Syair Tembang Selawat ‘Turi Putih’ dan Maknanya

Tembang selawat 'Turi Putih' tumbuh pada era Jawa Madya atau Jawa Pertengahan

12 November 2022, 01:00 WIB

Periodesasi Seni dan Sastra Jawa

Dilansir dari artikel berjudul Road Map Sastra Jawa oleh B. Ari Koeswanto ASM, bahwa tembang (lagu) selawat ‘Turi Putih’ tumbuh pada era Jawa Madya atau Jawa Pertengahan.

Lagu tersebut sejaman dengan lagu seperti: Ilir-ilir, Gundul-Gundul Pacul, yang diciptakan oleh para wali. Secara garis waktu, selawat ‘Turi Putih’ berada pada garis waktu seperti di bawah ini;

Garis Waktu Sastra Jawa

1) Periode Abad I sampai X
Era kerajaan Kutai Kartanegara, Sriwijaya, Tarumanegara, Kalingga, Medang Mataram.

A. Budaya Tulisan dalam Prasasti
B. Kesusastran Jawa Kuno dalam Kitab
Contohnya: Kitab Candha Karana, berhubungan dengan Prasasti Kalasan (778 M), beraksara huruf Paranaghri dengan langgam India Utara.
Kakawin Ramayana, era Dyah Balitung (820-830 C), merupakan Adikakawin, sebagai naskah yang indah, panjang dan komplit.

2) Periode Jawa Timuran (Sastra Pertengahan)

A. Era Mpu Sindok, Airlangga, Kadiri, Singhasari (929-1293 M)
B. Periode Majapahit (1293-1498 M)
C. Periode Transisi Keruntuhan Majapahit
“Sirna Ilang Kertaning Bumi,” keruntuhan Majapahit tahun 1478, berdirinya kerajaan Demak Bintoro (1481) sampai keruntuhan Demak (1547).
D. Tumbuhnya bahasa Jawa Tengahan (1478-1547).
Contohnya: Kitab “Tantu Panggelaran,” kitab ini sebagai etiologi perihal proses pembentukan pulau Jawa dan peradabannya. Juga lahir legenda-legenda seperti Legenda Calon Arang dan Cerita Panji. Cerita panji termasuk dalam lingkup sastra (literary cycle). Selain itu masih banyak lagi antologi cerita panji asal Jawa Timuran, seperti Panji Nagagini dan carangannya pada cerita Prabu Anglingdharma.

3) Sastra Jawa Tengahan

A. Periode Islam Awal (Demak-Padjang)
Contohnya;
Suluk yang pertama bernama “Suluk Sukarsa,” yang diduga dipopulerkan oleh Ki Sukarsa. Menyusul lahir Suluk Wujil, Malang Sumirang, Suluk Burung, juga Suluk Bonang.

• Cerita Tutur Manikmaya, menjadi bentuk teks “Serat Manikmaya,” cerita ini juga mengawali tradisi pada ritus “Ruwatan Murwakala“.

Serat Nitisruti, ditulis oleh Pangeran Karanggayam atau Tumenggung Sujanapura tahun 1591 M, menyusul lahir Dhandanggula, Mijil, Durma, Pucung, Kinanthi dan Megatruh.

Serat Menak dan Serat Rengganis.

• Kitab Salokantara dan Jugul Mudha, menandai era baru dengan memulai tatanan yang baru pasca Majapahit.

Serat Pepali, ditulis oleh Ki Agung Selo yang berisi mengenai ajaran hidup.

Serat Layang Anbiya, ditulis oleh Sunan Drajat pada tahun (1487-1522).

)* Turi Putih, Gundul-Gundul Pacul, Ilir-ilir

4) Dilanjutkan Periode Mataram Islam hingga Sastra Jawa Klasik Periode Surakarta dan Yogyakarta

Demikian makna selawat ‘Turi Putih’ beserta sejarah kemunculannya berdasarkan periodesasi sastra Jawa.

Road Map Sastra Jawa
Sluku-Sluku Bathok
Obat Hati oleh Opick, Adaptasi Syair Abu Nawas Menjadi Tombo Ati
Nasab Joko Tingkir Versi NU
Keraton Pajang Istana Joko Tingkir

Terkait

Terkini