Spekulasi Liar! Kemungkinan Nasdem Tinggalkan Anies Kecil, Kalau Tidak Ingin 2024 “Jeblok” Akibat Berani Memulai
Surya Paloh, apakah benar-benar tertulis sebagai seorang tokoh berlangkah revolusioner ataukah justru sebaliknya, bahkan blunder, pada akhirnya
Kembali ke Surya Paloh. Bila keputusannya mengusung Anies sejak awal hingga pendaftaran capres-cawapres, maka vote getter Nasdem akan meningkat, meskipun Anies yang diusung kalah sekalipun. Artinya, Nasdem mendapatkan keuntungan dengan mengusung Anies pada sisi elektoral suara partai dan jumlah Anggota DPR. Perkara menyangkut hal lain, seperti aspek bisnis Surya Paloh dan proyeksi strategis lainnya terganggu, misalnya, itu persoalan lain. Menang kalah Nasdem untung dari sisi elektoral.
Sebaliknya, bila Anies tidak jadi diusung, persoalannya ada pada citra, keputusan/konsistensi Surya Paloh yang berubah, maka akan berakibat pada tingkat kepercayaan publik terhadap partai Nasdem menurun, meski pembelaan Nasdem (Surya Paloh) mempercayai bahwa basis suara Nasdem bukan basis suara Anies. Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah opini publik yang menjadi liar, akan mudah untuk dilakukan penggiringan opini oleh siapa saja.
Di bagian lain, Anies tetap santai, mengingat, posisi tawarnya yang tinggi bukan berasal dari mobilisasi massa yang instan dan bukan lahir dari salah satu partai, karena dukungan kepada Anies sebutlah para relawan, adalah relawan yang sebenar-benarnya. Relawan Anies adalah kebulatan tekad dan kehendak rakyat, meski belum diketahui seberapa besar kekuatannya.
Anies tetaplah tanpa beban sejak awal, dapat tiket bacapres ke cawapres atau tidak, Anies jelas dalam satu kesatuan pandang “bagian permainan penting”, bahkan Anies sebagai kuda hitam juga penentu. Mengingat, Anies sudah menjadi faktor. Faktor yang dimaksud, tanpa partai pun Anies mampu berdiri sebagai poros kekuatan bersama para relawan. Anies akan turut menghembuskan kemana arah angin bertiup.
Dan, Anies pun penulis yakin, menjadi presiden bukan satu-satunya tujuan utama, mengingat intelektual Anies pasti sudah bisa mengukur potensi dirinya sendiri, bukan personal kuat dan lemah, menang atau kalah. Pendek kata, Anies tetap kandidat utama calon Gubernur DKI Jakarta. Realistis, bukan?
Selain itu, isu utang piutang Rp50 miliar, kala pengusungan Anies-Sandi sebagai cagub DKI Jakarta 2017, hal itu tidak terlalu berpengaruh pada sisi elektoral Anies. Yang mana Sandi selaku pemberi hutang atau dengan bahasa lain untuk biaya kampanye yang ditanggung bersama adalah konsekuensi/resiko sebagai calon, terlebih posisi Sandi juga sebagai calon wakil gubernur, yang akhirnya pasangan keduanya berhasil melenggang, maka utang-piutang itu dianggap selesai. Ataupun misalnya itu benar-benar perjanjian hutang keduanya, itu berada pada wilayah privat keduanya, atau hal yang lazim terjadi pada kenyataan proses politik Indonesia oleh siapapun.
Apabila Anies benar-benar tidak jadi diusung oleh Nasdem, dan koalisi perubahan bubar, maka dibaca Pilpres 2024 hanya akan ada dua poros koalisi besar. Di bagian ini, tentu PKS akan kembali ke Gerindra, Demokrat akan menghitung kembali arah dukungan, dan Nasdem sendiri akan kembali bersama proyeksi Jokowi.
Kita lihat saja, bagaimana konsistensi Surya Paloh dari sejak menentukan pilihan kepada Anies sebagai capres pilihan partai Nasdem atau akan meninggalkannya. Surya Paloh, apakah benar-benar tertulis sebagai seorang tokoh berlangkah revolusioner ataukah justru sebaliknya, bahkan blunder, pada akhirnya.
B Ari Koeswanto ASM
| pemerhati budaya Nusantara
Chemistry Konser Dewa 19-Gerindra, Anies dan AHY Nobar-Sinyal Pasangan 2024
Anies Dibaca Dapat Tiket, Lantas Pilih AHY atau Khofifah? Bagaimana Jika Ganjar bahkan Puan?
Anies Bukan Soal Tiket Capres, Anies Role Model Demokrasi Partisipatif
Pilih Mana? Gibran Gubernur Jawa Tengah atau DKI Jakarta
Prabowo “The Special One” Gubernur DKI, Apakah Berlaku Baginya di 2024? (Selamat HUT Gerindra ke-15)