semua alat musik gamelan. Panggung demi panggung diikutinya untuk mengiringi pagelaran Wayang Kulit bersama Ki Bayu Aji (Solo), Ki Dwijo Kangko (Blitar) dan Dalang kondang lainnya.

Narya juga aktif dalam pementasan seni karawitan Jawa dalam banyak “gagrak dan garap,” karawitan. Mampu menguasai gaya karawitan Surakarta, Mataraman, Banyumasan, Madiunan hingga Malang-Suroboyoan. Lelaki bergelar Sarjana Sn., (Seni) ini lulusan dari Institut Seni Indonesia Surakarta jurusan karawitan pada fakultas seni pertunjukan. Naryo juga mengajar sebagai guru honorer di SMKI Surabaya.

Sejak kelas 1 SD, ayah Sindhutama langganan juara Porseni SD berkali-kali pada lomba karawitan tingkat Jawa Tengah mewakili Kabupaten Klaten, dengan posisinya sebagai pemain Kendang.

Sementara ibu Sindhutama, Uun Febri Andari (35) juga seorang Sindhen Jawa yang populer. Sinden adalah penyanyi solo putri dalam set orkes musik karawitan. Uun berkali-kali menyabet juara Sinden pada berbagai ajang perlombaan dan festival Sinden di provinsi Jateng maupun Jatim.

Ibu Sindhu dengan suaranya yang “kenes,” sangat merdu dan cocok untuk vokal sinden gaya Surakarta maupun Jawa Timuran. Luk, Cengkok, Gregel dan teknik lainnya dalam olah vokal Sinden dikuasainya dengan baik. Tak mengherankan, banyak Dalang kondang dan grup karawitan mengajaknya dalam satu panggung pementasan maupun kolaborasi musikal, baik tradisional maupun kontemporer.

Uun juga lulusan ISI Surakarta dengan jurusan karawitan. Menggeluti dunia seni karawitan kususnya Sinden, tidak terlepas dari sosok yang membimbingnya, yakni ayahnya, Bedjo Guna Sasono (67).

Bedjo, seorang pensiunan ASN di kecamatan Kebonsari ini merupakan seniman tradisional yang konsisten sebagai pelestari seni budaya Jawa. Konsistensinya dibuktikan dari kiprahnya berkesenian sejak kecil hingga mendidik anak-anaknya mencintai budaya Jawa hingga berkiprah meneruskan tradisinya dalam “nguri-uri kebudayaan Jawa,” sebagai seniman.

Meskipun tak lagi muda, Bedjo masih aktif hingga kini. Mendirikan sanggar seni “Sanggar Krucil Guna Carita,” yang dikelola bersama keluarga besarnya. Sanggar ini beralamat di Desa Kebonsari RT. 012/RW. 002, Kecamatan Kebonsari, Kab.Madiun, Jawa Timur. Tempat sang dalang cilik (Sindhutama) tinggal.

Bejo, piawai dalam memainkan instrument gamelan, mendalang dan menari dari belajar otodidak, bakat alami dan keturunan dari orang tuanya.

Sanggar ini tujuan yang utama yaitu melestarikan kesenian Jawa, kususnya seni karawitan dan seni pedalangan. Berbagai kegiatan terus dilangsungkan di sanggar ini, serta menjalin kerjasama dengan banyak pihak untuk keperluan penyajian pementasan seni karawitan, pedalangan dan bahkan seni tari. Khusus seni tari dikelola oleh kakak Uun, Hesti Mei Tarsih (40) yang juga lulusan Sekolah Menengah Karawitan Indonesia jurusan seni tari di Surakarta.

Dari background tersebut, tak heran Sindhutama sudah akrab dengan dunia wayang kulit dan gamelan. Saat tim media NPJ berkunjung ke kediaman keluarga Bedjo di Madiun (Kamis, 07/04/2022), nampak Sindhu sangat mahir memainkan wayang kulit dengan peran atau tokoh wayang yang dimaksud pas atau sesuai dengan karakter dan sifat.

Ketika mengambil wayang Gatotkaca dari kotak wayang dan kemudian memainkannya, Sindhu terlihat sangat terampil dengan memainkan pembawaan Gatotkaca yang gagah berani, teguh dan tangguh, cerdik pandai, juga gesit dan tangkas.

Sindhu juga sudah bisa menirukan suara Bima yang berkarakter besar dan berat dengan suara yang rendah namun menggelegar. Juga menirukan suara yang lain dengan benar.

Meskipun Sindhu masih berusia sembilan tahun, namun teknik dalam dunia pewayangan sudah dikuasai dengan baik. Penguasaan tersebut didapat secara alami maupun berkat bimbingan keluarganya.

Meskipun belum secara sempurna, namun dasar-dasar dari teknik pementasan wayang kulit sudah dikuasai bagian per bagian, meskipun belum secara utuh. Dalam jagad pakeliran teknik “Rekabahasa,” dan teknik “Cepengen,” adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang Dalang. Sindhu menguasai teknik keduanya untuk seukuran bocah sembilan tahun.

Teknik suara yang terdiri dari banyak bagian seperti; murwa atau pelungan, nyandra, janturan, ginem, pocapan, suluk, antawacana, suara, dan tembang sudah bisa dibawakan Sindhu dengan baik. Bagian per bagian tersebut sudah dapat dibedakannya serta peruntukannya dalam bagian adegan cerita.

Sindhu dapat menyuarakan “pocapan,” atau percakapan dialog antar wayang juga suara tetembangan seperti sulukan dan ada-ada.

Untuk teknik “Cepengan” atau cekelan, merupakan teknik memegang atau memeragakan gerak dari wayang kulit. Teknik ini digunakan dalam adegan peperangan disebut teknik “sabetan,” dan untuk memperagakan gestur tubuh wayang melalui gerak kedua tangan wayang yang dimainkan dalam berbagai adegan.

Tangan terampil Sindhu terlihat luwes dalam memainkan gerak tangan serta joget atau “lembeyan,” atau cara berjalan karakter wayang yang dimaksud.

Selain sudah mahir dalam teknik perwayangan, Sindhu juga menguasai teknik bermain alat musik gamelan yang beraneka. Menurut penuturan orang tuanya, Sindhu tidak diajari secara kusus, namun bisa dengan sendirinya dari hasil pengamatan dan kebiasaan sehari-hari yang sudah sangat terbiasa dengan wayang dan gamelan.

Sindhu sudah bisa membunyikan suara Kendang, Bonang, Balungan dengan teknik yang benar disertai dengan notasi sebuah lagu.

Beberapa repertoar dari lagu-lagu dolanan sudah hafal, seperti lancaran Kupu Kuwi, Gundul-Gundul Pacul, Prahu Layar, Srepeg Manyura dan Sanga, Srepeg Mataraman, Ladrang Wilujeng, Pangkur serta lagu dolanan dan repertoar gending lainnya.

Pada tahun 2022 ini, Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olah Raga Provinsi Jawa Timur menggelar festival Dalang se Jawa Timur dengan judul “PARADE DALANG BOCAH JAWA TIMUR” TAHUN 2022.

Parade Dalang tersebut diselenggarakan secara virtual karena masih dalam situasi covid-19, masing-masing peserta mengirimkan rekaman video dengan aturan yang telah ditentukan oleh panitia. Pengumuman festival tersebut diumumkan setelah perayaan lebaran tahun 2022.

Dalam hal ini, Dalang cilik (Danendra Kidung) Sindhutama ikut bagian dalam festival ini mewakili Kabupaten Madiun.

Sindhu yang masih tergolong anak-anak tidak terlalu memahami secara teknis perihal festival tersebut, yang terpenting bagaimana bisa mendalang, menabuh gamelan, pentas kemana-mana, maupun direkam melalui video dengan cahaya lampu, itu sudah membuatnya bahagia dan senang.

Sindhu mengatakan cita-citanya ingin menjadi Dalang kondang seperti Ki Bayu Aji, juga menjadi seniman karawitan yang bisa pentas kemana-mana seperti ayah dan kakeknya.

Orang tua Sindhu juga berharap, dengan adanya festival ini yang penting bagaimana agar generasi muda dapat lebih tertarik untuk menekuni dunia pedalangan kususnya maupun seni budaya Jawa umumnya. Soal mendapat nomor dan tidak itu bukan tujuannya, yang penting dapat mewakili kabupaten Madiun dalam rangka menumbuh kembangkan seni budaya Jawa khususnya di Kabupaten Madiun dan umumnya di Jawa Timur.

Harapannya juga, festival dan event seni budaya Jawa seperti ini harus sering diselenggarakan oleh pemerintah provinsi maupun daerah, tujuannya agar regenerasi para seniman sebagai kebanggaan jati diri kebudayaan Jawa tetap lestari, tidak terkikis habis oleh kemajuan jaman.

Sementara itu, menutup perbincangan dengan awak NPJ, bagaimana job manggung dan aktifitas berkesenian selama ini akibat dampak covid-19, keluarga ini mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa karena dimana-mana sedang ditutup akibat pandemi.

Namun demikian harapannya, agar pandemi benar-benar bisa pulih seperti sedia kala agar aktifitas kegiatan berkesenian dapat terus berlangsung, baik dari sisi profesional job pementasan maupun acara-acara sosial lainnya yang melibatkan kiprah seniman tradisional Jawa, kususnya para Dalang, Niyaga, Sinden dan Penari.

Bagi pembaca NPJ, yang ingin bekerjasama bersama sanggar seni “Sanggar Krucil Guna Carita,” dengan alamat di Desa Kebonsari RT. 012/RW. 002, Kecamatan Kebonsari, Kab.Madiun, Jawa Timur. Contact Person: +62 818-0446-7999 Sunarya/Naryo. (asm)

Macapat dalam Medium Garap Penyajian Karawitan
Aloha ‘Oe, Maluku Tanah Pusaka hingga Pulanglah Uda menjadi Motif Lagu Budaya
Manthous, Benyaminnya Jogja! dari nge-Band hingga Nembang (1)

Terkait

Terkini