Tahun Baru, Kebiasaan Baru
Salah satu hal yang harus dievaluasi perihal keluarga adalah sejauh mana keberadaan keluarga memberi arti untuk lingkungan sekitar

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — Tahun Baru, Kebiasaan Baru
Oleh Edi Warsidi
TAHUN 2022 baru saja berlalu dan 2023 kita sambut dengan sukacita. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari tibanya tahun baru, selain meniupkan semangat baru dalam keluarga dengan melakukan hal yang tidak saja menyenangkan, tetapi juga bermanfaat. Berikut beberapa contoh yang mungkin bisa dipraktikkan dalam membuat kebiasaan baru dalam keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup di tahun baru.
Awali dari Fisik yang Sehat
Anak merupakan cerminan orang tua. Jika anak senang junk food, lihat diri kita. Bisa jadi orang tuanya tidak pernah mencoba, setiap kali restoran cepat saji mengiklankan produk barunya. Rasulullah saw. bersabda bahwa perut adalah rumah penyakit. Ilmu kesehatan modern pun membuktikannya. Kegemukan dapat memicu hipertensi, diabetes, dan jenis penyakit lainnya. Islam mengajarkan prinisip dasar pola makan: makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang dengan syarat kekhalalan dan kebaikan. Jika telah halal, apakah makanan tersebut baik (thayyib) dari sudut pandang zatnya? Apakah selama ini pola makan keluarga kekurangan serat, tidak berimbang, terlalu banyak kalori? Saatnya untuk mulai memperlihatkan dan mengubah ke arah yang lebih sehat.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa orang tua yang mengonsumsi makanan sehat dan berolah raga secara teratur, memiliki kemungkinan lebih besar untuk memiliki anak-anak dengan tubuh dan pikiran yang sehat pula. Aktivitas jogging bersama, berenang, bersepeda atau melakukan olah raga permainan lainnya, dapat dijadikan momen rekreasi yang menyehatkan sekaligus mempererat jalinan. Untuk hasil optimal, dianjurkan memilih olah raga berselang-seling dengan istirahat (Senin, Selasa, Rabu istirahat, Senin, Rabu, Jumat, dan selebihnya istirahat).
Jangan Biarkan Isi Kepala Aus
Kegiatan membaca merupakan salah satu cara efektif untuk melatih syaraf otak. Buatlah jadwal untuk berkunjung ke perpustakaan, pameran buku, atau ke pasar-pasar yang menjual buku murah. Hidupkan juga rumah dengan permainan yang bisa mengasah otak seluruh anggota keluarga (misalnya, catur, scrabble, dan teka-teki).
Buka semua sel otak anggota keluarga untuk pengetahuan baru. Jika nilai pelajaran sains dan bahasa anak Anda hancur-hancuran, mungkin bukan karena dia tidak bisa, tetapi karena tidak tertarik. Cari cara baru yang mampu membuat semua pelajaran itu menjadi menyenangkan. Permainan, seperti menyusun judul berita di koran untuk dirangkai menjadi sebuah cerita, melatih kemampuan berbahasa dan imajinasi anak Anda.
Perhebat Partisipasi Sosial
Salah satu hal yang harus dievaluasi perihal keluarga adalah sejauh mana keberadaan keluarga memberi arti untuk lingkungan sekitar. Jadi, tidak ada salah jika Anda mulai meluangkan waktu untuk mengikuti taklim yang diadakan untuk kaum bapak, menjadi pengurus silaruhami warga di lingkungan tempat tinggal, dan menjadi pelopor yang memotivasi anak-anak Anda untuk turut serta meramaikan masjid atau organisasi kemasyarakatan di sekitar rumah.
Perhebat Spritulitas Keluarga
Keluarga yang kaya adalah keluarga yang dapat membebaskan diri dari perspektif hidup yang meletakkan penilaian tertinggi pada materi. Menghidupkan keluarga dengan membiasakan anggota keluarga untuk bersedekah, berinfak, belajar membaca Al-Qur’an, dan berjamaah dalam salat (setidaknya untuk satu waktu salat), dan berpuasa sunat bersama, merupakan cara untuk tetap menjaga nuansa spriritual memenuhi atmosfer rumah kita. Misalnya, sehabis salat Subuh berjamaah di masjid, anggota keluarga menonton tayangan siar/kultum di televisi atau media lainnya sehinga dapat pula menghasilkan nuansa spritual itu.

Edi Warsidi, tinggal di Bandung.
Selepas menjabat Kepala Divisi Penyuntingan di ITB Press (Juni 2022), dia masih diberi amanah menjadi penulis dan editor di beberapa penerbit buku di Bandung, juga pengisi materi pada lokakarya pelatihan penyuntingan/editing naskah. Pengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia dan Literasi Keilmuan di sebuah kampus di Bandung.
Peran Ibu Terekam dalam Bahasa
Andy Noya Gagal Menjadi Penjahat
Refleksi ”Hari Ibu”Jika Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu
Memaknai Kembali Ungkapan ”Rumahku Surgaku”
Menyelami Jagat Fiksi Anak