Spekulasi Liar! Kemungkinan Nasdem Tinggalkan Anies Kecil, Kalau Tidak Ingin 2024 “Jeblok” Akibat Berani Memulai

Surya Paloh, apakah benar-benar tertulis sebagai seorang tokoh berlangkah revolusioner ataukah justru sebaliknya, bahkan blunder, pada akhirnya

9 Februari 2023, 19:15 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | PolhukamSpekulasi Liar! Kemungkinan Nasdem Tinggalkan Anies Kecil, Kalau Tidak Ingin 2024 “Jeblok” Akibat Berani Memulai

“Apabila Anies benar-benar tidak jadi diusung oleh Nasdem, dan koalisi perubahan bubar, maka dibaca Pilpres 2024 hanya akan ada dua poros koalisi besar.”

JELANG Pilpres 2024 yang digelar 14 Februari 2023 mendatang, belum menampakkan tanda-tanda kepastian pasangan capres-cawapres yang dikunci melalui deklarasi resmi partai maupun koalisi partai. Sesuatu hal yang wajar dengan argumentasi mencari “formulasi dan positioning” yang pas guna memperoleh kemenangan. Selain karena faktor mayoritas partai tersandera karena aturan presidential threshold 20 persen. Pun dengan jadwal pendaftaran bacapres menjadi cawapres yang masih dibuka pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.

Dalam konteks pemenangan-kemenangan, selain mendapatkan tiket melalui koalisi, kecuali PDIP, hal elektabilitas dan popularitas untuk potensi menang, turut menjadikan situasi politik penuh dinamika dengan menjadikan keriuhan manuver-manuver yang dilakukan oleh petinggi partai maupun para kandidat capres cawapres.

Yang menarik tentunya, di masing-masing partai dengan posisi yang tidak berdaya akibat PT 20 persen. Partai PDIP misalnya, yang sudah punya tiket, tetap dipandang terdapat problem internal mengenai siapa calonnya dan bagaimana komposisinya. Muncul nama-nama seperti Puan, Ganjar, juga desas desus koalisi PDIP-Gerindra. Partai lainnya seperti Gerindra misalnya, punya figur capres yang kuat yaitu Prabowo, namun lagi-lagi persoalan tiket. Partai Golkar, Demokrat, PKS, PAN, PPP, dsb, dengan tidak memiliki “jago” yang popularitas dan elektabilitasnya tidak sebesar jajaran top three, seperti figur Prabowo, Anies dan Ganjar. Namun, Anies dan Ganjar tidak memiliki atau bukan pengambil keputusan di partai. Hingga Anies dan Ganjar terkadang dibaca sebagai umpan saja. Bila Surya Paloh (Nasdem) mengumpankan Anies, sedangkan Ganjar diumpankan oleh Jokowi. Tentu dalam tujuan “cek ombak”.

Selain itu, tak hanya di internal partai, poros-poros kekuatan pun muncul, seperti Joko Widodo (Presiden), yang dibaca meskipun dalam satu tubuh PDIP, tetap dipandang sebagai poros politik mandiri yang peranannya sangat strategis, bahkan dianggap penentu, seperti halnya kemungkinan memberikan dukungan kepada Erick Thohir atau Ganjar. Hal ini bisa dibaca ketika rerata partai politik berada dalam asuhannya, dan rerata partai juga tidak berani terbuka bila arah politiknya (manuver-manuver) tidak dalam kesatuan pandang Jokowi. Hingga saat ini, rerata partai masih memandang Jokowi, mengingat, rerata partai adalah partai koalisi pemerintah, kecuali PKS dan Demokrat.

Terkait

Terkini