Situasi Taiwan-China Memanas, Rencana Nancy Pelosi Penyebabnya

Nusantarapedia.net, Jakarta — Agustus mendatang, sebuah kunjungan potensial ke Taiwan oleh Ketua DPR AS Nancy Pelosi menimbulkan alarm pada pemerintahan Presiden Joe Biden yang khawatir perjalanan itu mungkin melewati garis batas China.
Namun Ketua DPR Nancy Pelosi, sedang mempertimbangkan kunjungan ke Taiwan yang telah menyebabkan kegelisahan dalam pemerintahan Joe Biden.
China pada hari Senin memperingatkan pihaknya “bersiap-siap” untuk kunjungan Pelosi ke pulau yang memiliki pemerintahan sendiri (Taiwan) bulan depan, dan bahwa Amerika Serikat akan “menanggung semua tanggung jawab untuk semua konsekuensi serius” jika hal itu benar.
Biden secara terbuka mengatakan militer AS telah menentang perjalanan Pelosi pekan lalu. Apalagi perjalanan itu berdekatan dengan masa Presiden Xi Jinping, bersiap untuk pertemuan partai besar-besaran di akhir tahun guna melanggengkan kekuasaan di tengah tantangan ekonomi.
Pemerintah China tidak secara jelas mengatakan kepada publik, tindakan tegas apa yang akan diambil. Tetapi beberapa pakar China mengatakan reaksi Beijing dapat melibatkan keterlibatan militer China.
Pengamat menilai, China memang selalu bereaksi secara tidak konsisten terhadap kunjungan kongres ke Taiwan. Tetapi untuk kali ini cukup serius.
China kerap mengirimkan sejumlah jet tempur jika pejabat AS datang ke Taiwan. Bahkan mengirim pernyataan resmi yang keras menentang AS saat kapal USS Benfold lalu lalang di Selat Taiwan 20 Juli yang lalu.
“China akan merespons dengan tindakan balasan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang terkuat yang pernah diambil sejak krisis di Selat Taiwan,” kata Shi Yinhong, profesor hubungan internasional di Universitas Renmin China, dikutip dari AFP (25/7/2022).
“Jika Pelosi melanjutkan kunjungannya, Amerika Serikat pasti akan bersiap untuk menanggapi secara militer kemungkinan tanggapan militer China, situasi antara China dan AS akan memanas,” katanya.

Sementara itu, Robert Sutter, seorang pengamat politik China di Universitas George Washington mengatakan, sesuatu yang dramatis mungkin akan dilakukan China. Namun melarang kunjungan Pelosi jelas tak baik untuk pemerintah Biden.
“Mereka mungkin merasa harus melakukan sesuatu yang dramatis jika Pelosi benar-benar mendarat di Taipei,” katanya dikutip AFP.
“Pemerintahan Biden menghadapi masalah nyata karena jika mereka mundur, jika mereka mencoba mencegah Pelosi pergi, mereka terlihat lemah dan seperti menyerah pada taktik tekanan China.”
Sejarahnya, AS sendiri lebih mengakui China dibanding Taiwan sejak 1979. Amerika Serikat mengalihkan hubungan dari Taipei ke Beijing dan pemerintahan berturut-turut telah berhati-hati untuk hanya mengakui “satu China” dengan tidak mengirim pejabat tinggi ke Taiwan.
Seorang ketua DPR sebelumnya, Newt Gingrich, berkunjung pada 1997, tetapi Partai Republik berasal dari partai saingan Gedung Putih dan reaksi Beijing relatif tidak terdengar.
Sementara itu, Gingrich pada Senin (25/7/2022), mengkritik Pentagon karena memperingatkan kunjungan Pelosi, menulis di Twitter:
“Jika kita begitu terintimidasi oleh Komunis Tiongkok, kita bahkan tidak dapat melindungi Ketua DPR Amerika, mengapa Beijing harus percaya bahwa kita dapat membantu Taiwan bertahan?”.
Sedangkan riwayat Pelosi, adalah seorang kritikus lama terhadap China, berteman dengan Dalai Lama dan pada tahun 1991, yang mana telah membuat marah tuan rumah Beijing-nya dengan membentangkan spanduk di Lapangan Tiananmen untuk mengenang pengunjuk rasa demokrasi yang terbunuh di sana dua tahun sebelumnya
Mantan pejabat Amerika Serikat meminta untuk meninjau kembali agenda tersebut
Ketika Beijing bangkit, Washington telah menampakkan beberapa sikap diam sebelumnya di Taiwan. Biden mengatakan Amerika Serikat siap untuk membela Taiwan secara militer dalam sebuah invasi, lebih dari sekadar menyediakan senjata, meskipun Gedung Putih telah menarik kembali pernyataannya.
Mike Pompeo, kala itu Menteri Luar Negeri di bawah Donald Trump, dalam kunjungan ke Taipei pada bulan Maret meminta Amerika Serikat untuk mengakui “realitas yang sudah ada dan tidak salah lagi” dari kemerdekaan Taiwan.
Juga Mark Esper, seorang Menteri Pertahanan di era Trump, mengatakan pekan lalu setelah kunjungannya sendiri ke Taiwan bahwa kebijakan Satu-China “telah berjalan dengan sendirinya”, mencatat bahwa sebagian besar orang Taiwan tidak lagi mengidentifikasi diri sebagai orang China. Tetapi mantan penasehat keamanan nasional Condoleezza Rice, berbicara setelah Esper di Forum Keamanan Aspen, mengatakan: kebijakan Satu-China telah “benar-benar membantu kami dengan cukup baik” dengan menjaga ketegangan.
“Jangan sampai ini menjadi Uni Soviet 2.0. Mari kita ingat bahwa ini adalah China yang berada di jalur integrasi, dan sebenarnya masih banyak yang dipertaruhkan dalam apa yang terjadi pada ekonomi internasional,” kata Rice. (dnA)
Selandia Baru dan Australia Perketat Wilayah Perbatasan, Antisipasi Wabah PMK dari Asia
Frank-Walter Steinmeier: Putin Kobarkan Perang Melawan Persatuan Eropa
Indonesia Peringkat ke-47 (163) Dunia Tingkat Kedamaian
Turki Fasilitasi Perundingan Ukraina dan Rusia, Dibukanya Ekspor Biji-bijian dan Gandum di Laut Hitam
Wacana Vaksinasi Covid-19 Dosis 4, Mengapa Demikian?