Syair Lagu “Mea Iki Mea” Wariskan Wisdom yang Luhur
- Mea iki mea - - rago talo ana -
Nusantarapedia.net, Jurnal | Seni — Syair Lagu “Mea Iki Mea” Wariskan Wisdom yang Luhur
“Mea Iki Mea, Rago Talo Ana”
“Alangkah Malunya Jika Tak Bisa Mendidik Anak”
“Iki Mea” merupakan sebuah lagu daerah Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diciptakan untuk tarian adat Dero, dimana setiap syair lagunya mewariskan wisdom yang luhur, dan akan terus abadi sebagai spirit, aktual sepanjang masa.
Pada bagian reffrain, lagu Iki Mea yang dinyanyikan berulang kali apabila diterjemahkan lurus maka diartikan bahwa sungguh memalukan, tidak bisa menggendong anak, jangan hanya bicara, maju dan kerja bersama-sama, jangan hanya jadi penonton, ringan sama dipikul, berat sama dijinjing.
Kemudian pada reffrain kedua menyebut, sungguh indah jika pekerjaan itu dikerjakan secara bersama-sama, sebuah pekerjaan apabila dikerjakan bersama-sama, maka akan menjadi ringan, demikian digambarkan pada filsafatnya sapu lidi dan seutas tali.
Dan pada reffrain ketiga, disebutkan lagi, mari menjaga derah kita (Nagekeo), jangan bikin sesama kita, mari besarkan dan angkat harkat martabat Nagekeo.
Mea iki mea
(Malu-maluin)
rago talo ana
(Tak bisa menggendong anak)
Mae tuga ta solo
(Jangan hanya bicara)
Too jogho waga sama
(Maju dan kerja bersama-sama)
Mae tuga ta moni
(Jangan hanya menonton)
Fea date kita sama
(Ringan sama dipikul, berat sama dijinjing)
Modhe née hoga woe
(Indahnya jika kita bergotong-royong)
Meku née doa telu
(Lebih ringan jika bekerja sama)
Mai pongo satoko
(mari kita bersatu seperti sapu lidi)
Née tali setebu
(Mari kita bersatu seperti seutas tali)
Mai jaga ola kita
(Mari kita menjaga negeri kita)
Mae tau mea kita
(Jangan bikin malu kaum kita)
Tau mere nua kita
(mari kita besarkan negeri kita)
Wake mogha waka ola
(Mari angkat harkat martabat bangsa kita)
Pesan moralnya ialah, alangkah malunya orang tua yang tak bisa mendidik anak. Tanggung jawab utama orang tua adalah mendidik anak menjadi manusia dewasa yang mandiri dan bermartabat.
Setiap orang tua dan semua mereka yang hendak menjadi orang tua diingatkan agar jangan menyia-nyiakan anak yang dilahirkan. Masa depan bangsa tergantung pada kualitas anak.
Aloha ‘Oe, Maluku Tanah Pusaka hingga Pulanglah Uda menjadi Motif Lagu Budaya
Manthous, Benyaminnya Jogja! dari nge-Band hingga Nembang (1)
Pentingnya Pendidikan Seni dan Budaya dalam Membentuk Karakter
Gudeg Djokdja Amat Enak Banyak (F)itamin C-nya, Fajar Bandung Elok Amat Dari Garut Center (1)
Gloomy Sunday, Lagu Kematian hingga Bunga Terakhir Bebi Romeo