Suasana Pasar Bojongbata Pemalang
"Sekarang sepi mas, sebelum ada kenaikan harga sembako, sehari bisa menjual 100 potong, sekarang cuma bawa sedikit, sekitar 50 potong,"

Nusantarapedia.net, Pemalang, Jateng — Menjelang datangnya lebaran dalam beberapa minggu ke depan, suasana di pasar tradisonal Bojongbata, Pemalang masih sepi pembeli.
Dari pantauan NPJ di pasar tersebut, Rabu pagi (13/04/2022), terlihat walaupun para pedagang sudah buka lapak semenjak jam 06.00 WIB pagi, tetapi sampai siang hari masih terlihat sepi pembeli.
“Hal ini jelas berpengaruh terhadap uang belanja rumah tangga, dampaknya ibu-ibu banyak yang tidak bisa ke pasar setiap hari sebagai jalan penyiasatan keuangan.”


Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, bisa disebabkan karena para pembeli enggan ke pasar, karena semaleman habis memasak menyiapkan hidangan sahur untuk keluarga, sehingga banyak ibu-ibu masih capek, selain masih tersedianya stok bahan baku.
Di samping itu faktor kenaikan harga sembako juga ikut mempengaruhi tingkat daya beli pasar.
Ahmad seorang pedagang tempe yang biasanya bisa menjual 100 potong tempe kemasan plastik, kini hanya membawa 50 potong, itupun dagangan masih dikelilingkan masuk ke kampung-kampung dan desa untuk menghabiskan barang dagangannya.
“Sekarang sepi mas, sebelum ada kenaikan harga sembako, sehari bisa menjual 100 potong, sekarang cuma bawa sedikit, sekitar 50 potong, itupun habis sekian harus saya kelilingkan sampai siang hari jam dua (14.00 WIB),” ungkap Ahmad kepada Npj.


Badriyah, seorang pedagang sayuran, tak luput mengalami sepinya pembeli di pasar Bojongbata menjelang lebaran. Kepada NPJ Badriyah mengatakan, “sepi, mas, pelanggan saat ini hati-hati dalam berbelanja, yang biasanya tiap hari sekali ke pasar, kini dua hari sekali. Yang biasanya belanja habis seratus ribu, kini hanya belanja enam puluh ribu, ya, duit dihemat,” terangnya.
Banyak ikan laut segar dijajakan di depan pasar dengan harapan dapat dilihat orang, tapi terpantau belum tersentuh pembeli.
Rupanya imbas dari kenaikan harga minyak goreng, kenaikan pajak PPN 1 persen juga berpengaruh pada naiknya harga kebutuhan pokok dan harga lainnya, sedangkan kebanyakan masyarakat kota Pemalang adalah kaum buruh, yang mana pendapatannya tidak menentu. Hal ini jelas berpengaruh terhadap uang belanja rumah tangga, dampaknya ibu-ibu banyak yang tidak bisa ke pasar setiap hari sebagai jalan penyiasatan keuangan. (Ragil74)
Taman Mochtar, Arena Bermain Dadakan
Widuri
Menggembala Kambing, “Momong Karo Angon”
11 April Potret Sosial Teks Indonesia (1)