Suku Jawa, dari Antropologi, Etimologi, Asumsi sampai Pengaruh Hindia

Karena sejatinya orang Jawa tidak kalah dengan bangsa lainnya, ketika terjadi degradasi moral secara universal orang Jawa masih mempertahankan, akhlak dan nilai moralnya

14 Maret 2023, 20:55 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — Suku Jawa, dari Antropologi, Etimologi, Asumsi sampai Pengaruh Hindia (Tinjauan Antropologis & Paleoantropologi)

Oleh : Krisna Wahyu Yanuar

“Implementasi dari ajaran Kapitayan adalah yakni orang Jawa percaya Gusti (Tuhan) itu satu tak berbentuk tak berupa ada, namun tidak bisa dijangkau panca indra, orang Jawa selalu mempercayai hal-hal yang bersifat supranatural, orang Jawa lebih cenderung berfilsafat terhadap dunia, orang Jawa lebih mengutamakan sikap tresna asih,”

JOSEF GLINKA yang merupakan seorang profesor bidang Antropologi Ragawi, yang lahir di Chorzow, Polandia, tanggal 7 Juni 1932 atau kerap akrab disapa Pater Glinka. Merupakan pakar dalam membedah isu- isu sejarah yang terkait manusia. Ia menuliskan Jurnal Antropologi dengan judul “Asal Mula Orang Jawa: Suatu Tinjauan Antropologis, “Masyarakat Kebudayaan dan Politik, Th XIV 14, No 2 April 2001.” Merupakan salah satu masterpiece-nya dalam menggali sejarah etnis jawa dalam sudut pandang keahlianya.

Glinka, mengatakan mengenai sejarah orang jawa, banyak fragment-fragment yang hilang, dan bukti- bukti arkeologis yang masih belum ditemukan. Dalam tulisan tersebut ia meneliti dengan studi komparatif, dimana kearkeologisan, paleoantropologi dan leksikostatistik.

Pada zaman dahulu Nusantara merupakan sebuah benua yang memiliki kesatuan dari pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa atau disebut juga Sundaland. Glinka, juga mengatakan dalam tulisanya bahwa usia benua Nusantara merupakan kawasan yang muda kurang lebih 60 juta tahun yang lalu, tetapi memiliki sejarah tertua tentang evolusi manusia. Glinka mencatat dari tulisan Jacob tahun 1976. Bahwa di Jawa ditemukan fosil manusia tertua yang dikenal di dunia berusia sekitar 1 ,8 juta tahun, ahli paleoantropologi menyebutnya Pithecanthropus Mojokertoensis atau dalam terminologi baru disebut Homo Erectus Modjokertoensis yang hidup sekitar 200 ribu tahun yang lalu. Zaman itu juga berakhir diawali penemuan fosil perbesaran volume otak yakni Homo Erectus Soloensis. (Glinka, 2001)

Yang mana ilmuwan menduga zaman itu alat yang diproduksinya bercorak paleolitis atau zaman berburu, yang bersifat kebatuan. Dan ada puzzle yang hilang di antara Homo Erectus sampai ke Homo Sapiens, ada yang mengatakan Homo Erectus bermigrasi ke arah timur, dan tenggara sampai ke Australia, konon katanya Homo Erectus kalah bersaing dengan Homo Sapiens, dan akhirnya migrasi.

Tetapi dalam tulisan itu tidak dijelaskan secara gamblang proyeksi fisiknya secara jelas, hanya dugaan bahwa dalam ahli paleoantropologi Homo-homo tersebut bukan evolusi dari kera, tetapi hanya pengkategorian manusia saja, dimana fisik fosil yang ditemukan berbeda satu sama lain. Dalam tulisan Glinka ia mengambil dari pernyataan Jacob, ia menulis bahwa kemungkinan leluhur suku Jawa tertua adalah manusia dari Wajak. Tetapi dalam riset tersebut kurangnya bukti fosil lagi sebagai bukti afirmatif. 

Dikutip dari kabar harian Kumparan, “Manusia Wajak: Pengertian, Sejarah, hingga Ciri-cirinya”, tulisan itu menjelaskan bahwa tengkorak manusia Wajak sendiri ditemukan pertama kali oleh B. Dvan Rietschote pada tahun 1889, Rietschote menemukan tengkorak Wajak di lereng pegunungan karst barat laut campur darat dekat Tulungagung di Jawa Timur. (Harian, 2021) 

Yang kemungkinan pada masa bupati Ngrowo yakni R.M.T. Pringgokoesomo, yang kemungkinan pada masa itu Belanda masih menjajah daerah Tulungagung atau Ngrowo. Para ahli paleoanthropology menyimpulkan dari ciri fisik fosil yang ditemukan kemungkinan sama dengan nenek moyang asli Papua yakni ras Australomelanesid. Kemudian dari itu benua Sundaland dan Papua yang masih bergabung dengan Australia, bisa dikategorikan ada beberapa ras, yang terkenal, Melanesid, Weddid, Australid, dan kemudian disusul ras mongoloid ras mongoloid Asia yang bermata sipit dan kulit kekuningan. Akhirnya terjadi sublimasi dari ras-ras tersebut muncul bangsa Nusantara.

Tetapi pertanyaan tentang suku asli Jawa masih banyak perdebatan, misal ada yang bilang suku asli, atau suku India yang datang, atau dari Turki, dari bangsa China, ataupun kehadiran Aji Saka sebagai figur utama babad tanah jawa.

Terkait

Terkini