Sugar Rush dan Mitos Hiperaktif Pada Anak
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian dan memiliki perilaku hiperaktif.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Kesehatan — Sugar Rush dan Mitos Hiperaktif Pada Anak
“Sebuah analisis dari beberapa penelitian yang diterbitkan pada tahun 1995 di Journal of the American Medical Association juga menyimpulkan bahwa konsumsi gula tidak berdampak apa pun terhadap perilaku anak. Anak tidak akan menjadi hiperaktif karena makan kue-kue manis atau permen.”
Apa sugar rush itu? Sugar rush adalah kondisi dimana seseorang menjadi lebih aktif dari sebelumnya. terdapat lonjakan energi yang besar pada tubuh setelah mengonsumsi makanan atau minuman dengan kadar gula yang cukup tinggi. Kondisi ini sering terjadi pada anak- anak yang gemar makanan manis, tetapi banyak juga orang dewasa yang mengalaminya.
Gejala umum Sugar Rush
Ada beberapa gejala umum yang dialami seseorang saat berada dalam kondisi rush, antara lain:
• Tubuh menjadi sangat aktif dalam waktu singkat (sekitar 30 hingga 40 menit), lalu tubuh menjadi lemas dan pusing.
• Keinginan untuk mengonsumsi lebih banyak lagi makanan dan minuman manis.
• Kelaparan setelah sugar rush mereda akibat hormon insulin yang diproduksi tubuh untuk menurunkan kadar gula dalam darah.
Isu bahwa sugar rush bisa menyebabkan anak hiperaktif berawal pada tahun 1970-an. Saat itu, seorang ahli alergi bernama Benjamin Feingold, M.D., menyarankan pola makan yang disebut diet Feingold untuk anak-anak yang mengidap ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), disleksia, dan masalah kesulitan belajar lainnya.
Pada diet Feingold, anak tidak dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung salisilat, pewarna makanan, dan perasa buatan.
Meski Feingold tidak secara spesifik menyebutkan gula, banyak orangtua yang nyatanya langsung beranggapan bahwa semua zat aditif harus dikurangi, termasuk gula dapur. Dari sinilah istilah sugar rush berkembang.
Sebenarnya kebenaran efek konsumsi makanan manis ini masih simpang siur dalam dunia medis. Sebagian kalangan menganggap gejala ini sebagai mitos. Sugar rush tak terlepas dari pemahaman sederhana bahwa asupan tinggi gula adalah bahan bakar atau sumber energi bagi tubuh.
Orang mengira makin banyak mengonsumsi makanan manis, tubuh makin berenergi sehingga membuat anak bergerak berlebihan, seperti berlari atau melompat tanpa henti. Makanan tinggi gula juga mampu meningkatkan suasana hati.
Sebuah analisis dari beberapa penelitian yang diterbitkan pada tahun 1995 di Journal of the American Medical Association juga menyimpulkan bahwa konsumsi gula tidak berdampak apa pun terhadap perilaku anak. Anak tidak akan menjadi hiperaktif karena makan kue-kue manis atau permen.
Pada tahun 2019, para peneliti dari Jerman dan Inggris pun mempublikasikan sebuah studi mengenai sugar rush. Mereka justru menemukan bahwa konsumsi gula berhubungan dengan penurunan kewaspadaan (alertness) dan rasa lelah dalam satu jam pertama setelah konsumsi.
Jika bukan karena Sugar Rush, lalu apa penyebab hiperaktif pada anak? Dikutip dari sehatq.com sebab-sebab hiperaktif pada anak adalah sebagai berikut:
1) ADHD
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian dan memiliki perilaku hiperaktif.
Kondisi ini dapat ditandai dengan anak tidak bisa duduk diam, suka berlari atau memanjat pada waktu yang tidak tepat, berbicara terus-menerus, jarang bisa mengikuti suatu kegiatan dengan tenang, dan susah untuk bergiliran sehingga sering menyerobot orang lain.
2) Stres
Anak-anak sering kali menjadi hiperaktif ketika mengalami peristiwa yang penuh tekanan, misalnya perubahan dalam rutinitas. Hal ini bisa membuat anak stres karena takut tidak dapat mengendalikannya.
3) Kurang tidur
Berbeda dengan orang dewasa yang sering kali menjadi loyo jika kurang tidur, anak-anak justru menjadi hiperaktif.
Ketika seorang anak kurang istirahat, tubuhnya merespons dengan membuat lebih banyak hormon kortisol dan adrenalin sehingga ia tetap terjaga. Alhasil, anak lebih banyak memiliki energi.
4) Gangguan kecemasan
Ketika terkena gangguan kecemasan, anak bisa kesulitan untuk duduk diam dan berkonsentrasi. Jika Anda menduga hiperaktif anak disebabkan oleh masalah emosional ini, sebaiknya bawa anak ke psikolog atau psikiater.
5) Kondisi medis
Ada beberapa kondisi medis yang menyebabkan anak hiperaktif, misalnya hipertiroid. Kondisi ini dapat memicu kecemasan dan hiperaktif sehingga anak tidak bisa diam. Selain itu, masalah genetik lain juga bisa menyebabkan peningkatan aktivitas.
Konsumsi gula sudah diteliti tidak memiliki efek terhadap perilaku anak, termasuk hiperaktivitas. Meski demikian, orang tua tetap harus memperhatikan jumlah asupan gula pada anak-anak mereka karena pada dasarnya mengonsumsi gula terlalu berlebih tidaklah baik, baik untuk anak-anak mauoun orang dewasa.
Jika sering mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula dalam jumlah yang berlebihan, maka penyakit- penyakit ini berpotensi menyerang tubuh:
• Diabetes atau kencing manis, yaitu kandungan gula darah menjadi tinggi dan menyebabkan gangguan pada berbagai organ tubuh. penyakit ini dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.
• Obesitas umumnya dijumpai pada anak maupun orang dewasa yang gemar mengonsumsi makanan manis secara berlebihan. Obesitas berpotensi menyebabkan penyakit serius lain, seperti jantung dan stroke.
• Gigi rusak dan penyakit gigi lainnya. Hal ini disebabkan kelebihan gula yang ada di sela- sela gigi diubah menjadi asam oleh bakteri di mulut.
Demikian beberapa informasi mengenai sugar rush yang perlu Nuspedian ketahui. Mengonsumsi makanan ataupun minuman manis bagi anak-anak tidak menjadi masalah selama mengetahui batasnya. Pastikan untuk selalu menjaga kesehatan tubuh kita dan anak-anak karena itu merupakan investasi berharga buat di masa depan.
WHO Mengumumkan, Cacar Monyet (Monkeypox) Dinyatakan sebagai Darurat Kesehatan Global
Trik Menghadapi Anak Susah Makan
Stunting, Pengertian dan Penyebabnya
Autis, Gejala dan Penanganannya
Down Syndrome, Penyebab dan Ciri-cirinya