Sopi Suna’ Likaf, Minuman Tradisional Timor Tengah Selatan
"Ini adalah hasil nira dari yang di suling, dan kami akan meminumnya, aihhhhh ini banyak."
Nusantarapedia.net, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur — Sopi Suna’ Likaf, minuman tradisional dari NTT.
Nuspedian, kali ini tim NPJ berkunjung ke salah satu desa di kabupaten Timor Tengah Selatan untuk melihat proses pembuatan minuman tradisional.
Minuman tersebut termasuk kategori minuman keras (miras) yang dinamakan Sopi Suna’ Likaf.
Kami mengunjungi sebuah perkampungan yang beralamat di Kampung Panafmuke, Desa Fotilo, Kecamatan Amanatun Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, tempat minuman ini diproduksi.
Kami menjumpai Martinus sebagai pemilik gubug pengolahan produksi Sopi Suna’ Likaf untuk berbincang-bincang seputar pembuatan minuman ini.
“Termasuk dalam kategori kearifan lokal, dan tidak diproduksi secara massiv oleh pabrik maupun perusahaan minuman, tetapi tergolong jenis kerajinan rakyat.”
Berikut penuturan Martinus mengenai minuman ini dari wawancara.
“Di tempat ini kami memotong (panen), pohon gewang sebanyak 3 pohon.”
“Satu batang pohon kami ambil niranya sebanyak 8 jerigen (jerigen ukuran 5 liter), eehhh salah maksud saya 12 jerigen. Pohon satunya lagi, 12 jerigen juga, sedangkan pohon yang satunya 13 jerigen.”
“Setelah kami ambil dan bawa ke sini, kami merendam nira di satu wadah yang sudah diberi ramuan, setelah itu kami masak.” (rebus nira yang sudah direndam)
“Setelah selesai kami rebus nira tadi, kami suling dan mendapatkan 4 botol minuman.” (seukuran botol bir/air mineral)
“Rasanya sangat enak.” (memabukkan)
“Di tempat lain kami tidak tahu, mungkin di tempat lain punya minuman juga yang enak, tapi minuman kami juga keras.” (enak dan memabukkan)
“Ramuan minuman ini biasanya kami sebut sangat keras” (kualitas ramuan bagus), kalau kita minum, minuman ini rasanya sangat enak.” (memabukkan)
“Ini adalah hasil nira dari yang di suling, dan kami akan meminumnya, aihhhhh ini banyak.” (banyak dalam arti enak dan memabukkan)
“Minuman ini kami sebut Suna’ Likaf.
Berikut ini fakta dan data minuman Sopi Suna’ Likaf dari hasil observasi di lapangan, sebagai berikut;
1) Sebelum Sopi Suna’ Likaf di konsumsi secara bebas, maka hasil sulingan pertama itu harus didoakan terlebih dahulu, atau dalam bahasa daerah di sebut “Hau Def.”
2) Ramuan yang digunakan menjadi bahan rendaman adalah kayu kusambi, kayu kasuari, kayu lapis sembilan, kayu tunbubu, kayu lanlene dan kayu banae yang di bakar, serta resep rahasia lainnya.
3) Buih dari hasil rebusan nira digunakan sebagai lem atau perekat yang disatukan dengan kain bekas dan digunakan untuk menutup cela-cela periuk, tutupan periuk dan bambu agar uap nira hanya menuju pada satu arah.
4) Sopi Suna’ Likaf di luar koridor “minuman keras,” ini sudah menjadi bagian dari budaya dan juga menjadi sumber nafkah bagi sebagian masyarakat karena Sopi Suna’ Likaf juga bisa di jual.
Proses Pembuatan Sopi Suna’ Likaf
1) Mengambil nira dari pohon gewang
2) Nira gewang yang sudah ditampung kemudian di pindahkan ke jerigen
3) Nira gewang dibawa ke gubug untuk diolah
4) Nira disalin ke wadah penampungan, sebelum nantinya di pindahkan ke wadah yang sudah disiapkan dengan ramuan-ramuan
5) Ramuan (rahasia) dimasukkan ke wadah
6) Nira dari wadah penampungan di pindahkan untuk di rendam lagi di wadah yang sudah ada ramuan
7) Setelah direndam, kemudian nira direbus sampai berbuih dan buihnya di keluarkan
8) Kemudian proses penyulingan dimulai, dengan menggunakan bambu yang telah disiapkan
9) Tidak boleh ada celah antara periuk dan turunannya, antara tutupan periuk dan bambu, serta antara bambu dengan bambu
10) Hasil penyulingan uap nira yang dicampur ramuan menjadi sopi Suna’ Likaf
11) Setelah di suling menjadi beberapa botol sopi, sisa rebusan nira kemudian di buang
Demikian penjelasan minuman tradisional Sopi Suna’ Likaf. Sebagai informasi tambahan dirangkum dari beberapa sumber, minuman ini berkadar alkohol sekitar 40 persen. Termasuk dalam kategori kearifan lokal, dan tidak diproduksi secara massiv oleh pabrik maupun perusahaan minuman, tetapi tergolong jenis kerajinan rakyat.
Dengan demikian, tidak dijual secara massiv di lapangan, namun demikian tidak terlalu sulit untuk mendapatkan minuman ini. Meski demikian, karena hal ini termasuk bagian kearifan lokal, tidak menimbulkan dampak keresahan akibat mengkonsumsi minuman ini, karena digunakan dalam batas kewajaran.
Peruntukan minuman ini digunakan pada saat peristiwa adat maupun pesta adat.
Nuspedian, ingin melihat proses produksi minuman ini? datang ya ke desa Fotilo kabupaten Timor Tengah Selatan. (Randy)
Putak Laka, Kudapan Nikmat Khas NTT
Mapian Biodiversity Conservation (MBC), Konservasi Penyu di Pulau Cendrawasih
Alarm Berkunjung ke Pulau Sayafi dan Liwo Sudah Dekat
Sendang Senjoyo, dari Fakta Kerajaan, Folklor hingga Sumber Kehidupan