Statistik Pengguna Internet Dunia dan Indonesia, Medsos Rajanya!

Interval umur pengguna internet di Indonesia berusia 16-64 tahun, dengan rata-rata umur 29,7 tahun, sedangkan rata-rata dunia berusia 30,9 tahun.

24 November 2021, 04:36 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Iptek — Statistik Pengguna Internet Dunia dan Indonesia, Medsos Rajanya!

“Adakah korelasi produktivitas ekonomi dan sektor yang lain dengan lamanya waktu mengakses internet? Negara Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Australia, adalah negara yang lebih sedikit dalam waktu mengakses internet, kenyataannya produktifitas negara tersebut tinggi di semua bidang.”

DEMOGRAFI adalah alasan mendasar untuk berbisnis, penduduk dunia yang sebentar lagi akan berjumlah 8 milyar, juga Indonesia akan mencapai 300 juta jiwa. Tentu, dari potensi demografi melahirkan hasrat dan gairah untuk banyak kepentingan, terutama menghasilkan cuan.

Pada tahun 2020, pengguna internet diseluruh dunia sebesar 4,5 milyar orang, dalam laporan yang dirilis oleh WeareSocial dan Hootsuite, tentang Data Lanskap Digital Dunia. Angka tersebut setara dengan 60 persen lebih populasi penduduk dunia, dari total pengguna internet 4,5 milyar.

Sebanyak 3,8 milyar jiwa menggunakan media sosial, atau 80 persen pengguna internet digunakan untuk media sosial. Tahun 2021, total pengguna internet dunia mencapai 4,66 milyar, dari angka tersebut masih didominasi untuk pengguna media sosial sebesar 4 milyar.

Di Indonesia, pengguna internet pada awal Januari 2020 sebesar 196,7 juta jiwa, awal 2021 mencapai 202,6 juta, terdapat peningkatan sekitar 15,5 persen atau 27 juta jiwa dalam rentang waktu tahun 2018 – 2021. Hal tersebut dipengaruhi banyak faktor, seperti; dampak dari pandemi covid-19, penetrasi perusahaan komunikasi, trend dan perubahan tata laksana hidup, serta faktor lain.

Total penduduk Indonesia berjumlah 274,9 juta jiwa awal 2021, maka penetrasi penggunaan internet di Indonesia mencapai 73,7 persen dari total populasi penduduk, dengan angka aktif pengguna internet sebesar 70 persen. Sebanyak 170 juta adalah pengguna aktif media sosial.

Interval umur pengguna internet di Indonesia berusia 16-64 tahun, dengan rata-rata umur 29,7 tahun, sedangkan rata-rata dunia berusia 30,9 tahun.

Di Indonesia, perangkat elektronik yang dipakai untuk mengakses internet terpopuler adalah Smartphone dengan angka 98,3 persen, atau 195,3 juta, sisanya menggunakan perangkat lain, seperti; laptop, tablet, personal computer.

Sebuah pangsa pasar yang potensial untuk perangkat digital. Warganet Indonesia menghabiskan waktu dalam sehari untuk berselancar di internet dengan rata-rata selama 8 jam 52 menit, sedangkan dunia dengan rata-rata waktu 6 jam 43 menit.

Waktu sadar manusia dalam 24 jam selama 16 jam, bila penggunaan internet selama 8 jam, separuh dari waktu sadarnya digunakan untuk ber-internet, dan 80 persennya digunakan untuk media sosial, atau selama enam bulan dalam setahun dari waktu sadar digunakan untuk mengakses internet, atau selama 5 bulan untuk bermedia sosial.

Waktu selama itu, warganet Indonesia digunakan untuk; (1) Menonton televisi (broadcast, live streaming) selama 2 jam 50 menit. (2) Selama 1 jam 38 menit untuk membaca berita media online. (3) Mendengarkan musik di semua layanan selama 1 jam 30 menit. (4) Untuk konten berbasis audio menghabiskan waktu selama 44 menit. (5) Waktu untuk bermedsos menghabiskan 3 jam 46 menit.

Sisanya, untuk penggunaan e-commerse dan aktifitas lainnya, seperti; perkantoran dan instansi (work internet office), dan lainnya. Total durasi selama 8 jam lebih dalam sehari.

Polish 20220213 220931194
Bermain gadget sendiri-sendiri dalam kebersamaan aktivitas sosial sudah menjadi pemandangan yang lazim, namun sering lupa, kebiasaan tersebut seringkali mengabaikan nilai-nilai etika, seperti saat acara resmi, bersama orang tua maupun acara lainnya yang dianggap penting. Perlunya bisa menempatkan diri.

Berikut statistik pengguna media sosial dunia;

(1) Video Youtube dengan konten live dan vlog, ditonton oleh warganet sebanyak 74,3 persen dari total pengguna internet. Youtube menjadi yang terpopuler diakses oleh warganet Indonesia.

(2) Facebook menjadi aplikasi paling digemari diseluruh dunia dengan jumlah 2,449 milyar, atau separuh dari total pengguna media sosial. Di Indonesia, facebook digunakan lebih dari 130 juta pengguna.

(3) Dua milyar akun diposisi kedua ditempati oleh Youtube, disusul Instagram dengan 1 milyar pengguna, 63 juta penggunanya adalah instagramer Indonesia.

(4) Tiktok yang menggeser Twitter dengan jumlah akun hampir 1 milyar, atau 800 juta pengguna.

(5) Pengguna Twitter di Indonesia sebesar 10 juta, meski terlihat sedikit, Twitter mampu menjadi alat pemengaruh yang efektif, karena penggunanya didominasi oleh kalangan pendidikan dan tokoh masyarakat dari berbagai profesi, rata-rata peruntukannya lebih pada tujuan pemengaruh, tak heran sesuai dengan ruh Twitter sendiri yang berciri sebuah “cuitan,” bahkan tajuk utama maupun trending topik mengenai isu-isu dan lainnya diambil dari Twitter.

(6) WhatsApp sebagai platform komunikasi yang tidak hanya di segmen komunikasi juga intens sebagai alat bisnis dan hiburan, mengklaim mempunyai 2 milyar pengguna di seluruh dunia.

Penetrasi Penggunaan Internet

Bahasa yang digunakan paling umum dalam internet adalah bahasa Inggris, dengan angka hampir 60 persen, karena produk keinternetan berasal dari negara-negara berbahasa Inggris, baik yang digunakan untuk transaksi e-commerce, internet office, maupun media sosial.

Lebih dari 200 negara di dunia sebagai pengguna internet. Ada beberapa negara dengan penetrasi penggunaan internet mencapai angka 99 persen, dari berbagai indikator, termasuk jangkauan akses yang merata, sumber daya manusia, dan kemakmuran. Negara Islandia, Qatar, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Kuwait, hal ini disebabkan karena pendapatan per-kapita diatas USD 50.000 dolar per-tahunnya.

Pada 2019, Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat, pendapatan per-kapita penduduk sebesar USD 4.174,9 dolar, atau Rp.59,1 juta per-tahunnya.

Negara India, China dan Indonesia mengalami pertumbuhan penetrasi internet terbesar di dunia disetiap tahunnya. India sebesar 127 juta penambahan penggunanya, disusul China dengan 25,5 juta, dan Indonesia sebesar 25,3 juta. Namun perlu diketahui, pertumbuhan tersebut bila dilihat dari demografinya, Indonesia tetap yang tertinggi, karena jumlah penduduk India dan China diatas 1 milyar.

Toko online di Indonesia sangat beragam keberadaannya, bisnis ini masuk dalam kategori Electronic Commerce, bentuk ini lebih pada penggunaan transaksi keuangan, dan tidak melibatkan secara langsung toko konvensional.

Dalam satu bulan, 8 dari 10 pengguna internet membeli produk dari jasa online, setidaknya satu kali dalam sebulan bila di rata-rata. Produk elektronik, fashion, ibu dan bayi, kecantikan, serta kesehatan menempati ranking teratas dalam daftar jual beli online. Khusus produk fashion didominasi oleh fashion wanita muslim.

Dengan demikian, pengguna internet Indonesia merupakan pelaku jual beli online tertinggi di dunia, meskipun teknologi pembayaran atau e-commerse di sektor mikro masih sangat rendah dibandingkan Malaysia, Singapura, Korea Selatan, maupun Thailand. Hal ini disebabkan karena akses perbankan beserta produknya seperti kartu kredit hanya kalangan tertentu.

Untuk sektor mikro lebih pada sistem pembayaran COD (Cash On Delivery), ini juga berkorelasi dengan tingkat kepercayaan masyarakat pada brand tertentu dan kekuatan finance perorangan, kecuali penggunaan toko online milik company yang sudah jelas terukur kekuatannya disemua hal, disinilah penggunaan e-commerse terbesarnya.

Khusus dari transaksi mobile payment, Indonesia masih rendah dibanding rata-rata dunia sebesar 27 persen dari total pengguna internet, yaitu 24 persen, sementara posisi puncak diangka 42 persen diduduki Hongkong. Negara tetangga seperti Thailand, Malaysia (Asia Tenggara), rata-rata diangka 40 persen. Kembali ini soal korelasi antara keuangan dengan klas sosial masyarakat.

Namun, ini peluang bisnis jual beli online yang menggiurkan pada jasa penyedia finance, terutama pada segmen mobile digital economi, mampukah ekonomi mikro masuk didalamnya pada produk dan sistemnya. Itu pertanyaan yang harus dijawab sistemik.

Tahun 2019, pasar e-commerce Indonesia sebesar Rp.294 triliyun, atau USD 21 miliar, pada tahun 2022 diprediksi sebesar Rp.560 triliyun.

Banyak hal yang mempengaruhinya, pertumbuhan kelas menengah masyarakat sebesar 21 persen dari total penduduk, konsumsi barang melalui belanja online sebesar 23-30 persen dari semua transaksi, juga penetrasi pengguna internet yang terus meningkat, dengan tingkat akses pada platform belanja online sangat tinggi, mulai toko online, website, marketplace, media sosial, dan lainnya.

Banyak investor asing yang berinvestasi di Indonesia pada toko-toko e-commerce, salah satunya Tokopedia, menerima investasi senilai USD 1,1 miliar dari Alibaba.

Berikut daftar matketplace paling banyak digunakan di Indonesia dari kunjungan calon pembeli maupun pembeli. (1) Shopee (93,4 juta). (2) Tokopedia (86,1 juta). (3) Bukalapak (35,2 juta). (4) Lazada (22 juta) (5) Blibli (18,3 juta).

Indonesia meski subur dengan jual beli onlinenya melalui transaksi e-commerse, dan bentuk transaksi yang lain, namun 65 persen pengguna internet tidak suka melihat iklan, dengan menutup konten iklan melalui fitur Adblock, hal ini lebih tinggi dari rata-rata dunia yang menggunakan Adblock sebesar 49 persen. Sesuatu hal yang perlu dipertimbangkan para pemasang iklan.

Aplikasi pemanggil kendaraan atau Ride Hailing, Indonesia tertinggi di dunia, sebesar 49 persen. Negara seperti Brazil yang hampir memiliki kesamaan disegala bidang dengan Indonesia masih dibawahnya, apalagi dibandingkan dengan Singapura atau Malaisya.

Apakah ini terkorelasi dengan moda transportasi perkotaan, dan tentunya berhubungan dengan bisnis otomotif di kota-kota Indonesia. Ada dua perusahaan yang menguasai bisnis ini, yang sampai sekarang menjadi moda transportasi favorit yang telah merambah ke daerah.

Adakah korelasi produktivitas ekonomi dan sektor yang lain dengan lamanya waktu mengakses internet? Negara Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Australia, adalah negara yang lebih sedikit dalam waktu mengakses internet, kenyataannya produktifitas negara tersebut tinggi di semua bidang.

Bagaimana Indonesia? yang jelas, alasan lamanya waktu mengakses internet harusnya dikarenakan indikator kemakmuran atau indeks pembangunan manusia yang sudah tercapai, jangan dikarenakan tidak punya pekerjaan, tidak punya produktivitas lain, atau juga “Gabut” bahasa generasi milenial saat ini.

Polish 20220213 222423812
Penetrasi penggunaan internet tentunya dibarengi oleh perusahaan komunikasi dalam membangun infrastrukturnya, namun perlu diingat, pembangunan infrastruktur seperti BTS harus diatur secara jelas, agar kaidah di dalamnya tidak menyalahi tata ruang.

Proyeksi Bisnis Milenial Indonesia

Dari analisis data di atas, internet sebagai sistem dasarnya, telah melahirkan puluhan perusahaan dengan aneka produknya disetiap bidang. Benar-benar telah merambah dipelbagi sektor kehidupan.

Kaum milenial Indonesia saat ini yang telah melek internet dan semua platform digital dan virtual, hendaknya digunakan untuk mendatangkan kemanfaatan, yaitu sebagai peluang dan alat bisnis. Bisnis yang perorangan dalam dunia internet sudah mampu dinarasikan sebagai penyedia produk dan jasa bak perusahaan bonafit, tentu ini menjadi fenomena yang luar biasa, meski bila dihitung detail masihlah jauh kelasnya dengan profil bisnis company.

Paling tidak, penggunaan internet tidak untuk mengisi kegabutan, namun sudah digunakan sebagai alat yang menghasilkan. Dengan demikian, internet harus mampu menjadikan kaum milenial sebagai alat yang produktif, mengandung tingkat produktifitas yang tinggi.

Be Smart, Milenial Indonesia!

Sumber Pustaka;

(1) Berdasarkan Laporan Digital 2020 yang dilansir We Are Social dan Hootsuite

(2) Badan Pusat Statistik, Pendapatan Perkapita Penduduk : 2019

Internet Positif, Korelasi Netizen Journalism dan Pengaruh Buruk Medsos
Samsudin Jadab dan Mimetisme Media
To, Ganjel, To!! To, Ganjel!!! Ganjel, To!!!! Dahsyat! Ditonton 18+ Juta Pemirsa
Mimetisme Media
Adakah Tayangan Sehat untuk Anak?

Terkait

Terkini