Syair Tembang Selawat ‘Turi Putih’ dan Maknanya

Tembang selawat 'Turi Putih' tumbuh pada era Jawa Madya atau Jawa Pertengahan

12 November 2022, 01:00 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — Syair Tembang Selawat ‘Turi Putih’ dan Maknanya

“Apapun yang kita punya (harta benda), akan kita tinggalkan. Pada akhirnya, kendaraan terakhir yang dipakai adalah keranda dengan ditandu manusia.”

NUSPEDIAN, tahu ya, dengan syair tembang berbahasa Jawa yang berjudul Turi Putih?

“Turi Putih” adalah, sebuah tembang Jawa yang sangat tidak asing di telinga kita. Judul selawat ini terdiri atas dua kata, yaitu turi dari kata pitutur yang berarti nasihat dan putih yang menggambarkan warna kain kafan, yang mana besok sebagai pakaian terakhir umat muslim.

Akhir-akhir ini, syair ini banyak diadaptasikan menjadi lagu sholawat oleh beberapa grup. Banyak dilantunkan di beberapa majlis selawat. Pertamanya, dipopulerkan oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, dengan kolaborasi lagu selawat berjudul ‘Sholatullah Salamullah’.

Selawat ini pun, mengandung makna yang cukup mendalam mengenai kehidupan serta kematian. Seperti diketahui, kematian akan datang tanpa kita tahu kapan waktunya.

Tak banyak yang tahu, siapa sangka ternyata penggubahnya adalah seorang wali Allah? Tentunya, syair lagu itu tidak sekedar sebuah tembang, tetapi ada sebuah pelajaran/hikmah yang ingin disampaikan pengarangnya. Dengan tujuan, siapa pun yang mendengar bisa memetik hikmahnya.

Lirik Tembang Turi Putih

Turi putih turi putih
Ditandur ning kebon agung
Ana cleret tiba nyemplung
Mbok iro kembange apa

Turi putih turi putih
Ditandur ning kebon agung
Ana cleret tiba nyemplung
Mbok iro kembange apa

Sholatullah Salamullah
‘Alaa Toha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
‘Alaa Yasin Habibillah

Sholatullah Salamullah
‘Alaa Toha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
‘Alaa Yasin Habibillah

Wetan kali… kulon kali
Tengah-tengah tanduran pari
Saiki ngaji, sesuk yo ngaji
Ayo manut para kiai!

Wetan kali… kulon kali
Tengah-tengah tanduran pari
Saiki ngaji, sesuk yo ngaji
Ayo manut para Kiai!

Sholatullah Salamullah
‘Alaa Toha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
‘Alaa Yasin Habibillah

Sholatullah Salamullah
‘Alaa Toha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
‘Alaa Yasin Habibillah

Tandurane tanduran kembang
Kembang kenanga ning njera guwa
Tumpakane kereta jawa
Roda papat rupa menungsa

Sholatullah Salamullah
‘Alaa Toha Rosulillah
Sholatullah Salamullah
‘Alaa Yasin Habibillah

Bila diartikan dalam bahasa Indonesia, kira-kira seperti ini:

Turi = tak tuturi; saya kasih tahu.
Putih = simbolisme kain kafan; kain mori berwarna putih.
Ditandur = ditanam.
Ning kebon agung = di kebun agung; kuburan.

• Turi-turi putih, ditandur ning kebon agung berarti =
“Saya kasih tahu, bahwa kelak manusia itu pasti akan mati, dikuburkan di kuburan.”

Ana cleret = ada kilat.
Tiba nyemplung = jatuh tenggelam
Mbok iro: untuk kamu
Kembange apa = bunga apa. (amal kita baik/buruk)

• Ana cleret tiba nyemplung, mbok iro kembange apa, berarti;
“Sebuah gambaran dari orang mati yang sedang dimasukkan dalam kuburan, waktunya cepat seperti kilat yang jatuh. Dan seusai mayit di kubur akan menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir terkait dengan amal perbuatannya.

• Tandurane tanduran kembang
Kembang kenongo neng njero guwo
Tumpakane kereto jowo
Rodo papat rupo menungso, berarti:

“Apapun yang kita punya (harta benda), akan kita tinggalkan. Pada akhirnya, kendaraan terakhir yang dipakai adalah keranda dengan ditandu manusia.”

Nah, itu tadi sekilas tentang syair selawat Turi Putih. Yang secara tersirat, memiliki arti yang mendalam. Bukan ingin menakut-nakuti, tapi, sekadar mengingatkan kita saja. Bahwa, akan ada kematian yang kadang datangnya tiba-tiba, seperti sebuah kilat. Dan kita semua tahu, kematian adalah gerbang utama menuju alam akhirat. Saat kematian menjemput, semoga bisa husnul-khatimah. Aamiin. Wallahu’alam.

Terkait

Terkini